Sukses

Pulau Fraser Australia Kembali Menyandang Nama Aborigin K'Gari

Sebelum Pulau Fraser, sederet destinasi di Australia sudah kembali disebut dengan nama Aboriginnya, termasuk Uluru yang populer.

Liputan6.com, Jakarta - Pulau Fraser adalah destinasi terbaru di Australia yang kembali menyandang nama Aboriginnya. Pulau pasir terbesar di dunia di lepas pantai negara bagian Queensland ini secara resmi dikenal sebagai K'Gari.

Melansir CNN, Selasa (21/9/2021), K'Gari berarti "surga" dalam bahasa Butchulla lokal. Orang-orang Butchulla telah jadi pemilik dan penjaga pulau ini jauh sebelum era kolonial dan pemukiman Eropa. Pulau yang merupakan salah satu destinasi populer di Negeri Kanguru ini telah ditambahkan ke dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada 1992.

Dijelaskan bahwa kondisi biologis Pulau Fraser sangat khas. Ini termasuk sisa-sisa hutan hujan yang tumbuh di bukit pasir tinggi, sebuah fenomena yang diyakini unik di dunia. Juga, merupakan rumah bagi beragam kelompok hewan langka atau terancam punah, termasuk burung beo dan kadal pasir Pulau Fraser.

UNESCO sudah menyebut pulau itu sebagai K'Gari. Upacara merokok tradisional diadakan di Kingfisher Bay Resort, akhir pekan lalu, sebagai bagian dari perayaan penggantian nama.

"Perubahan nama tersebut mengakui dan menghormati masyarakat Butchulla. Tradisi, budaya, dan hubungan mereka yang berkelanjutan dengan negara," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Great Barrier Reef, sekaligus Menteri Urusan Ilmu Pengetahuan dan Pemuda Australia Meaghan Scanlon.

Ia menambahkan, "Pemerintah Palaszczuk (merujuk pada Perdana Menteri Queensland Annastacia Palaszczuk) mengakui warisan dan budaya Aborigin dan Pulau Selat Torres yang mewakili hubungan langgeng dan berkelanjutan dengan negara selama lebih dari 60 ribu tahun."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gerakan Perubahan Nama Destinasi

Namun demikian, komunitas lokal mengingatkan bahwa mengembalikan nama asli bukanlah akhir cerita. "Kami telah berkampanye selama bertahun-tahun untuk mengubah nama pulau itu," kata Jade Gould, juru bicara Butchulla Aboriginal Corporation (BAC). "Tapi itu adalah simbol kosong jika hak kami tidak diakui pemerintah Queensland."

Pada 1993, pemerintah federal Australia memperkenalkan Native Title Act. Kebijakan ini berarti pihak berwenang mengakui kepemilikan kelompok pribumi atas tanah tradisional mereka.

Destinasi lain di seluruh Australia telah berubah atau kembali ke nama Aborigin selama beberapa dekade terakhir. Yang paling terkenal adalah Uluru, yang sebelumnya dikenal sebagai Ayers Rock.

Di tempat lain di Queensland, Taman Nasional Gheebulum Kunungai Mulgumpin adalah nama resmi untuk destinasi yang sebelumnya disebut Pulau Moreton. Saat ini, penduduk asli terdiri dari sekitar tiga persen dari populasi Australia.

3 dari 4 halaman

Hubungan Orang Aborigin dengan Penduduk Sulsel

Berbicara tentang orang Aborigin, lapor kanal Global Liputan6.com, Juli lalu, Konsul-Jenderal Konsulat Australia di Makassar Bronwyn Robbins memperkenalkan sekilas tentang orang-orang komunitas Yolŋu di timur laut Arnhem Land. Juga, hubungan bersejarah dengan pelaut dari Makassar setidaknya sejak 1.700-an.

"Sudah ada hubungan yang terjalin (antara) penduduk di Arnhem Land dan orang Sulawesi Selatan. Setiap tahun ada semacam pembaruan hubungan, serta transaksi," kata Kepala Pusat Kuratorial Pengetahuan Adat Museum Nasional Australia Margo Neale.

"Sekitar 400 tahun lalu, orang aborigin juga tinggal di Sulawesi Selatan dan memiliki keluarga di sana. Hubungan kedua pihak selalu terjaga. Dalam 20 sampai 30 tahun ini, ada perayaan reuni dan semacam atensi pada pertukaran hubungan yang dimulai 300--400 tahun lalu," imbuhnya.

Ia menjelaskan, ada ritual dan perayaan, serta penggunaan bahasa dari Sulawei Selatan yang erat hubungannya dengan orang Aborigin. "Oleh karenanya, hubungan kedua pihak bisa berlangsung lama," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Infografis Pakai Tali Strap di Masker, Apa Risikonya?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.