Sukses

Mengenal Jinwar, Desa Khusus Perempuan di Suriah

Desa khusus perempuan ini dibangun akibat konflik perang di Suriah.

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Jinwar, desa khusus perempuan di Suriah. Akibat konflik di negara itu, sekelompok perempuan melarikan diri dari kekacauan dan akhirnya menetap di wilayah tersebut.

Dibangun selama dua tahun terakhir, desa kecil ini dihuni hanya oleh perempuan. Sesuai aturan, laki-laki tidak bisa tinggal di sana, dilansir dari laman Independent, Kamis, 22 Juli 2021.

Mural dan patung perempuan bekerja tersebar di sekitar lokasi, sementara di tengah desa ada taman bunga. Semua itu sangat kontras dengan desa-desa di sekitarnya

Beberapa tahun lalu, seluruh wilayah itu ada dalam bayang-bayang Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Ribuan orang Yazidi dibantai, dan ribuan perempuan diculik kelompok itu untuk dijadikan budak seks.

Menghadapi gelombang kebrutalan ini, banyak perempuan Kurdi angkat senjata melawan kelompok ekstremis. Kisah para wanita ini kemudian menarik perhatian dunia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Perlu Laki-Laki

Para pendiri Jinwar melihat desa mereka sebagai kelanjutan dari "revolusi wanita." Jinwar dibangun sebagai tempat perempuan melepaskan diri dari peran berorientasi keluarga yang diberikan masyarakat patriarki kepada mereka.

Zainab Gavary adalah salah satunya. Dia menikah ketika masih muda, tetapi suaminya meninggal tidak lama kemudian.

"Tidak perlu laki-laki di sini. Hidup kami baik-baik saja," kata warga berusia 28 tahun itu. "Tempat ini hanya untuk wanita yang ingin mandiri.”

Desa ini berjarak beberapa mil dari Qamishli, sebuah kota di wilayah mayoritas Kurdi di timur laut Suriah.

3 dari 4 halaman

Tempat Berlindung

Jinwar juga merupakan tempat perlindungan bagi wanita yang membutuhkan dukungan, terutama mereka yang kehilangan orang yang dicintai dalam perang. Amira Muhammad, miasalnya.

Suaminya terbunuh saat melawan ISIS lebih dari setahun lalu. Dia dipaksa untuk kembali tinggal dengan orang tuanya dan menjadi sepenuhnya tergantung pada mereka.

"Saya datang ke sini karena saya memiliki lima anak dan saya tidak memiliki penghasilan atau rumah untuk ditinggali," katanya. "Di sini mereka memberikan banyak manfaat, seperti pendidikan untuk anak-anak dan biaya hidup mereka. Ini adalah desa yang bagus, dan yang terpenting, anak-anak saya menyukainya.”

Di tempat itu mereka bertani, dan menjual hasil panen. Kelompok itu juga bergiliran memasak dan makan semua makanan mereka bersama di dapur umum yang besar. Ada hewan untuk dirawat dan sekolah untuk anak-anak.

Desa ini secara teratur menerima pengunjung dari daerah setempat, yang datang untuk mempelajari ide-ide di balik proyek tersebut. Di Jinwar, selain para janda akibat perang, ada juga perempuan yang bercerai, dan yang memilih untuk hidup jauh dari laki-laki.

4 dari 4 halaman

Infografis Pemerintah Suriah Ambil Alih Aleppo

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.