Sukses

Harvard dan MIT Kembangkan Masker yang Bisa Deteksi Covid-19 Setiap Saat

Tes dengan masker ini juga bisa untuk mengidentifikasi virus lain seperti influenza, dan dapat membedakan varian virus Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu cara melindungi diri dan orang lain dari Covid-19 adalah dengan memakai masker. Dalam perkembangannya, masker bermaksud tak hanya bisa mengurangi risiko terpapar Covid-19, tetapi juga punya banyak fungsi.

Masker yang tengah dikembangkan tim peneliti dari Universitas Harvard bakal dilengkapi sensor guna menguji napas pemakainya untuk mengetahui apakah terkena Covid-19 atau tidak. Hasilnya bisa diketahui dalam waktu 90 menit. Sensor ini berukuran cukup kecil, jadi bisa dipasang ke masker wajah biasa.

Dilansir dari laman NDTV dan akun Instagram World Economic Forum, Kamis (8/7/2021), yang perlu dilakukan adalah bernapas memakai masker selama sekitar 15--30 menit. Selanjutnya, pemakai menekan tombol pada sensor, dan setelah 90 menit, hasil tes akan muncul.

Sensor masker wajah ini dirancang agar dapat diaktifkan oleh pemakainya saat mereka siap melakukan pengujian. Hasil diagnosis dari sensor tersebut hanya ditampilkan di bagian dalam masker untuk menjaga privasi penggunanya.

Selain dapat digunakan untuk mendeteksi Covid-19, tes ini diklaim juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi virus lain, seperti influenza, dan mampu membedakan varian virus Covid-19. Keuntungannya kian lengkap karena biaya identifikasi COVID-19 "relatif murah."

Biaya pembuatan prototipe sekitar lima dolar AS atau setara Rp70 ribuan. Artinya, saat diproduksi dalam skala besar, harganya bisa jauh lebih murah.

Sayangnya, masker canggih ini belum siap debut komersial. dan perlu pengembangan lebih lanjut. Tapi, bahkan ketika pandemi berlalu, para peneliti percaya bahwa masker dengan sensor bawaan ini masih dapat berguna untuk pandemi di masa depan.

Selain para peneliti dari Wyss Institute dari Harvard, pengembangan itu juga berkolaborasi dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT). Keduanya termasuk perguruan tinggi terbaik di Amerika Serikat. 

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Atasi Kekurangan Metode Screening

Menurut salah seorang peneliti, Jim Collins, dari MIT, penemuan tersebut bermula pada 2014. Laboratorium Bioteknologi di MIT mulai mengembangkan sensor yang dapat mendeteksi virus ebola yang dibekukan di atas selembar kertas. Kini, para peneliti menyesuaikan penelitian dengan kondisi pandemi.

Mereka merancang masker wajah yang mampu menghasilkan sinyal fluorescens saat seseorang dengan virus corona bernapas, batuk, atau bersin. Kalau teknologi ini berhasil, mereka bisa mengatasi kekurangan metode screening yang dilakukan dengan pemeriksaan suhu.

Deteksi awal suhu kerap dianggap gagal mendeteksi virus, terutama pada orang yang tidak menunjukkan gejala. Menurut Collins, masker ini bisa digunakan di bandara saat orang-orang melewati kemananan, atau saat orang-orang tengah menunggu pesawat.

Sementara menurut Peter Nguyen, peneliti lainnya dalam proyek tersebut dari Harvard University, hasil tes Covid-19 dengan menggunakan masker tersebut sangat akurat. "Hasil tesnya sama akurat seperti PCR, tapi hasilnya bisa diketahui secepat tes antigen," terangnya. Hidung atau mulut pun tak perlu dimasuki alat, seperti pada tes antigen maupun PCR.

Proyek masker multifungsi masih dalam tahap pengembangan dan produknya nanti akan dipatenkan. Mereka berharap bisa menggandeng sejumlah perusahaan untuk mengembangkan proyek tersebut, sehingga hasilnya bisa lebih baik lagi dan nantinya bisa diproduksi secara massal.

3 dari 4 halaman

Masker Dobel

Dengan merebaknya mutasi virus corona baru, publik telah diminta untuk menggunakan masker dobel, yakni masker medis dirangkap masker kain.

Melansir kanal Health Liputan6.com, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah mengeluarkan pedoman terbaru cara pakai masker yang benar. Jika memakai masker dobel membuat pemakainya tidak nyaman, CDC menyarankan agar mengenakan masker bedah dengan merapatkan tali masker di bagian pipi.

Caranya, lipat masker bedah jadi dua bagian, sehingga bagian atas dan bawah bertemu. Kemudian, ikat tali pengait masker membentuk simpul dan lipat sudut-sudut masker ke bagian dalam.

Jangan lupa menekan kawat supaya mengikuti bentuk hidung sehingga tidak ada celah antara masker dengan wajah. Sedangkan, pengguna masker N95 tidak perlu double masking karena material masker tersebut sudah menyaring 95 persen partikel.

4 dari 4 halaman

Cara Pakai Masker Dobel yang Benar

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.