Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Banjar yang Punya Pasar Terapung Sejak Zaman Kesultanan

Pasar terapung di Kabupaten Banjar itu menjadi salah satu destinasi wisata nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Banjar merupakan nama kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah selatan serta Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala (Batola) di sebelah barat.

Kabupaten Banjar memiliki wilayah terluas ketiga di Kalsel, setelah Kotabaru dan Tanah Bumbu, dengan luas 4.668,50 kilometer persegi. Kabupaten ini terbagi menjadi 20 kecamatan dengan jumlah penduduk sebanyak 565.635 jiwa pada 2020.

Banjar beribu kota di Martapura. Letak dari kabupaten ini dinilai strategis karena merupakan lokasi trans Kalimantan serta dekat dengan rencana pusat pemerintahan Provinsi Kalsel. Kabupaten ini juga disebut sebagai penyangga dari Kota Banjarmasin dan calon wilayah Metropolitan Banjar Bakula.

Apa saja fakta menarik lain dari Kabupaten Banjar? Simak detailnya di sini yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Wisata Pasar Terapung

Seperti di Banjarmasin, Anda juga bisa menemukan pasar tradisional yang melayani konsumennya langsung di atas sungai. Lokasi pasar terapung itu berada di Desa Sungai Pinang (Lok Baintan), Kecamatan Sungai Tabuk. Karena itu, pasar dinamai Pasar Terapung Lok Baintan.

Sejarah pasar ini sudah dimulai sejak zaman Kesultanan Banjar. Warga setempat mempertahankannya sebagai warisan budaya. 

Penjual menggunakan perahu khas bernama jukung sebagai alat transportasi utama. Sistem jual beli di sini juga masih mempertahankan sistem barter, yang berarti mata uang bukanlah alat pembayaran utama dari pasar ini.

Karena keunikannya, banyak wisatawan datang untuk mencoba pengalaman jajan di pasar tradisional ini. Pasar Terapung Lok Baintan juga telah dinobatkan oleh Pemerintah Pusat Banjarmasin sebagai destinasi wisata nasional.

2. Makam Sultan Adam Al-Watsiq

Makan Sultan Adam Al-Watsiq berada di Kelurahan Jawa Matapura. Sang sultan merupakan raja Kerajaan Banjar yang memerintah selama 32 tahun.Semasa memerintah, ia dikenal sebagai sultan yang alim, dekat dengan ulama, dan memperjuangkan kejayaan Islam untuk kehidupan masyarakat.

Kepribadian tersebut merupakan hasil tempaan selama menimba ilmu agama kepada penasihat kerajaan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Syekh Muhammad Arsyad juga menjadi penasihat Sultan Tahmidillah bin Sultan Tamjidillah hingga masa Sultan Sulaiman bin Sultan Tahmidillah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Masjid Sejak Zaman Penjajahan Belanda

Masjid Agung Al-Karomah didirikan pertama kali ketika masa penjajahan Belanda pada 1897. Pada masanya, masjid ini dinamai Masjid Jami’ Martapura. Bangunan masjid menggunakan kayu untuk dinding dan lantai masjid. Atapnya dihiasi atap tumpang berbentuk limas segi tempat yang meruncing seperti kerucut.

Arsitektur masjid ini mengikuti bentuk dari Masjid Agung Demak. Sejarahnya, Kerajaan Banjar dahulu berubah menjadi kesultanan karena usaha dari utusan dan ulama Kerajaan Demak yang bernama Khatib Dayan.

Masjid Agung Al-Karomah sudah direnovasi tiga kali. Benda yang masih asli hanya soko guru dan mimbar masjid. Pada 2003, masjid ini berubah nama menjadi Masjid Agung Al-Karomah.

4. Rumah Adat Banjar Legendaris

Rumah adat khas Banjar ini terletak di Desa Teluk Selong, sekitar 3,2 kilometer dari Kota Martapura. Bangunan itu didirikan pada 1811 oleh H. M. Arif dan istrinya Hj. Fatimah. Meski sudah berusia ratusan tahun, kondisinya terpelihara dengan baik.

Terdapat dua rumah adat banjar, yaitu Rumah Adat Banjar Gajah Baliku dan Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi. Interior yang menghiasi rumah adat ini merupakan ukiran khas Banjar. Keseluruhan bangunan ini menggunakan kayu ulin yang dikenal sebagai kayu solid tahan banting.

Bangunan yang memanjang lurus ke depan merupakan bangunan induk. Sedangkan, bangunan yang menempel pada sisi kanan dan kiri disebut sebagai Anjung. Atapnya yang memanjang ke belakang disebut sebagai Atap Hambin Awan. Bubungan atap yang memanjang ke depan disebut Atap Sindang Langit, sementara atap tinggi melancip disebut Bubungan Tinggi.

Awalnya, bangunan ini hanya digunakan sebagai bangunan istana atau keraton. Seiring waktu, model bangunan ini dicontoh oleh masyarakat sebagai desain rumah mereka.

3 dari 4 halaman

5. Pengrajin Batu Mulia

Lokasi pengrajin batu mulia ini terletak di Martapura yang terkenal sebagai tempat mencari batu hias. Ketenaran ini tidak luput dari kekayaan alam wilayah setempat yang berupa mineral yang di dalamnya terdapat batu mulia. Jika diolah dapat menghasilkan perhiasan.

Batu mulia yang terdapat di wilayah ini beragam, seperti batu akik berjenis kecubung, safir, dan batu merah delima. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp5 ribu dan dapat ditawar. Wisatawan kerap membelinya sebagai oleh-oleh.

6. Danau Biru

Danau ini merupakan bekas galian tambang. Danau yang bernama Danau Parta atau Paring Tali atau lebih dikenal sebagai Danau Biru Pengaron. Lokasinya terletak di Desa Paring Tali, Kecamatan Simpang Tempat.

Tidak hanya danau yang berisi air, danau ini dilengkapi dengan tebing dengan garis-garis horizontal. Perlu diingat, danau ini tidak diperuntukkan untuk berenang karena airnya beracun.

Danau Biru ini tidak terlalu luas seperti danau-danau pada umumnya. Warna air yang biru akan lebih indah jika terkena pantulan sinar matahari. Lokasi ini pas untuk berfoto karena keindahan danaunya yang Instagramable. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

4 Risiko Mobilitas Saat Liburan di Masa Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini