Sukses

6 Fakta Menarik Lampung Timur, Rumah bagi Taman Nasional Way Kambas

Selain jadi rumah untuk Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur juga menyimpan keunikan budaya dan sejarah.

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Lampung Timur menjadi rumah berdirinya Taman Nasional Way Kambas. Berlokasi di Provinsi Lampung, kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Timur dan Kecamatan Rumbia di sebelah Utara.

Pada 2020, jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur sebanyak 1.110.340 jiwa yang terdiri dari 565.743 jiwa penduduk laki-laki dan 544.597 jiwa penduduk perempuan. Luas wilayahnya kurang lebih 5.325,03 kilometer persegi atau sekitar 15 persen dari total wilayah Provinsi Lampung.

Kabupatan Lampung Timur terbagi menjadi 24 kecamatan dan 264 desa/kelurahan. Kabupaten ini memiliki banyak produksi tanaman pangan yang berupa jagung sebanyak 899.870 ton, padi sebanyak 633.196 ton, dan ubi kayu sebanyak 578.337 ton.

Apa lagi hal menarik dari kabupaten ini? Simak fakta-fakta menarik Lampung Timur seperti dilansir dari berbagai sumber berikut ini.

1. Sejarah Kabupaten Lampung Timur

Pada zaman Belanda, wilayah Kabupaten Lampung Timur merupakan Onder Afdeling Sukadana yang dipimpin oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda. Onder Afdeling Sukadana dibagi ke dalam tiga distrik, yaitu Onder Distrik Sukadana, Onder Distrik Labuan Maringgai, dan Onder Distrik Gunung Sugih yang masing-masing dikepalai oleh Demang yang merupakan orang Indonesia.

Dari tiga inder distrik tersebut dibagi lagi ke dalam marga-marga. Pada zaman penjajahan Jepang, ini merupakan wilayah Bun Shu Metro yang terbagi ke dalam beberapa Bun Shu, Marga-Marga, dan kampung-kampung. Pembentukan Kabupaten Lampung Timur ini didasari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 dengan pusat pemerintahan di Kota Sukadana. 

2. Taman Nasional Way Kambas

Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional di Provinsi Lampung. Taman nasional ini memiliki luas kurang lebih 125.631 hektare yang berada di bagian tenggara Pulau Sumatera.

Taman Nasional Way Kambas berdiri sejak 1936 oleh Resident Lampung Mr. Rookmaker dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38. Pendirian kawasan ini difungsikan untuk melindungi kawasan yang menjadi tempat tinggal berbagai satwa liar, seperti tapir (Tapirus Indicus), gajah Sumatera (Elephans Maximus Sumatranus), enam jenis primata, rusa sambar (Cervus Unicolor), kihang (Muntiacus Muntjak), harimau sumatera (Panthera Tigris), dan beruang madu.

Infografis Yuk Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Taman Purbakala Pugung Raharjo

Taman Purbakala Pugung Raharjo ditemukan pada 1958. Luas area ini kurang lebih 30 hektare yang terletak di Kecamatan Sekampung Hilir, Lampung Timur. Taman purbakala ini adalah peninggalan zaman megalitik yang berupa arca batu, prasasti batu berlubang, menhir, punden berundak, dan arca tipe Polynesia.

Terdapat juga keramik lokal dan asing yang berasal dari Dinasti Han, Yuan, Sung. Ditemukan pula benteng parit primitif dengan panjang 1,2 kilometer yang mengelilingi situs purbakala. Diyakini, dahulu parit ini berisi air yang konon dipergunakan untuk mandi dan dapat membuat orang menjadi awet muda.

4. Tari Melinting

Seni tari melinting berasal dari daerah Melinting, Labuan Meringgai, Kabupaten Lampung Timur. Tarian ini merupakan tari tradisional Lampung karena sudah hadir sejak masuknya agama Islam ke Indonesia.

Kata Melinting diyakini berasal dari nama batang yang tumbuh dari bibit pohon jati. Penamaan ini diberikan oleh kedua putra Sultan Banten, Pangeran Panembahan Mas bergelar Minak Kejala Biddin dan Minak Kejala Ratu.

Kemudian, ratu yang berkuasa di daerah tersebut bergelar Ratu Melinting. Terdapat pula pengertian lain dari kata melinting yang berarti membawa.

3 dari 4 halaman

5. Makanan Khas Kabupaten Lampung Timur

Seperti kebanyakan kabupaten lainnya, Kabupaten Lampung Timur juga memiliki hidangan khas daerah, seperti gabing, kue segumpal, dan lempok durian. Gabing adalah kuliner khas Lampung yang terbuat dari batang kelapa muda. Batang tersebut dipotong hingga menjadi lempengan kecil yang memanjang dan direbus serta dibubuhi bumbu rempah.

Kue segumpal adalah kuliner yang dihidangkan pada musim tertentu. Biasanya, kuliner ini banyak dijumpai saat bulan Ramadan. Bahan dasar kue ini yaitu santan dan beras ketan yang dikukus.

Lempok durian atau biasa disebut juga sebagai lempuk yang berarti dodol atau jenang. Bahan baku pembuatan kuliner ini, yakni daging durian yang dibuang bijinya. Daging durian ini kemudian dicampur dengan gula dan dimasukkan dalam kuali untuk dimasak. Lempok durian memiliki cita rasa yang manis dan bertekstur kenyal.

6. Mangrove Pandan Alas Sriminosari

Mangrove Pandan Alas berlokasi di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai. Pemerintah kabupaten menjadikan Mangrove Pandan Alas Sriminosari sebagai tempat pariwisata bagi warga. Pengelolaannya pun diserahkan kepada warga sekitar melalui pemuda Karang Taruna, Pokdarwis, dan Bumdes Desa Sriminosari.

Dengan berkembangnya sebagai lokasi pariwisata, pemerintah membuat spot swafoto dan saung untuk menarik wisatawan. Selain itu, terdapat pula perahu untuk menyisiri pepohonan mangrove dan juga dapat digunakan sebagai jalan penghubung untuk ke pantai sekitar. (Gabriella Ajeng Larasati)

4 dari 4 halaman

Infografis Yuk Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.