Sukses

Cerita Akhir Pekan: Menyoroti Fesyen Netral Gender

Fesyen netral gender disebut tidak terdefinisi secara konvensional.

Liputan6.com, Jakarta - Fesyen netral gender disebut tidak terdefinisi secara konvensional, juga tidak memiliki konstruksi tunggal yang mapan. Faktanya, pakar industri mode mengatakan, pakaian yang benar-benar netral gender bukanlah busana sama sekali, namun lebih kepada hasil pemikiran.

Namun secara lumrah, koleksi ini tidak tidak terbatas pada warna tertentu atau apakah cocok untuk anak perempuan, anak laki-laki, pria, dan wanita. Alih-alih, mereka tanpa gender karena "modenya cair, tidak secara inheren maskulin atau feminin, dan gayanya cocok untuk semua tipe tubuh."

Secara khusus, CNN melaporkan, konsumen Gen Z lah yang menciptakan permintaan mode lebih inklusif dan netral gender. Karena itu, fesyen netral gender disebut sebagai "hal besar berikutnya."

Istilah ini pun tidak mengecualikan industri fesyen dalam negeri dalam cakupannya. Belakangan, terutama di media sosial, Anda mungkin makin sering melihat embel-embel fesyen netral gender yang perlahan diadopsi lini mode dalam negeri.

Yang terbaru, merek fesyen Erigo memboyong konsep ini saat tampil di runway New York Fashion Week 2022, awal bulan ini. Founder, sekaligus CEO merek itu Muhammad Sadad berharap koleksi itu bisa dipakai semua kalangan, ras, gender, dan berbagai macam bentuk tubuh.

Pakar fesyen, sekaligus desainer Musa Widyatmodjo menyebut jangan sampai fesyen netral gender semata jadi "kata-kata pemasaran." "Harus dipahami esensinya, dan disadari bahwa perkembangan fesyen netral gender di Indonesia tidak akan mudah," katanya melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Jumat, 17 September 2021.

Pasalnya perjuangan yang sama, kata Musa, telah dialami dalam menormalkan pemakaian sarung dan kain bagi pria di pakaian sehari-hari mereka. "Ini padahal gagasan yang dekat, Indonesia banget, dan itu masih sulit," tuturnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan Anak Baru

Sementara desainer Amot Syamsuri Muda mengatakan, fesyen netral gender sebenarnya bukan "anak baru" dalam dunia mode. "Yang harus dipahami, at the end of the day, orang lupa tujuan fashion designer apa. Mereka akan berpikir fesyen sebagai medium lain dalam berekspresi," ucapnya lewat panggilan suara, Rabu, 15 September 2021.

Karena itu, ia selalu lebih berfokus pada cara membuat karya yang orisinal. Sebagai pemilik lini mode menswear, Amot menyebut pelanggannya memang tidak semua pria. "Tetap banyak perempuan juga," imbuhnya.

Soal klasifikasi busana-apa-untuk-siapa dalam dunia mode, Musa menyebut bahwa ini hanya soal zaman, sebagaimana "pakaian pria" seperti blazer, celana panjang, bahkan setelan jas, dipakai perempuan di awal era 1900-an. Perang Dunia dan pergerakan di banyak negara menuntut "busana perempuan yang lebih aktif" kala itu.

Dalam dinamikanya, Musa mengatakan, tetap harus ada pemisahan antara busana adat dengan busana fashion. "Banyak orang merasa kreativitas berarti itu 'semau gue.' Padahal, kreativitas itu ada pertanggungjawabannya. Jangan karena mengatasnamakan fesyen, semua jadi ditabrak tanpa pakem," katanya.

3 dari 4 halaman

Berani Tidaknya Mengambil Jalur Baru

Amot mengatakan denyut napas fesyen netral gender di Indonesia sebagai "a good thing." "Ini dekat dengan semangat budaya Indonesia yang lekat dengan ekspresi diri. Seni itu memang soal self-expression," ujarnya.

"Arahan busana baru" ini, kata Musa, harus dibarengi dengan kesiapan, mengingat bukan hal mudah bagi masyarakat menerima sesuatu yang baru. Gagasan ini dicontohkannya dengan "pria memakai rok," misalnya.

"Perlu pembuktian, perlu waktu, dan sifatnya mengekor. Kalau sudah ada yang melakukannya, nanti akan banyak yang ikut. Ini tentang berani-tidak berani dalam mengambil jalur-jalur baru," tuturnya.

Dalam mendesain busana pria, Amot mengatakan, satu kunci utama baginya adalah tidak dibuat terlalu manly. "Identitas desainnya itu memang less masculine karena aku tahu pasar aku siapa," kata desainer yang menyebut akan mengeluarkan koleksi teranyar akhir tahun ini.

"Sedikit berbeda. Kami banyak pakai sample baju lama dan mau rekonstruksi ulang. Ini baru bikin beberapa pieces saja," tandasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.