Sukses

Fobia Makanan, Anak 12 Tahun Hanya Makan Roti Selama 10 Tahun

Saat diberi makanan selain roti dan yoghurt, bocah 12 tahun ini akan mengalami serangan panik.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun hanya makan setengah roti putih dan yoghurt setiap hari selama 10 tahun. Ia didiagnosa menderita fobia makanan.

Orangtua bocah bernama Ashton Fisher ini berusaha mati-matian mengubah pola makan anak mereka. Namun, ia mengalami serangan panik jika diberi makanan lain, seperti dilansir dari laman Metro, Jumat (20/8/2021).

Seorang psikolog kemudian mendiagnosanya dengan Avoidant Restrictive Food Intake Disorder (AFRID) pada 2021. Dalam perawatannya, anak asal Norfolk, Inggris ini bangga pada dirinya sendiri setelah berhasil mencoba makan malam dengan keripik dan sandwich ham.

Ibunya, Cara, percaya bahwa fobia putranya berasal dari refluks, semacam gangguan pencernaan, yang ia alami saat masih bayi. Kondisi itu memang jadi pemicu umum penderita ARFID.

"Saya tidak berpikir dia akan berada di sini hari ini jika kita tidak memakan yoghurt stroberi, pisang Munch Bunch, dan roti putih Warburton," kata Cara.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sama Seperti Fobia Laba-Laba

Cara menambahkan, ia sangat mengkhawatirkan putranya tidak mendapat nutrisi yang dia butuhkan. Tapi, di sisi lain, ia juga tidak bisa memakan makanan lain karena serangan kepanikan.

"Kami belum pernah makan malam Natal sebagai keluarga karena Ashton tidak tahan dengan baunya," ujar sang ibu.

Ia mengatakan bahwa fobia makanan sama dengan fobia laba-laba. Memberi seseorang sepiring makanan selain "makanan aman" itu membuat mereka ketakutan dan tidak bisa memakannya.

3 dari 4 halaman

Kategori Kekhawatiran

Spesialis gangguan makan selektif Felix mengatakan pekerjaannya adalah "tentang mampu membuat klien merasa nyaman begitu mereka merasa dipahami, divalidasi, dan didengarkan."

"Kekhawatiran orang-orang termasuk dalam kategori umum. Misalnya, bagaimana jika saya muntah atau bagaimana jika saya tidak menyukai rasa makanan baru," katanya.

Seperti diberitakan Daily Mail, kasus serupa juga sempat dialami seorang perempuan bernama Michaela Harris di Middlesbrough, Inggris. Ia harus bertahan hidup hanya dengan mengonsumsi chicken nugget dan keripik. Hal tersebut terjadi karena ia memiliki kelainan makan yang langka.

4 dari 4 halaman

Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.