Sukses

Gejala dan Pengobatan Wet-AMD, Penyakit Mata yang Bisa Berujung Kebutaan

Kebiasaan merokok adalah salah satu faktor yang meningkatkan risiko penyakit AMD yang bisa berujung kebutaan

Liputan6.com, Jakarta - AMD (Age-Related Macular Degeneration) adalah penyakit mata progresif yang menyebabkan hilangnya penglihatan dengan cepat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, penyakit mata AMD adalah penyebab kebutaan nomor tiga terbesar secara global.

Penyakit AMD memengaruhi makula, area pusat retina di belakang mata, yang bertanggung jawab melihat benda dan detail di depan mata. Sebanyak 90 persen dari kasus kehilangan penglihatan berat pada pasien AMD, disebabkan oleh wet-AMD.

Wet-AMD adalah kondisi lebih lanjut dari AMD, yang ditandai dengan pertumbuhan pembuluh darah abnormal di bawah makula sehingga terjadi kebocoran cairan dan darah pada retina. Penyakit ini jadi penyebab utama kehilangan penglihatan yang parah dan kebutaan pada pasien AMD di atas usia 65 tahun, serta memengaruhi 20 juta orang di seluruh dunia.

Wet-AMD juga merupakan salah satu penyebab kebutaan di Indonesia. Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Cabang DKI Jaya dr. Elvioza, SpM(K), kebiasaan merokok adalah salah satu faktor yang meningkatkan risiko penyakit AMD.

Begitu pula gaya hidup tidak sehat lain, seperti jarang olahraga, obesitas, pola makan tidak baik, hipertensi sampai adanya riwayat AMD pada keluarga. "Ada faktor risiko yang tidak bisa dihindari seperti genetik dan usia. Namun ada yang bisa dihindari seperti gaya hidup. Dengan berhenti merokok, risiko AMD jauh menurun," terang Elvioza dalam konferensi pers daring, Kamis (12/8/2021).

Elvioza melanjutkan, perempuan lebih berisiko terkena penyakit ini. Belum diketahui apa penyebab persis yang membuat kaum Hawa lebih berisiko. Tetapi fakta statistik menunjukkan penyakit ini memang lebih banyak diderita perempuan.

Gejala dari degenerasi makula terkait usia tipe basah di antaranya adalah berkurangnya kemampuan penglihatan, terutama pada bagian tengah ruang pandang. Hal ini ditandai dengan penglihatan buram, bintik hitam pada pusat penglihatan, penglihatan bergelombang atau metamorfopsia, yakni garis lurus terlihat bergelombang atau terdistorsi, serta adanya peningkatan sensitivitas terhadap cahaya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ikuti Arahan Dokter

Elvioza menegaskan, jika tidak segera ditangani maka Wet-AMD bisa menyebabkan risiko kehilangan penglihatan yang parah dan meningkatkan risiko kebutaan. Maka, penting bagi pasien Wet-AMD untuk datang ke dokter sesuai jadwal dan mengikuti arahan dokter.

Jika dari pemeriksaan mata ditemukan kelainan, dokter akan mengetes lanjutan menggunakan alat oftalmoskopi. Beberapa tahun belakangan, pengobatan Wet-AMD semakin efektif dibandingkan masa lampau.

Sejak 2006, ditemukan obat anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF). Terapi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat ke bola mata pasien setelah dibius dengan obat tetes mata anestesi. Meski terkesan menyeramkan, Elvioza mengatakan jarum yang dipakai sangat kecil dan halus, lebih kecil dibandingkan bulu mata.

Perawatan ini biasanya punya tingkat keberhasilan tinggi dan bisa mencegah memburuknya penglihatan penderita. Namun, setiap kerusakan yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki sehingga penting untuk memulai perawatan sedini mungkin. Injeksi biasanya dilakukan per bulan selama tiga bulan, selanjutnya dokter akan memonitor hingga penyakit pasien bisa dikendalikan.

3 dari 4 halaman

Tak Bisa Sembuh, tapi Terkontrol

Pasien harus mengikuti jadwal pengobatan dan arahan dari dokter. Semakin teratur pasien datang untuk mengontrol, akan semakin baik. "Jangan sampai tidak kontrol dan baru datang saat kondisi sudah sangat berat, dampaknya akan buruk. Penyakit ini tidak ada istilah "sembuh", melainkan "terkontrol"," terangnya.

Elvioza menegaskan, pasien harus tetap disiplin kontrol meski tidak ada keluhan agar penyakit tetap terkendali. "Kalau kambuh, bisa dikasih pengobatan lebih dini," lanjutnya.

Penting juga untuk menjalani gaya hidup sehat, rutin berolahraga dan berhenti merokok. Kurangi juga paparan langsung sinar matahari seperti dengan memakai topi dan kacamata. Anda juga bisa menjalani diet makanan tinggi antioksidan, seperti bayam, selada, paprika hingga jagung manis.

4 dari 4 halaman

5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.