Sukses

National Geographic Resmi Umumkan Samudra ke-5 di Bumi

Kehadirannya melengkapi empat samudra yang telah dikenal luas, yakni Samudra Pasifik, Atlantik, Hindia, dan Arktik.

Liputan6.com, Jakarta - National Geographic, salah satu kelompok pembuat peta terkemuka, telah secara resmi menetapkan keberadaan samudra kelima di Bumi. Disebut Samudra Selatan, itu adalah wilayah yang mengelilingi Antartika, lapor CNN Travel, Kamis, 24 Juni 2021.

Pertemuan bentangan paling selatan Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia ini disebut selalu jadi tempat yang menarik, dan terkadang kontroversial, bagi para ahli kelautan. Keputusan untuk mengumumkan samudra baru bertepatan dengan peluncuran Planet Possible, inisiatif baru National Geographic untuk menginformasikan, menginspirasi, dan memberdayakan orang untuk hidup lebih santai.

Biasanya, perubahan peta dunia adalah hasil dari "pergeseran" politik. Misalnya, Cekoslowakia terpecah jadi Republik Ceko dan Slovakia, atau pemungutan suara Swaziland untuk mengubah namanya jadi Eswatini.

Namun, alih-alih mencerminkan perubahan di dunia, samudra kelima adalah contoh langka dari pembuat peta yang berupaya mengubah planet ini. Ahli geografi National Geographic, Alex Tait, menjelaskan mengapa konvensi penamaan bisa jadi sangat penting.

"Bagian dari pemetaan dunia menggunakan nama tempat dan fitur yang umum digunakan di antara orang-orang yang menggambarkan dunia, dan ini masuk ke beberapa hal lain selain penamaan geopolitik," katanya. "Lautan adalah salah satunya."

"Jadi, kami ingin melacak bagaimana ilmuwan, pelancong, penulis, orang menggunakan nama sebuah tempat," imbuhnya. Tait menambahkan bahwa meski keunggulan National Geographic di dunia pemetaan memberi bobot lebih pada keputusan resminya, yang lain sudah lebih dulu menggunakan istilah Samudra Selatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa yang Membuat Samudra Selatan Berbeda?

Dalam hal memahami samudra, Anda harus mulai dari dasar-dasarnya, kata Tait. "Ada satu samudra dunia dan semuanya saling berhubungan," catatnya.

"Kami benar-benar berbicara tentang wilayah samudra, dan secara tradisional ada empat: Atlantik, Pasifik, India, dan Arktik. Tapi, selama bertahun-tahun, para ilmuwan dan lainnya telah menggunakan istilah Samudra Selatan untuk menggambarkan wilayah fisik lautan di sekitar Antartika," ucapnya.

Lalu, apa yang membuat Samudra Selatan berbeda? Tait menjawab, "Anda pergi dari perairan yang lebih hangat di Atlantik, Pasifik, dan Samudra Hindia ke perairan yang sangat dingin di sekitar Antartika, dan kemudian salinitasnya turun. Ada fauna yang berbeda di sana, paus minke, beberapa jenis anjing laut, penguin, ikan, dan kehidupan burung melimpah di Samudra Selatan berdasarkan faktor lingkungan tersebut."

Salah satu motivasi National Geographic menamai samudra kelima adalah memberi nama suatu tempat juga dapat memberikan status. Konservasi laut adalah proyek besar, dan lebih mudah untuk meningkatkan kesadaran tentang Samudra Selatan daripada melakukan hal yang sama tentang "satu wilayah perairan itu."

Meski banyak negara dan organisasi di seluruh dunia mengenali Samudra Selatan, tidak semua orang paham di mana tepatnya itu berada. National Geographic secara resmi menggunakan 60 derajat lintang selatan untuk menggambar batas perairan. Namun, Australia menganggap segala sesuatu di selatan negaranya sebagai Samudra Selatan. Selain itu, perubahan iklim berperan dalam menentukan di mana perbatasannya.

3 dari 4 halaman

Perjalanannya Sulit, tapi Bukan Mustahil

Penjelajah dan pencinta lingkungan Prancis, Jean-Louis Etienne, baru-baru ini, mengumumkan bahwa ia telah menemukan laboratorium terapung yang dirancang khusus untuk mempelajari Samudra Selatan. Ciptaannya yang disebut Pod Kutub tidak memiliki motor dan akan mengapung di air dengan kecepatan lambat untuk mengitari Antartika guna mengumpulkan data.

Etienne bermaksud menyelesaikan dan nantinya menyebarkan Pod Kutub pada 2024. Akan tetapi, perairan Samudra Selatan tidak kosong untuk saat ini.

Proyek Southern Ocean Carbon and Climate Observations and Modeling (SOCCOM) inisiasi Universitas Princeton telah mengirimkan sekitar 200 robot pelampung ke laut. Semuanya dilengkapi sensor yang mengukur salinitas, kadar oksigen, klorofil, dan data lingkungan lain.

Konon, akan sulit bagi pelancong reguler untuk menambahkan Samudra Selatan ke daftar destinasi mereka. Perjalanan ke sini sulit, tapi bukan tidak mungkin. Pada dasarnya, Anda harus bergabung dengan kapal menuju Antartika.

4 dari 4 halaman

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.