Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Minahasa, Tempat Peristirahatan Terakhir Sam Ratulangi

Sejak dulu tak ada raja di Kabupaten Minahasa, melainkan Walian.

Liputan6.com, Jakarta - Minahasa, kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara ini beribu kota di Tondano. Kabupaten Minahasa berbatasan dengan Laut Sulawesi, Kota Manado, dan Kota Tomohon di sebelah utara serta Laut Maluku dan Kota Tomohon di sebelah selatan.

Kabupaten Minahasa memiliki luas 4.626 kilometer persegi dengan kecamatan terluas terletak di Kombi sebesar 119,74 kilometer persegi dan kecamatan Langowan Timur sebagai kecamatan terkecil sebesar 7, 24 kilometer persegi. Pada 2020, jumlah penduduk kabupaten ini mencapai 347,29 ribu jiwa yang tersebar di 25 kecamatan.

Kabupaten ini menjadi induk dari sederet kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2003, Kabupaten Minahasa dimekarkan menjadi Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kota Tomohon. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2003, Kabupaten Minahasa mengalami pemekaran kembali menjadi Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Utara.

Selain fakta menarik di atas, tentunya ada hal menarik lainnya dari kabupaten ini. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Minahasa yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Asal-usul Kabupaten Minahasa

Nama Minahasa berasal dari kata Minaesa yang berarti persatuan. Dulunya, daerah Minahasa ini, lebih dikenal sebagai Malesung.

Orang Minahasa dikenal sebagai keturunan Toar Lumimuut yang terbagi menjadi tiga golongan, yaitu Makarua Siow, Makatelu Pitu, dan Pasiowan Telu. Masing-masing memiliki arti. Makarua Siow bermakna para pangatur ibadah dan adat, Makatelu Pitu yaitu mengatur pemerintahan, dan Pasiowan Telu yang berarti rakyat.

Dari seluruh wilayah Minahasa, warga dulu terkonsentrasi di wilayah garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, dan Sungai Rumbia. Tapi, peperangan dengan Bolaang Mongondow memaksa penduduk memencar luas ke hampir seluruh wilayah Minahasa.

Wilayah ini tidak pernah ada pemerintahan yang dipimpin oleh raja, tetapi terdapat pemerintahan kolektif yang terdiri dari pemimpin agama, adat, dan dukun. Selain itu, terdapat pula Tonaas yang merupakan orang keras yang ahli di bidang pertanian, kewanuaan, dan yang dipilih menjadi kepala walak; Teterusan yaitu panglima perang; dan Potuasan yang berarti penasehat.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Tempat Pemakaman Sam Ratulangi

Tondano menjadi tempat kelahiran Sam Ratulangi, salah satu pahlawan yang berjasa bagi Indonesia. Makam ini terletak di Kecamatan Tondano Minahasa, Sulawesi Utara, sekitar 30 kilometer dari Kota Manado.

Semasa hidupnya, Sam Ratulangi mengabdikan diri untuk pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dia pun turut mengantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan dengan menjadi salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) selaku delegasi Minahasa.

Tempat peristirahatan terakhirnya ini dibangun di tanah seluas satu hektare yang dihiasi oleh relief perjalanan hidup Sam Ratulangi. Tangga berwarna orange menghiasi taman pemakaman yang mengarahkan ke makam Sam Ratulangi di atas bukit.

Makam Sam Ratulangi berupa Waruga yang merupakan kuburan batu zaman leluhur Minahasa dengan latar belakang Monumen Sam Ratulangi. Monumen Sam Ratulangi berupa tugu dengan bentuk segi lima. Pada sisi tengah terdapat Patung Sam Ratulangi setengah badan menghadap ke barat.

3. Watu Pinawetengan

Watu Pinawetengan disebut juga sebagai Batu Pinawetengan, merupakan sebuah prasasti yang mana bagi masyarakat merupakan batu suci. Batu ini terletak di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa. Watu Pinawetengan ini.

Batu ini merupakan peninggalan sejarah budaya Minahasa yang digunakan sebagai pembagi wilayah etnik Minahasa. Watu Pinawetengan berbentuk batu datar, dengan panjang empat meter dan tinggi dua meter. Dulunya, tujuh macam kelompok suku Minahasa mengadakan pertemuan damai di lokasi ini. Terdapat ukiran pada batu Pinawetengan yang masih dapat dibaca hingga kini.

 

3 dari 4 halaman

4. Danau Tondano

Danau Tondano merupakan danau terluas di Provinsi Sulawesi Utara yang berada di daerah Tondano. Pada tengah-tengah danau terdapat Pulau Likri, mengingatkan pada Pulau Samosir di Danau Toba. Danau ini dikelilingi oleh tiga gunung dan satu bukit, yaitu Gunung Lembean, Gunung Kaweng, Gunung Masarang, dan Bukit Tampusu.

Danau seluas 4000 hektare ini juga dikenal sebagai penghasil ikan air tawar, khususnya ikan mujair dan sepat. Selain menjadi tempat pariwisata, danau ini dijadikan masyarakat sebagai sumber air.

Menurut cerita rakyat, danau ini terbentuk akibat letusan Gunung Kaweng karena ada sepasang kekasih yang tidak direstui hubungannya. Kedua pasangan ini kemudian masuk ke dalam hutan di Gunung Kaweng dan melanggar larangan menikah. Maka, kubangan bekas letusan gunung ini yang disebut sebagai Danau Tondano.

5. Bukit Kasih Kanonang

Bukit Kasih Kanonang terletak di Kecamatan Kawangkoan Barat, Kabupaten Minahasa, sekitar 55 kilometer sebelah selatan Kota Manado. Bukit ini dibangun sebagai simbol sebagai kerukunan antar-umat beragama di Sulawesi Utara.

Bukit ini dikelilingi oleh vegetasi hijau merupakan tempat wafatnya leluhur suku Minahasa Toar Lumimuut. Untuk menghormatinya, didirikan patung Toar dan Lummi’muut. Oleh masyarakat setempat, bukit ini digunakan sebagai tempat berdoa bersama untuk mendoakan bumi agar menjadi aman, damai, dan tentram.

Terdapat lima rumah ibadat yang dibangun di Bukit Kasih Kanonang, yaitu Gereja Katolik, Gereja Kristen, Vihara, Masjid, dan Kuil Hindu. Pada bukit ini terdapat monumen yang berbentuk segi lima dengan tinggi 22 meter dengan puncaknya terdapat bola dunia dan burung merpati.

6. Nasi Jaha

Makanan itu merupakan makanan pokok wargaMinahasa yang berbahan dasar beras ketan. Beras ketan ini kemudian dicampur dengan santan, bumbu rempah-rempah, dan dibungkus dengan daun pisang. Bumbu rempah yang digunakan antara lain, daun pandan, jahe, kunyi, dan serai.

Setelah bahan-bahan siap, nasi jaha dimasak dengan cara dibakar dengan menggunakan batang bambu. Makanan ini dapat disantap dengan ataupun tanpa tambahan lauk pauk. Biasanya, nasi jaha dapat dijumpai pada acara-acara yang digelar di Sulawesi Utara. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.