Sukses

Pro Kontra Piama Crop Top untuk Bayi 9 Bulan

Kubu pro menyebut bahwa protes atas piama crop top ini sama saja memandang pakaian anak dari sisi seksual.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang ibu mengecam jaringan department store Inggris, Poundland, karena menjual crop top untuk bayi berusia sembilan bulan. Opininya memicu perdebatan ketika ia mengunggah foto piama tersebut di media sosial, mengutip The Sun, Jumat, 16 Juli 2021.

Setelan piama ini terdiri dari atasan merah muda yang menampilkan ilustrasi gambar capung, berpadu celana legging panjang bermotif floral. "Contoh (busana anak) terburuk sejauh ini," tulisnya. "Ini bukan piama bayi berusia enam hingga sembilan bulan yang nyaman dipakai di rumah."

"Mungkin rompi bisa menutupi bagian perut, membuatnya lebih cocok dikenakan anak berusia di atas dua tahun. Apakah ini hanya anggapan saya? Menurut saya, crop top ini benar-benar menjijikkan," sambungnya.

Namun, orangtua lain mengklaim bahwa wanita tersebut salah karena memandang piama anak dari sisi "seksual." "Orang dewasa tidak boleh melihat pakaian anak-anak secara seksual. Mereka hanya anak-anak," tulis salah satunya

Yang lain berkomentar, "Pakaian hanyalah kain. Jika pandangan seksual Anda berorientasi pada pakaian, Anda tidak berbeda dengan orang-orang yang menyalahkan pakaian korban (pelecehan seksual)." Ada juga yang memintanya berhenti "mempermalukan orangtua karena memilih busana ini untuk anak-anak mereka."

Kendati demikian, ada juga yang sepakat dengan ibu tersebut. Salah satunya menyebut bahwa memakaikan piama crop top sama saja dengan bikini pada anak mereka. "Perbedatan ini terasa seperti bagaimana isu tubuh perempuan dimulai," ungkap seorang pengguna Facebook.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tanggapan Department Store

Menanggapi perdebatan tersebut, juru bicara Poundland mengatakan pada Daily Mail, "Kami bingung. Ini hanya setelan kaus dan legging yang laris di musim panas. Legging-nya high waist sehingga saat dipakai, tidak ada bagian perut yang terlihat. Itu jelas mengapa pelanggan kami menyukainya."

Narasi itu tidak membuat pihaknya bebas kritik. Salah satu pengguna menuliskan, "Saya merasa itu mengganggu dalam tiga hal, termasuk fakta produsen memilih membuatnya, toko busana keluarga memilih memasarkannya, dan tampaknya beberapa orangtua siap membiarkan anak-anak mereka memakainya."

Sementara, narasi busana anak-anak yang terlalu dewasa juga diucapkan tidak sedikit orang. Menurut mereka, kurangnya role model seusia anak mereka jadi masalah sosial di masa sekarang, sehingga "anak-anak tidak punya pilihan, selain memakai pakaian orang dewasa."

3 dari 4 halaman

Tren Pakai Aksesori Branded

Berbicara fesyen anak, kontroversinya juga sudah sejak lama dilekatkan dengan perdebatan etis tidaknya memberikan aksesori branded pada si kecil. Sejumlah selebritas, seperti Cardi B dan Kylie Jenner, "sudah kenyang" dengan kritik seputar topik tersebut.

Tren yang semula hanya berada di lingkungan selebritas ini nyatanya mulai diadopsi secara umum, salah satunya menghadiahkan tas desainer. Awalnya, pemberian item ini dianggap sebagai penghargaan bagi remaja yang berulang tahun maupun merayakan pencapaian tertentu.

"Kami melihat peningkatan. Kami percaya, ini terjadi karena pelanggan sekarang paham akan barang investasi, seperti tas," kata Dominique Rollins, style concierge manager di Harper, layanan belanja barang mewah berbasis di London, Inggris, lapor SCMP.

Fenomena ini didukung banyaknya perilisan tas tangan versi mini dari sederet rumah mode, seperti Chanel, Louis Vuitton, dan Fendi. Tahun lalu, Balenciaga bahkan bekerja sama dengan Hello Kitty untuk membuat tas mini berbentuk seperti karakter asal Jepang tersebut.

4 dari 4 halaman

Infografis Eksploitasi Seksual Anak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.