Sukses

Cerita Akhir Pekan: Suka Duka Hotel sebagai Akomodasi Repatriasi

Hotel untuk akomodasi repatriasi jadi salah satu yang berupaya bertahan di tengah guncangan pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Beragam langkah dilancarkan guna menekan laju penyebaran Covid-19. Tidak terkecuali dengan disediakannya hotel untuk repatriasi WNI dan WNA dari luar negeri yang kini berjumlah 64 hotel di DKI Jakarta.

Koordinator Hotel Repatriasi sekaligus Director Business Development and Sales Marketing PT Hotel Sahid Jaya International Tbk. Vivi Herlambang menyampaikan, ada beberapa ketentuan terkait hotel sebagai akomodasi repatriasi. Salah satunya harus tergabung dalam keanggotaan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

"Kedua, CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability) nilanya harus di atas 90. Ketiga, protokol kesehatannya kuat dan ketat karena menerima tamu-tamu dari luar negeri," kata Vivi ketika dihubungi Liputan6.com, Jumat, 9 Juli 2021.

Vivi melanjutkan, akomodasi repatriasi hanya untuk mereka yang hasil pemeriksaannya negatif Covid-19. Sebelum menjadi akomodasi repatriasi, hotel juga harus melewati serangkaian tahap pemeriksaan.

"Dicek dahulu sama PHRI, Kemenkes, KKP, ada juga dari Kodam. Setelah semua oke, baru kita putuskan jadi hotel repatriasi dan sekarang ada 64 hotel," tambahnya.

Untuk Grand Sahid Jaya sendiri telah diresmikan sebagai hotel untuk repatriasi per 1 Mei 2021. Dikatakan Vivi, hotel dapat menerima tamu reguler, namun lantai dan aturannya yang dipisah. Lantas, apa saja pelayanan hotel untuk repatriasi?

"Makan tiga kali, yaitu breakfast, lunch, dan dinner diantar ke kamar. Lalu, laundry lima pieces sehari, tes PCR dua kali, pertama datang dan di hari ketujuh karena sekarang tujuh malam dan delapan hari, dan dapat clearance form bahwa ia bisa melanjutkan perjalanan," jelas Vivi soal pelayanan di hotel untuk repatriasi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Suka Duka

Bertahan dengan terpaan pandemi Covid-19 tentu bukan hal yang mudah bagi industri perhotelan. Meski berada di tengah masa sulit, menjadi akomodasi repatriasi setidaknya membawa secerna asa.

Vivi menyampaikan, ada pada kondisi pandemi bukan sekadar bisnis semata, seperti operasional hotel. Yang terpenting, kata Vivi adalah memikirkan para karyawan yang tetap mendapat gaji.

"Sebagai (bagian) PHRI, saya ingin hotel-hotel di Jakarta tetap hidup, jadi karyawan tetap ada gaji, bisa (ada) revenue untuk hotelnya karena tujuannya bukan hanya bisnis, tapi juga membantu NKRI supaya tidak ada penyebaran penyakit menular ini," ungkap Vivi.

Sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19, pihak hotel juga menjalankan serangkaian upaya. Mulai dari tamu yang menjalankan tes PCR pada hari pertama dan ketujuh serta menutup fasilitas, mulai dari kolam renang, fitness, hingga restoran.

Sementara, untuk biaya hotel sebagai akomodasi repatriasi, disebut Vivi tarifnya beragam. Hotel bintang tiga berkisar Rp6,5 juta untuk tujuh malam, biaya ini termasuk dua kali tes PCR Rp1,6 juta dan penjemputan di bandara.

"Kalau bintang empat harganya Rp7,5 juta, bintang lima Rp10 juta dan yang luxury harga minimal Rp14 juta," jelas Vivi.

Bertahan di masa pandemi, termasuk untuk perhotelan, dikatakan Vivi begitu berat. "Market yang ada kita ambil, yang penting bisa hidup," lanjutnya.

Pada masa awal karantina repatriasi, Vivi berkisah sempat dihadapkan dengan tamu-tamu yang membandel. "Awal-awal tamu tidak mau karantina, turun lewat lift. Tapi sekarang sudah ketat aturannya dan di semua negara juga diberlakukan," tambahnya.

"Sekarang sudah jauh lebih rapi, mereka sudah bersedia dan mengerti aturan yang tidak diperbolehkan. Tamu sekarang sudah jauh lebih mengerti aturan," tutup Vivi.

3 dari 4 halaman

Sumber yang Diharapkan

Fairmont Jakarta menjadi salah satu hotel untuk akomodasi repatriasi. Director Of Sales Marketing Fairmont Jakarta Gerry Garnida menyampaikan, melayani tamu repatriasi adalah sumber yang diharapkan di masa pandemi, termasuk di tengah kebijakan PPKM Darurat.

"Bisnis perhotelan bisa dibilang sekarang tidak ada cost lagi, sumber selain repatriasi seperti corporate-corporate lagi tidak ada aktivitas, dari sekarang juga lagi PPKM tidak boleh mengadakan acara. Jadi, repatriasi sumber yang kita harapkan," kata Gerry saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (10/7/2021).

Bicara soal pelayanan untuk tamu repatriasi, Fairmont berinovasi dari segi penyuguhan makanan. "Kita menyiapkan link tamu, mereka bisa memilih makanan yang mereka mau untuk makan pagi, siang dan malam," tambahnya.

Selain itu, ada pula personalized service untuk mengetahui preferensi kesukaan tamu sebelum kedatangan. Hotel bintang lima ini menyediakan panduan kegiatan untuk tamu selama menjalani karantina.

Pihaknya juga tengah dalam diskusi untuk menyediakan video game console. "Ada main games supaya enggak jenuh, lumayan delapan hari di kamar saja," lanjutnya.

Soal tarif, Gerry menyampaikan tersedia dua paket, yakni bed and breakfast serta full board. "Bed and breakfast itu Rp17 jutaan, termasuk tes PCR dua kali dan transportasi," kata Gerry.

"Full board Rp22 juta, termasuk makan pagi, makan siang, makan malam, laundry, dan dua kali tes PCR," tutupnya.

4 dari 4 halaman

Yuk Ketahui Perbedaan Karantina dan Isolasi untuk Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.