Sukses

Benarkah Penggunaan Sunscreen Dapat Merusak Laut?

Sunscreen diklaim dapat berpotensi meracuni lingkungan, terutama daerah wisata laut yang sering didatangi turis.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang yang menggiatkan pentingnya penggunaan sunscreen sebelum beraktivitas di luar ruangan. Terlebih ketika pergi ke pantai, tentunya banyak yang menggunakan produk ini.

Sunscreen dapat digunakan untuk melindungi kulit dari efek yang berbahaya yang disebabkan oleh sinar matahari. Dilansir dari The Guardian, Sabtu, 8 Agustus 2021, seorang penyelam bernama Autumn Blum, melihat pelangi ketika berada di bawah air. Tak disangka, pelangi yang dilihatnya merupakan kilau minyak dari sekelompok penyelam.

Penyelam scuba berpengalaman di Palau, Samudra Pasifik tersebut hanya berada 5 meter di bawah air. Blum menyadari, lapisan warna-warni yang dilihatnya berasal dari sunscreen yang digunakan oleh para penyelam.

"Ketika saya kembali ke kapal, saya langsung mengambil botol sunscreen dan membaca bahan pembuatnya," ujar Blum.

Menurut Blum, yang juga seorang ilmuwan di bidang kosmetik yang telah menciptakan produk berbahan alami mengatakan, bahan yang digunakan dalam sunscreen yang dilihatnya, tidak pernah digunakan dalam produknya. "Bahan yang digunakan di sini merupakan bahan yang paling sensitif untuk lingkungan laut," lanjutnya.

Penggunaan sunscreen sangat penting untuk melindungi kulit dari penyakit kanker dan dengan berbagai peraturan pembatasan perjalanan, memungkinkan penjualan sunscreen meningkat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sunscreen juga diklaim dapat berpotensi meracuni lingkungan, terutama daerah wisata laut yang sering didatangi turis. Biasanya, sebelum berenang mereka akan menggunakan sunscreen terlebih dahulu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 
 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kata Ahli

Cinzia Corinaldesi, seorang profesor ekologi di Marche Polytechnic University di Ancona, Italia, memperkirakan setiap tahunnya, sebanyak 20.000 ton sunscreen yang ada di laut berasal dari wisatawan di Mediterania Utara. Semantara itu, Dr Craig Downs, peneliti dan kepala organisasi ilmiah Laboratorium Haereticus Environmental, memperkirakan sebanyak 6.000--14.000 ton setiap tahunnya berasal dari wisatawan di daerah terumbu karang.

Terdapat dua bahan kimia sunscreen yang cukup menjadi perhatian, biasanya digunakan sebagai filter ultraviolet, yaitu oxybenzone dan octinoxate. Meskipun ada beberapa bahan lainnya yang mengkhawatirkan.

Hawaii sendiri telah melarang turis untuk menggunakan filter UV sejak awal Januari 2021. Pada 2018, Palau mengumumkan pembatasan penggunaan sunscreen yang mengandung bahan-bahan tertentu.

Di daerah lainnya juga sudah menerapkan larangan yang serupa. Tetapi, dengan perilaku konsumen yang sering berubah, mencari sunscreen yang ramah terhadap terumbu karang.

Ditambah tidak adanya pengertian secara khusus terhadap produk yang dipilih. Apakah benar produk tersebut ramah atau tidak terhadap terumbu karang, membuat kebingungan di tengah masyarakat.

Corinaldesi merupakan salah satu ilmuwan yang percaya bahwa sunscreen memiliki kadar efek yang buruk. Ia telah mempelajari kadar sunscreen yang ada pada ekosistem laut sejak 2000-an.

"Kami terinspirasi dari fakta yang mengatakan bahwa Meksiko, di Cenote (tempat berenang alami), tidak boleh menggunakan sunscreen sebelum menyelam ke dalam air," ujar Corinaldesi.

"Warga Meksiko telah sadar, bahwa sunscreen akan berdampak bagi ekosistem yang rentan ini," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Berpengaruh pada Rantai Kehidupan Laut

Corinaldesi dan tim penelitiannya, mulai meneliti di seluruh kawasan terumbu karang dunia. Hal ini dilakukan guna mengamati efek bahan kimia dari sunscreen terhadap biota laut ini.

"Untuk pertama kalinya kami menunjukkan, bahwa beberapa filter dan pengawet menyebabkan pemutihan pada karang secara keseluruhan. Bahkan pada konsentrasi rendah," tuturnya.

Dari temuan tersebut, Corinaldesi dan tim penelitiannya menguji beberapa sunscreen, termasuk sunscreen yang berlabel "ramah lingkungan" pada berbagai organisme laut. Mereka menemukan bahwa, beberapa produk sunscreen menimbulkan kelainan pada embrio dan larva.

Corinaldesi juga mengatakan, kelainan tersebut tergolong sebagai kerusakan permanen pada pertumbuhan bulu babi. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Downs pada 2015, oxybenzone dapat mengakibatkan efek yang fatal pada larva karang. Riset Downs menunjukkan bahwa oxybenzone dapat menimbulkan pengaruh.

"Setiap wilayah pesisir, terutama ketika musim panas saat pantai ramai, dapat menimbulkan risiko. Terlebih di perairan yang dangkal, penggunaannya cukup tinggi," ujar Corinaldesi. Tidak hanya berpengaruh terhadap terumbu karang, tetapi juga berpengaruh ke rantai kehidupan laut lainnya, seperti fitoplankton, krustasea kecil, moluska, ikan, dan bulu babi. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

Infografis Beda Bahaya Covid-19 Varian Delta dengan Delta Plus

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.