Sukses

Belajar dari Kasus Dugaan Pemerkosaan di Luwu Timur, Pahami Cara Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Di tengah riuh kasus dugaan pemerkosaan di Luwu Timur, Anda harus memahami bahwa anak adalah kelompok rentan terhadap tindak kekerasan seksual.

Liputan6.com, Jakarta Kasus dugaan pemerkosaan tiga anak di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, oleh ayah kandung mereka sedang dikawal ketat banyak pihak. Menurut kanal News Liputan6.com, prosesnya diwarnai dugaan polisi memutarbalikkan fakta, sehingga terjadi penghentian penyidikan perkara.

Gelombang protes menuntut dibuka kembalinya penyelidikan kasus tersebut pun ramai disuarakan. Narasinya kian kencang, terlepas dari keterangan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono yang menyebut penghentian kasus dugaan pemerkosaan anak itu tidak menyalahi aturan.

"Sejauh ini, apa yang dilakukan sudah sesuai standar prosedur ketika penyidik menangani satu kasus perkara," kata Rusdi.

Berkaca pada kasus tersebut, tanpa mengurangi desakan agar korban mendapat perlindungan dan keadilan yang semestinya, penting untuk memahami cara mencegah kekerasan seksual pada anak. Harapannya, kondisi serupa tidak terulang di masa mendatang, atau setidaknya angka kekerasan seksual terhadap anak bisa secara konsisten ditekan ke tingkat minimal.

Terlebih, berdasarkan laporan Rumah Faye, Juni lalu, pandemi COVID-19 membuat posisi anak makin rentan. Dalam kampanye No! Go! Tell! inisiasi The Body Shop Indonesia bersama Plan Indonesia, Juli lalu, narasi serupa juga disuarakan.

Menurut Sigit Wacono, seorang child protection advisor yang mengisi kelas virtual dalam kampanye itu, pelecehan seksual terhadap anak berpotensi tinggi karena anak merupakan kelompok rentan. Pelakunya bukan hanya orang asing atau tidak mereka kenal, tapi bisa juga keluarga, teman, tetangga, atau orang-orang terdekat.

Melihat potensi kerentanan yang ada, Sigit mengungkap beberapa cara mencegah pelecehan seksual terhadap anak. Pertama, cari tahu dan pahami jenis-jenis kekerasan seksual beserta risiko yang mungkin akan diterima. "Cari tahu dan sampaikan apa saja yang membuat anak merasa aman dan apa yang nembuat mereka tidak nyaman," katanya dalam kelas virtual, beberapa waktu lalu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pahami Hak-Hak Anak

Kemudian, utamakan keselamatan dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan seksual terhadap anak. Penting juga untuk mawas diri dan terus mencari tahu informasi terkait hak-hak anak.

"Posisikan seorang anak pada relasi yang seimbang, karena anak juga memiliki hak yang harus kita penuhi," kata Sigit.

Lalu, perhatikan tanda-tanda kekerasan terhadap anak dan segera laporkan pada orang yang Anda percaya. Bisa dengan menghubungi vocal point perlindungan seperti Komnas Perlindungan Anak, Komnas Anak, atau petugas pemerintah terdekat.

Ini juga diaminkan pendiri Rumah Faye, Faye Simanjuntak. "Mungkin bisa kerja sama dengan LBH, Polda, atau lembaga lain yang bisa dikontak. Anak-anak harus tahu cara mengontak organisasi-organisasi dan pihak tersebut," tuturnya di kesempatan berbeda, beberapa waktu lalu.

Di samping, dirinya juga menggarisbawahi bahwa penting untuk mengajari anak cara mengidentifikasi kasus. Menurutnya, banyak korban tidak melapor lantaran tidak tahu ia sudah jadi korban.

3 dari 4 halaman

Mulai Sedini Mungkin

Child Mind Institute, orgaisasi non-profit berbasis di New York, Amerika Serikat yang berdedikasi mengubah kehidupan anak-anak terkena gangguan mental, memuat beberapa langkah lain dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak.

Di situs web-nya, dikutip Sabtu (9/10/2021), mereka menulis bahwa penting untuk berbicara tentang bagian-bagian tubuh pada anak sedini mungkin. "Gunakan nama yang tepat untuk bagian tubuh, atau setidaknya ajari anak kata-kata yang sebenarnya untuk bagian tubuh mereka," paparnya.

Lalu, beri tahu anak Anda bahwa bagian tubuh pribadi mereka disebut pribadi karena tidak untuk dilihat semua orang. Tidak ada yang boleh menyentuh bagian pribadi mereka dan tidak ada yang boleh meminta mereka menyentuh bagian pribadi orang lain.

Lebih lanjut dijelaskan, kebanyakan pelaku akan memberitahu anak untuk merahasiakan pelecehan tersebut. Ini dapat dilakukan dengan "cara yang ramah," seperti "Saya suka bermain denganmu, tapi jika kamu memberi tahu orang lain apa yang kita mainkan, mereka tidak akan membiarkan saya datang lagi."

Atau bisa berupa ancaman, "Ini rahasia kita. Jika kamu memberi tahu siapa pun, saya akan memberi tahu mereka bahwa itu adalah idemu dan kamu akan mendapat masalah besar!" Beri tahu anak-anak bahwa apa pun yang dikatakan orang lain pada mereka, rahasia tubuh tidak boleh dilakukan dan mereka harus selalu memberi tahu Anda jika seseorang mencoba membuat mereka merahasiakannya.

Ucapkan juga bahwa mereka tidak akan berada dalam masalah saat berbuat demikian, dalam hal ini, Anda sebagai orangtua tidak akan memarahinya. Kemudian, Anda juga diminta mengajari anak untuk berani mengutarakan pikirannya saat mereka mulai merasa tidak nyaman.

Katakan pada mereka bahwa aturan ini berlaku, bahkan dengan orang yang mereka kenal atau anak lain.

4 dari 4 halaman

Infografis Eksploitasi Seksual Anak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.