Sukses

Anies Baswedan Ungkap Keris Pemberian di 100 Hari Wafatnya Ki Manteb Soedharsono

Keris yang diberikan Ki Manteb Soedharsono pada Anies Baswedan ini berjasa dalam peristiwa besar dan jadi lambang status sosial pemiliknya.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ternyata mendapatkan warisan keris dari almarhum Ki Manteb Soedharsono. Keris itu diberikan dalang kondang tersebut sekitar dua bulan sebelum meninggal dunia.

Hal tersebut disampaikan Anies Baswedan dalam akun Instagramnya, Sabtu, 9 Oktober 2021.  "Saya terima keris ini sebagai kehormatan & InsyaAllah dijaga. Begitu juga pesan agar wayang kulit tetap hidup dan berkembang," kata Anies di awal unggahannya.

Anies bercerita bahwa dia berkunjung ke rumah Ki Manteb di Karanganyar, Jawa Tengah, pada 15 April 2021 bersama Ketua PEPADI Kondang Sutrisna dan Ketua Paguyuban Seni Budaya Nusantara Yoga Mandira. Selang 68 hari kemudian, tepatnya 2 Juli 2021 Ki Manteb meninggal. Sabtu, 9 Oktober kemarin menjadi peringatan 100 hari kepergiannya.

"Kami ngobrol banyak. Saat diskusi, beliau mengeluarkan sebilah keris dan bercerita," ucapnya. Anies menirukan cerita Ki Manteb bahwa keris dalam falsafah Jawa adalah doa tidak terucap dan tidak tertulis.

Sambil menempa, sang empu menghubungkan harapan pemesan dengan pencipta lewat doa. Anatomi keris ini tersebut ada tujuh lekukan. Dalam bahasa Jawa lekuk tujuh adalah 'pitu' atau bisa diartikan 'pitulungan' (pertolongan). Hal itu bermakna doa agar pemilik keris ditolong oleh sang pencipta.

Keris yang diberikan Ki Manteb kepada Anies punya Kinatah berbentuk sulur di pangkal bilah. Artinya, keris ini berjasa dalam peristiwa besar dan jadi lambang status sosial pemiliknya.  Dasar pembuatannya adalah disepuh dengan Dapur Carubuk era Mataram. Keris campuran antara besi, baja, dan pamor atau batu meteor.

"Istilahnya Ibu Bumi Bopo Angkoso, paduan unsur bumi dan langit," tulis Anies. Adapun tekstur keris Ganggang Kanyut atau tanaman ganggang hanyut terbawa air yang terlihat dari bilah sepanjang keris. Ganggang Kanyut punya filosofi aliran tanpa hambatan.

"Tempaan para empu tidak main-main, presisinya tinggi. Keris stabil dan seimbang, bisa berdiri tanpa penyangga, hanya ditopang ujung runcing keris dan gagang kayu bulat melengkung. Warangka (sarung keris) dibuat dari sebidang kayu utuh tanpa sambungan," tulisnya lagi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Makna Filosofi

Dalam unggahan itu, keris divideokan, dan terlihat bisa berdiri meski ditopang gagang kayu yang melengkung maupun runjing keris. Dalam sejarahnya, keris jenis ini dimiliki beberapa tokoh. Salah satunya adalah Sultan Hadi Wijaya, pendiri Kerajaan Pajang pada era 1549-1582, atau dikenal dengan Joko Tingkir, penakluk buaya di Sungai Kedung Srengenge.

Keris jenis ini juga pernah dibawa Sunan Kalijaga saat bawa kayu untuk tiang Masjid Agung Demak lewat Sungai Kreo. Dua pemilik keris ini dekat dengan elemen air.  "Sebagai warisan leluhur, keris adalh pusaka hasil kerja keras, tekun, material berkualitas, dan dibuat dengan doa. Mahakarya penuh filosofi & tak lekang zaman," tambah Anies.

Dalam unggahan itu, Anies membahkan catatan bahwa keris tersebut sudah dilaporkan ke KPK, dan ditetapkan dalam SK No.1477/2021. "Kita doakan Alm. Ki Manteb Sudarsono dimuliakan di sisi Allah SWT. Insya Allah keris ini saya jaga, rawat dan simpan dengan baik sebagai bagian mencintai dan merawat budaya bangsa," tulis Anies di akhir unggahannya.

3 dari 4 halaman

Raih Penghargaan UNESCO

Nurdiyanto dan Sri Retna Astuti dalam buku Ki Manteb Soedharsono: Profil Dalang Inovatif, mencatat bahwa orangtua dan kedua kakek Ki Manteb adalah dalang. Jadi, dapat dikatakan bahwa ia merupakan anak keturunan dalang tusi.

Diceritakan bahwa Ki Manteb bisa jadi dalang kondang berkat didikan orangtuanya yang cukup keras dan laku prihatin yang dijalankan hingga akhir napasnya. Saat berusia lima tahun, ia sudah bisa mendalang dan pada sekitar pertengahan 1980-an mencapai puncak ketenarannya dengan kepandaian memainkan wayang.

Semasa pengabdiannya pada dunia wayang, ia telah dianugerahi banyak penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu momen bersejarahnya adalah ketika Ki Manteb menerima penghargaan dari UNESCO pada 2004 silam. Kala itu, beliau sukses menyisihkan 28 kontestan dari berbagai negara.

Di momen itu, wayang kulit juga dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia. Tahun-tahun berikutnya, Ki Manteb Soedharsono meneruskan kiprahnya, sekaligus mengoleksi lebih banyak perhargaan. Salah satunya penghargaan budaya dari Union Internationale de la Marionnette (Unima) pada 2017 lalu.

4 dari 4 halaman

Anies Baswedan Vs Pengembang Reklamasi Pulau H

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.