Sukses

6 Fakta Menarik Brebes yang Dijuluki Kota Telur Asin

Brebes merupakan kawasan yang sangat potensial untuk pengembangan produk perkebunan dan peternakan.

Liputan6.com, Jakarta - Brebes merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya berada di Kecamatan Brebes. Kabupaten ini memiliki jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah. Tak hanya itu, Brebes juga daerah paling luas kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap.

Brebes memiliki luas wilayah 1.769,62 km persegi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2020 jumlah penduduknya sebanyak 1.978.759 jiwa. Brebes merupakan kawasan yang sangat potensial untuk pengembangan produk perkebunan dan peternakan. Brebes juga punya banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Di bagian pesisir pantai utara Brebes ada Pantai Randusanga Indah. Pantai berpasir berwarna hitam ini selalu jadi daya tarik turis atau siapa saja yang sedang berkunjung ke Brebes. Selain pantai, Brebes juga punya perbukitan di bagian selatan. Di perbukitan itu tersimpan beberapa objek wisata air terjun yang bisa jadi alternatif wisata saat akhir pekan tiba. Salah satunya adalah Curug Putri. Di bagian selatan Brebes juga ada agrowisata kebun teh Kaligua.

Tentu saja Brebes masih banyak menyimpan hal menarik lainnya. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Brebes yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Asal-Usul nama

Nama Brebes diketahui telah muncul sejak zaman Mataram. Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Brebes. Salah satunya menyebutkan nama Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah",  "bara" artinya "hamparan tanah luas" dan "basah" artinya "banyak mengandung air".

Kedua kata itu selaras dengan keadaan daerah Brebes yakni dataran luas yang berair. Karena kata bara diucapkan bere dan basah diucapkan besah, sehingga untuk memudahkannya diucapkan Brebes. Brebes atau mbrebes dalam bahasa Jawa berarti "tansah metu banyune" artinya "selalu keluar airnya".

2. Penghasil Bawang Terbesar

Brebes merupakan daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Rata-rata hasil panen bawang merah selama setahun sekitar 347,7 ribu ton. Pusat bawang merah tersebar di 11 kecamatan yakni di Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tonjong, Losari, Kersana, Ketanggungan, Larangan, Songgom, Jatibarang, dan sebagian Banjarharjo dengan luas panen per tahun 20.000 - 25.000 hektare.

Bawang merah Brebes berkontribusi dengan memasok 18,5 persen produksi nasional atau 57 persen produksi dari Jawa Tengah. Diperkirakan sekitar 1950 budi daya bawang merah mulai berkembang di Brebes. Budi daya ini diperkenalkan warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Brebes. Varietas unggulannya yakni Bima Brebes, warnanya merah menyala dan rasanya lebih pedas, daripada bawang dari luar daerah atau luar negeri.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Kota telur asin

Brebes mendapat julukan Kota Telur Asin. Julukan itu didapat karena dikenal sebagai penghasil telur asin terbesar di Indonesia. Telur hasil ternak diolah masyarakat setempat menjadi telur asin yang kualitasnya tidak diragukan lagi.

Industri telur asin di Brebes cukup banyak sampai tersedia berbagai pilihan produsen. Tiap produsen memiliki cap sendiri pada kulit telurnya. Telur asin yang dinilai berkualitas biasanya bagian kuningnya berwarna jingga terang hingga kemerahan dan ketika digigit tidak mengeluarkan cairan serta bau amis. Telur asin khas Brebes ini mudah dijumpai di kios-kios yang terletak di sebelah barat jembatan Kali Pemali.

4. Batik Salem

Brebes mempunyai motif khas bernama Batik Salem atau yang dikenal motif Batik Brebesan. Daerah sentra batik ini berada di Desa Bentar dan Bentarsari Kecamatan Salem.

Keberadaan Batik ini muncul sekitar 1917. Batik Salem memiliki motif beragam di antaranya ada motif kopi pecah, mangga, merak, ukel kangkung, dan sinar rantai. Kini hadir pula motif bebek yang menggambarkan penghasil telur asin dan motif bawang merah sebagai salah satu produk unggulan daerah tersebut. ASN di berbagai instansi di wilayah Brebes merupakan pengguna batik ini.

3 dari 4 halaman

5. Kampung Budaya Jalawastu

Masyarakat adat di kampung budaya Jalawastu, Desa Ciseureuh, Brebes masih memegang teguh budaya peninggalan leluhur. Masyarakat ini pun punya pantangan-pantangan yang unik.

Salah satu pantangannya yaitu membangun rumah dengan menggunakan semen, keramik, dan genteng. Masyarakat meyakini membangun rumah tanpa menggunakan semen dan keramik bisa mencegah terjadinya bencana longsor karena letak desa tersebut yang berada di perbukitan. Alasan lainnya karena untuk memperoleh bahan-bahan bangunan itu cukup jauh.

Masyarakat setempat juga dilarang mementaskan wayang, memelihara angsa, domba, kerbau, dan menanam bawang merah. Tidak diperbolehkan mementaskan wayang lantaran berkaitan dengan memainkan peran manusia. Sedangkan memelihara hewan tertentu dilarang karena dianggap mengotori lingkungan dan larangan menanam bawang merah karena lahannya tidak cocok. Warga kampung mengaku tak berani melanggar pantangan-pantangan tersebut karena pernah timbul bencana saat ada orang yang melanggar.

6. Upacara Adat Ngasa

Masih dari Jalawastu, masyarakat di sana punya upacara adat bernama Ngasa. Upacara adat itu diselenggarakan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia yang diberikan berupa hasil pertanian. Upacara ini dimulai dengan berjalan kaki menuju Pesarean Gedong, lalu dilanjutkan dengan doa dan makan bersama. Pelaksanaanya setahun sekali, dilakukan pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon.

warga Jalawastu maupun warga lain yang ikut selama upacara Ngasa tidak boleh makan nasi dan daging. Semua makanan yang boleh dimakan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan nasi dari jagung merupakan menu utama dalam tradisi ini. dalam upacara ini juga tidak boleh menggunakan alat makan berbahan kaca. Alat makan yang diperbolehkan yakni piring berbahan seng, daun, dan alat makan berbahan plastik.

Masyarakat yang tinggal di Jalawastu memang pantang makan nasi, daging, dan ikan. Pantangan itu merupakan tradisi yang diteruskan secara turun-temurun dari leluhur mereka. Makanan pokok masyarakat setempat adalah nasi jagung dengan lalapan dedaunan, umbi-umbian, pete, terong, sambal, dan daun reundeu. Saat makan pun mereka tidak boleh menggunakan piring yang terbuat dari kaca. Alat makan yang digunakan yakni yang berbahan seng, daun, dan alat makan berbahan plastik. (Jihan Karina Lasena)

4 dari 4 halaman

5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.