Sukses

Rib Eye Steak Diproduksi dengan Teknologi 3D Bioprint, Diklaim Pertama di Dunia

Karena menggunakan teknologi 3D bioprint, daging rib eye yang dihasilkan memiliki tekstur dan kualitas yang mirip daging sapi hasil budidaya konvensional. Produk ini dihasilkan perusahaan asal Israel.

Liputan6.com, Jakarta- Rib eye merupakan salah satu jenis daging steak yang populer. Bila biasanya terbuat dari daging sapi, rib eye kali ini terbilang istimewa karena diproduksi menggunakan teknologi 3D bioprint. Produk tersebut diklaim sebagai hasil budidaya pertama di dunia yang dibuat tanpa rekayasa genetika.

Daging steak tersebut dibuat oleh Aleph Farms Ltd. dan Fakultas Teknik Biomedis di Technion, Institut Teknologi Israel. Steak dibuat tanpa memerlukan penyembelihan hewan apa pun. Melansir Forbes, Sabtu, 3 Juli 2021, Didier Toubia, salah satu pendiri dan CEO Aleph Farms, mengungkapkan penemuan baru ini.

Rib eye yang dibudidayakan dari Aleph Farms memiliki banyak kesamaan dengan steak pada umumnya, seperti otot dan lemak. Untuk membuat daging tersebut, peneliti menggunakan bioprinting 3D dan sel sapi asli.

Teknologi ini membuat sel-sel hidup dapat tumbuh dan berinteraksi dalam sistem seperti pembuluh darah. Hal itu membantu membuat tekstur steak menyerupai aslinya.

"Bioprinting 3D kami adalah pendekatan di mana kami merakit sepotong daging terstruktur dari bawah ke atas di luar hewan dari blok bangunan alaminya, yang merupakan berbagai jenis sel hewan hidup. Sel kami alami, non-transgenik, dan tidak abadi," kata Toubia.

Jaringan bioprint 3D itu, sambung dia, kemudian diinkubasi di mana sel-sel berkembang dan berinteraksi dengan cara yang sama seperti di alam. Proses tersebut memberikan jaringan tekstur dan kualitas steak.

Aleph Farms, sambung dia, hanya menggunakan sebagian kecil dari sumber daya yang diperlukan untuk memperoleh daging daripada memelihara sapi hidup untuk diambil dagingnya. Pembuatan daging ini tanpa antibiotik dan tanpa menggunakan serum janin sapi (FBS).

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Diklaim Hemat Biaya

Daging buatan itu diklaim lebih hemat biaya. Penghematan biaya berasal dari penggunaan sel pluripoten alami yang dibudidayakan dalam jumlah besar. Sel pluripoten dapat digunakan untuk membuat semua jenis sel lain dalam suatu organisme.

"Sel pluripoten alami dapat berkembang biak secara efisien dan dapat matang menjadi jenis sel yang membentuk daging, seperti sel otot dan lemak. Cukup bagi kami untuk memanen sel sekali, dan prosedur yang kami gunakan non-invasif," jelas Toubia.

Pada 2018, Aleph Farms membuat steak dengan potongan tipis, tetapi produk barunya kali ini lebih tebal dan berlemak. Perusahaan tertarik untuk membuat jenis lainnya untuk memberi konsumen alternatif daging potong tradisional atau produk nabati.

Aleph Farms ingin membangun portofolio beragam potongan daging budidaya yang dapat dihidangkan di seluruh dunia. Fasilitas budidaya perusahaan yang disebut BioFarms akan serupa dengan fasilitas produksi yogurt dalam skala besar. Aleph Farms ingin produk pertamanya mencapai pasar pada paruh kedua 2022.

 

3 dari 4 halaman

Targetkan Pasar AS

Sebelum dapat mulai menjual daging di Amerika Serikat, perusahaan harus terlebih dahulu melewati persetujuan. Food and Drug Administration (FDA) dan Departemen Pertanian AS (USDA) mengawasi produk daging berbasis sel tetapi belum mengeluarkan persetujuan peraturan.

"Kami percaya AS berada dalam posisi yang baik untuk menjadi salah satu negara pertama di dunia yang mengizinkan daging budidaya. Kami telah berinteraksi dengan FDA dan USDA," kata Toubia.

Meskipun proses regulasi akan memakan waktu, kemajuan sedang dibuat. Pada 2020, Singapura membuat persetujuan peraturan pertamanya untuk ayam budidaya sel Eat Just. Akhirnya, daging yang dibudidayakan mungkin akan berakhir di rak-rak toko yang siap untuk konsumen yang menginginkan pilihan daging alternatif.

Melansir weforum, Sabtu 3 Juni 2021, produksi daging sapi konvensional disebut berdampak pada lingkungan. Untuk memproduksi satu kilogram daging menghasilkan hampir 60 kilogram CO2 dan 16.400 liter air. Peternakan juga disebut sebagai penyebab utama deforestasi di dunia. Dengan steak ini dapat membantu mengurangi dampak tersebut, tanpa harus menghapus steak dari menu makanan. (Jihan Karina Lasena)

4 dari 4 halaman

Imbauan Penyembelihan Daging Kurban Saat Pandemi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.