Sukses

Pakistan Buka Sekolah Negeri Pertama untuk Transgender

Sekolah negeri itu menerima para transgender tanpa melihat batasan umur.

Liputan6.com, Jakarta - Pakistan membuka sekolah negeri pertama yang dikhususkan untuk para transgender. Lokasinya tersebut berada di kota Multan, Pakistan.

Sekolah para transgender ini menawarkan lingkungan belajar inklusif yang dipimpin oleh anggota guru sekolah tersebut.

"Saya benar-benar merasa nyaman karena ada orang-orang dari komunitas kami di sini. Guru juga milik komunitas kita," ujar Baby Doll, seorang pelajar, seperti diungkapkan dalam video yang diunggah oleh AFP dalam kanal YouTube.

Selama ini, para siswa transgender sering diintimidasi siswa saat menuntut ilmu di sekolah arus utama. Menurut dia, para lelaki biasa menggodanya dan berperilaku buruk kepada para pelajar.

Mereka tidak pernah menyadari bahwa para transgender adalah teman sekelasnya. "Bahkan perilaku guru-guru kami dan staf lain di sekolah juga cukup mengesalkan," imbuhnya

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Dibatasi Umur

Menurut Departemen Pendidikan Sekolah Punjab, Hina Chauddhary bahwa tidak ada batasan usia bagi para siswa. Setiap orang bisa mendapatkan akses masuk sekolah.

"Program ini akan diperpanjang, dan mereka akan diberikan keterampilan vokasional, asalkan tidak ada batasan usia bagi siswa transgender," kata dia. 

Selama ini, anggota komunitas transgender yang dijauhi oleh masyarakat. Untuk bertahan hidup, mereka umumnya mencari nafkah sebagai penari dan pekerja seks komersial.

 

3 dari 4 halaman

Masih Dilecehkan

Para siswa yang bersekolah di tempat ini adalah siswa yang berhenti dari pendidikannya karena perilaku buruk teman sekelasnya. "Kami berusaha memulihkan hubungan mereka yang terputus dengan pendidikan. Tidak ada batasan usia," jelasnya.

Sampai saat ini, kaum transgender terus menghadapi pelecehan dan stigma. Mereka secara tradisional dipanggil untuk melakukan ritual seperti memberkati bayi yang baru lahir atau untuk memeriahkan pernikahan dan pesta, melansir dari laman SBS.com.

"Orang-orang melihat kami sebagai sarana hiburan ketika kami pergi keluar," kata mahasiswa Hania Henny. "Tetapi staf di sekolah sangat sopan. Kami merasa santai di sini."

 

4 dari 4 halaman

Infografis Sekolah Tak Lagi Seperti Dulu

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.