Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Kolaka yang Sempat Berjuluk Negeri Anggrek

Kolaka di Sulawesi Tenggara memiliki salah satu sungai terpendek di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Kolaka terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di bagian barat provinsi tersebut. Kabupaten ini menjadi salah satu gerbang utama untuk memasuki Sultra, khususnya bagi masyarakat yang menumpangi kapal laut dari daerah Bajoe.

Kabupaten ini berbatasan dengan Teluk Bone di sebelah barat, dan Kabupaten Konawe serta Konawe Selatan di sebelah timur. Sedangkan, sebelah utara berbatasan dengan Kolaka Utara dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana.

Wilayah Kolaka didominasi perairan dibandingkan dengan daratan, perbandingannya 15.000 km persegi:6.918,33 km persegi. Terdapat tujuh pulau besar di sana, yakni Pulau Padamarang, Pulau Lambasina Besar, Pulau Lambasina kecil, Pulau Maniang, Pulau Buaya, Pulau Lemo, dan Pulau Pisang.

Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Secara administratif, Kolaka terdiri dari 12 kecamatan dengan jumlah penduduk mencapai 237.587 jiwa pada 2020. Selain hal yang diungkap di atas, apa lagi fakta menarik yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber?

1. Cerita Elang Besar

Sejarah Kolaka tak bisa dilepaskan dari keberadaan komunitas Mekongga, penduduk asli wilayah itu. Berdasarkan cerita nenek moyang awalnya di Kolaka berdiri Kerajaan Mekongga. Kerajaan itu didirikan oleh dua bersaudara bernama Larumbalangi dan Wekoila yang datang mengendarai sarung sakti, Toloa Sarungga, ke bukit Kolumba yang berada dalam kawasan pegunungan Balandete.

Saat tiba di sana, Larumbalangi membantu masyarakat Mekongga mengatasi gangguan elang besar yang disebut Konggaaha. Elang besar berhasil dibunuh dengan menggunakan bambu runcing. Masyarakat pun berikrar mengangkat Larumbalangi sebagai pemimpin mereka. Ia pula yang dinilai berperan dalam meletakkan dasar-dasar pembentukan Kerajaan Mekongga yang berpusat di Wundulako.

Sementara, saudaranya, Wekoila, memutuskan melanjutkan perjalanan ke wilayah Konawe. Wilayah kerajaan pun membesar dengan menggelari keduanya sebagai pemimpin negeri atau Anakiano Wonua. Elang besar itu kemudian menjadi salah satu gambar di lambang Kabupaten Kolaka.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Negeri Anggrek

Mekongga juga disebut sebagai Wonua Sorume. Nama itu berarti negeri anggrek. Disebut demikian karena di wilayah itu tumbuh berbagai jenis anggrek. Bunga itu juga menjadi maskot Sulawesi Tenggara, tepatnya anggrek serat.

Masyarakat lokal menyebutnya sebagai anomi, anemi, atau alemi. Anggrek serat memiliki umbi semu yang kecil, pipih, dan berserat. Terkadang serat itu dimanfaatkan sebagai bahan anyaman.

Penampilannya juga cukup menarik sebagai bunga hias. Namun, anggrek ini tidak bisa dipandang lama karena umurnya pendek.

3. Adat Mosehe Wonua

Mosehe Wonua merupakan tradisi yang berasal dari masa kejayaan Kerayaan Mekongga, yakni sejak abad ke-13. Menurut bahasa suku Mekongga, Mosehe berarti melakukan sesuatu yang suci dan bertransformasi menjadi sebuah ritual yang diadakan untuk menyucikan negeri dari hal-hal yang merugikan di wilayah Mekongga.

Masuknya agama Islam ke Indonesia memengaruhi ritual dari Mosehe. Adat ini dipimpin oleh seorang tetua kampung. Prosesi adat diawali dengan Tari Lulo Sangia, yang dilanjutkan dengan penyembelihan kerbau putih. Prosesi diakhiri dengan tarian daerah dan daging kerbau akan dibagikan ke masyarakat.

4. Bende Wuta

Bende Wuta atau disebut sebagai Benteng Tanah didirikan oleh Latorangga pada abad ke-17 atau sekitar 1676. Pada saat itu, Kerajaan Mekongga dipimpin oleh Bokeo Teporambe. Pada masa ini, banyak sekali orang luar terutama warga Tobelo dan Wolio yang ingin memasuki wilayah Kerajaan Mekongga. Orang-orang tersebut datang untuk mencuri dan menculik wanita Mekongga.

Bokeo Teporambe memerintahkan Latorangga untuk mengusir orang luar kerajaan. Latorangga dan pasukannya mulai mendirikan benteng pertahanan yang terbuat dari tanah liat. Luas benteng mencapai dua hektare dengan tinggi pagar sekitar 3--5 meter. Lokasinya berjarak sekitar 471 meter dari tepi Sungai Lamekongga. Namun, benteng ini sudah tak bisa lagi ditemukan wujud aslinya.

 

 

 

3 dari 4 halaman

5. Tambang Nikel

Kabupaten Kolaka memiliki potensi pertambangan yang tersebar di hampir seluruh kecamatan. Utamanya adalah tambang nikel yang menjadi sumber devisa. Tambang nikel yang berada di Pomala, Kolaka, pernah menjadi kegiatan industri utama di daerah ini. Selain itu, tambang nikel juga tersebar di Kecamatan Wolo, Wundulako, Baula, Tanggetada, dan Watubangga.

Pertambangan lainnya yang dapat ditemukan di Kabupaten Kolaka adalah magnesit, pasir kwarsa, batu gamping, batu sabak, marmer, onyx, biji besi, emas, batu bara, dan lempung. Tetapi, perkebunan menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat dengan komoditi unggulan meliputi kelapa sawit, kakao, kopi, kelapa, cengkeh, jambu mete, dan lada.

6. Sungai Terpendek

Sungai Tamborasi terletak di Desa Tamborasi, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sungai ini dinobatkan sebagai salah satu sungai terpendek di dunia. Sungai ini memiliki jarak mata air hingga muara sekitar kurang lebih 20 meter.

Sungai ini berada sekitar 80 meter dari Kota Kolaka. Air Sungai Tamborasi keluar dari tebing karst dan langsung menghubungkan ke laut. Air sungai yang jernih menambah daya tarik bagi para wisatawan. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

4 Risiko Mobilitas Saat Liburan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.