Sukses

Cara Biro Perjalanan Wisata Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Covid-19

Sejumlah cara ditempuh biro perjalanan wisata untuk bertahan hidup di tengah pandemi, seperti merumahkan karyawan, tanam singkong, hingga menjual mobil.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang tergabung dalam Indonesia Ibound Travel Operators Association (IINTOA) mengungkapkan kondisinya selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama 1,5 tahun. Berbagai cara mereka lakukan untuk bertahan hidup di tengah pandemi. Oleh karena itu, mereka membutuhkan dukungan dari pemerintah.

"Sebanyak 90 karyawan kami rumahkan yang di Bali, kami tidak PHK. Mereka masih berstatus sebagai karyawan dan kami masih memberikan gaji yang sangat minim kepada mereka, tapi hanya di bawah lima persen," ungkap General Manager Pacto Ltd Freddy Rompas dalam webinar IINTOA yang berlangsung secara daring, Jumat (20/8/2021).

Dengan kondisi tersebut, Freddy mengungkapkan sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk kembali memulai usahanya. Hal senada diungkapkan Ricky Setiawanto dari Panorama Destination.

Bagi dia, dana hibah sangat diperlukan untuk memulai kembali bisnisnya sebagai modal awal. Hal itu karena selama 1,5 tahun, pihaknya hampir tak melakukan kegiatan karena tidak adanya pergerakan manusia.

"Apalagi sekarang, adanya PPKM dengan aturan-aturannya yang ketat. Kebijakan tersebut sangat menyulitkan untuk memulai kembali bisnisnya," ujar Ricky.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Taman Singkong dan Jagung hingga Jual Mobil

Selain merumahkan karyawannya, cara lain yang dilakukan biro perjalan wisata yang lain bertani. Hal tersebut diungkapkan Chairman IINTOA, Paul Edmundus Talo.

"Saya punya tanah sedikit, saya tanam jagung, singkong. Dalam beberapa hari daun singkong, saya jadikan sayur. Minggu depan saya juga akan panen pisang untuk yang ketiga," ungkap Paul.

Untuk bertahan hidup, Paul akan menjual mobilnya yang ketiga. Sebelumnya, ia sudah menjual dua mobil miliknya untuk kebutuhan yang lebih besar.

"Saya juga ada rencana untuk menjual. Jadi, kondisinya seperti itu, ini real. Karena saya tidak punya sawah dan kebutuhan yang lain, mau jual bubur tidak bisa. Saya mau coba berjualan sayur, tapi akhirnya rencana itu akan dilaksanakan oleh anak saya," ungkapnya.

 

3 dari 4 halaman

Peran Pemerintah

Dalam kesempatan itu, Ricky Setiawanto dari Panorama Destination juga berharap pihak pemerintah, terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberi perhatian kepada biro perjalanan wisata. Hal tersebut terlepas dari mereka anggota IINTOA atau pun bukan.

"Kami pun (biro perjalanan wisata) punya andil yang cukup tinggi dalam mencari wisatawan dulu sempat menjadi primadona. Sektor pariwisata itu hampir melewati devisa yang diterima devisa dari sektor migas. Ini mungkin bisa menjadi renungan dan ungkapan bahwa sudah waktunya pemerintah untuk merestarting pariwisata," tutur Ricky.

Selama ini, lanjut Ricky banyak sekali wacana yang diberikan oleh pemerintah maupun skema-skema berupa bantuan yang diharapkan bisa membantu bangkitnya pariwisata. "Namun, sampai hari ini belum ada tanda-tanda yang signifikan, terutama terhadap sektor pariwisata yang paling terdampak," tegasnya.

4 dari 4 halaman

Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.