Sukses

Maskapai Australia Pecahkan Rekor Penerbangan Terpanjang dan Terlama di Dunia

Sebelum pandemi, maskapai Australia ini mempunyai jalur penerbangan dari London ke Perth sejauh 14.498 kilometer.

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Australia, Qantas baru saja memecahkan rekor setelah salah satu pesawatnya terbang sejauh lebih dari 15.000 kilometer dan menjadi penerbangan dengan penumpang terpanjang dalam sejarah. Penerbangan itu merupakan penerbangan charter Qantas yang membawa pulang tim rugbi Argentina.

Mereka baru tampil dalam sebuah pertandingan di Brisbane, Australia untuk Kejuaraan Rugbi. Pesawat repatriasi nomor penerbangan QF14 terbang nonstop dari Buenos Aires, Argentina ke Darwin, Australia dalam 17 jam 25 menit, menempuh jarak 15.020 kilometer.

Dalam penerbangan ini, Qantas mencetak dua rekor. Mereka menempuh jarak terjauh (15.020 km) dan waktu terlama di udara untuk penerbangan komersial (17 jam 25 menit).

Dilansir dari News.co.au, Senin, 11 Oktober 2021, rekor ini memecahkan rekor Qantas sebelumnya untuk perjalanan terpanjang lebih dari 500 kilometer. Sebelum pandemi, Qantas mempunyai jalur penerbangan dari London ke Perth sejauh 14.498 kilometer.

Penerbangan QF14 sendiri menggunakan pesawat Boeing 787-9 dan membawa 107 penumpang keluar dari Amerika Selatan untuk dikarantina selama dua minggu di wilayah Northern Territory, Australia. Dalam penerbangan itu, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia bekerja sama dengan Qantas untuk membawa warga Australia terjebak di Amerika Selatan.

Selain empat pilot yang dirotasi sepanjang perjalanan, penumpang itu termasuk 17 awak kabin, teknisi, dan pekerja darat. Penerbangan lepas landas pada 5 Oktober 2021, pukul 12.44 waktu setempat di Buenos Aires, menuju selatan Argentina. Pesawat melewati tepi Antartika sebelum melintasi pantai Australia dan mendarat pada 6 Oktober 2021 pukul 18.39 waktu setempat di Darwin.

Sebelum lepas landas dari Argentina, rute telah direncanakan dengan cermat, dengan staf peneliti menganalisis jenis suhu dan angin sakal yang bisa dialami pesawat di dekat Kutub Selatan. Saat pesawat terbang di atas Pegunungan Walker di Pulau Thurston, salah satu pulau terbesar di Antartika, suhu turun hingga minus 75 derajat Celcius.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penerbangan Bersejarah

Penerbangan besar-besaran ini merupakan tonggak sejarah lain bagi Qantas yang terkenal dengan penerbangan jarak jauhnya yang bersejarah. Maskapai ini juga telah memecahkan rekor pertamanya pada 1989.

Saat itu penerbangan Qantas 747 terbang tanpa henti antara London dan Sydney dalam waktu 20 jam sembilan menit. "Awak dan penumpang disuguhi pemandangan yang menakjubkan dalam penerbangan," kata Alex Passerini, kapten pesawat Qantas dan kepala pilot teknis maskapai.

"Qantas selalu menghadapi tantangan, terutama dalam hal perjalanan jarak jauh, dan penerbangan ini adalah contoh yang sangat baik dari kemampuan dan perhatian terhadap detail dari tim perencanaan penerbangan kami," lanjutnya. Passerini menambahkan, "ada beberapa pemandangan yang benar-benar saat kami menelusuri Antartika dan merupakan bonus tambahan bagi penumpang kami yang sangat senang bisa pulang."

3 dari 4 halaman

Rute New York-Sydney

Sebelumnya, Qantas berhasil menguji coba penerbangan dari New York ke Sydney tanpa henti pada 20 Oktober 2019. Dilansir dari South China Morning Post, pesawat ini mencoba untuk mengetahui dampak pada pilot, kru kabin dan penumpang karena penerbangan selama hampir 20 jam nonstop.

Hal ini menandakan penerbangan tersebut akan menjadi perjalanan pesawat komersil terlama dan terpanjang di dunia. Dalam uji cobanya, Qantas membawa 50 penumpang serta awak kabin. Pesawat yang digunakan berjenis Boeing 789-9 Dreamliner. Total jarak yang ditempuh adalah 16.200 kilometer.

"Ini adalah momen bersejarah bagi Qantas, bagi dunia penerbangan Australia dan dunia," ucap Alan Joyce, CEO Qantas yang turut ikut dalam penerbangan tersebut. Rencananya, penerbangan langsung New York ke Sydney akan dilakukan mulai 2022.

Uji coba ini dimaksudkan untuk meriset tentang jet lag hingga makanan yang harus disajikan. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mematangkan penerbangan ini. Namun penelitian ini sempat terhenti karena terjadi pandemi. Belum diketahui apakah rencana penerbangan langsung New York ke Sydney ini akan berlangsung sesuai rencana atau mengalami penundaan.

4 dari 4 halaman

Maskapai Indonesia di Langit Eropa

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.