Sukses

Plus Minus Belajar dari Rumah bagi Siswa di Masa Pandemi Covid-19

Dalam riset Steelcase, ada sederet hal yang disukai dan tak disukai siswa ketika belajar dari rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Masa pandemi Covid-19 berimbas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat seantero jagat. Masa krisis ini juga berpengaruh pada pergeseran yang terjadi dalam cara belajar siswa di tengah pandemi.

Guna menekan transmisi Covid-19, para siswa harus menjalani proses belajar secara daring hingga hybrid. Menurut riset Steelcase, setiap orang memiliki pengalaman yang sangat berbeda dalam mengajar dan belajar dari rumah.

Pengalaman-pengalaman itu membentuk harapan mereka akan seperti apa proses belajar yang mereka inginkan di masa depan. Berdasarkan riset yang merujuk pada wawancara siswa, ada beberapa hal yang mereka sukai dan tidak disukai saat belajar di rumah

"Mereka suka merekam pelajaran dan menikmati kenyamanan di rumah," kata Elizabeth Chan, selaku Regional Innovation and Education Specialist - SEA, Steelcase dalam Webinar Mayantara JAK.ID 2021, Jumat, 18 Juni 2021.

Elizabeth melanjutkan, hal yang disukai siswa lainnya saat belajar di rumah adalah mereka dapat melaksanakan banyak tugas dan menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Namun, ada pula hal yang tak disukai lewat metode belajar daring.

"Apa yang siswa tidak suka adalah harus terisolasi. Kita tahu manusia adalah makhluk sosial, suka bertatap muka juga ingin berada di sekitar komunitas sosial," tambahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak pada Tingkat Kelulusan hingga Prestasi

Minus dari belajar dari rumah berdasarkan riset oleh Steelcase yang dirasakan siswa lainnya adalah ada lebih banyak gangguan dan tak bisa fokus dalam belajar. Momen ini mengekang siswa karena variasi ruang mereka jadi terbatas.

Riset ini juga mengungkap bahwa pergeseran yang terjadi adalah rasa memiliki. "Ini adalah sesuatu yang penting yang kami temukan," jelas Elizabeth.

"Sebagai manusia kita ingin dapat bermasyarakat dan kurangnya rasa memiliki ini terjadi ketika terisolasi dari komunitas," lanjutnya.

Hal tersebut, dikatakan Elizabeth, berdampak pada kesejahteraan siswa, tingkat kelulusan, dan perspektif prestasi. Tak hanya siswa, tenaga pengajar pun turut merasakan dampaknya.

"Itu berdampak pada pengajar dari (menurunnya) kehadiran, kesejahteraan dan juga retensi pengajar," tambahnya.

 

3 dari 4 halaman

Pengaruhi Kesiapan

Pembelajaran daring menghadirkan tantangan baru jika dibandingkan dengan belajar langsung di sekolah. Menurut Laporan McKinsey, sebagian besar siswa melaporkan bahwa Covid-19 telah memengaruhi kesiapan, kemauan, atau kemampuan mereka untuk masuk institusi pendidikan tinggi.

Misalnya, 30 persen siswa sekolah menengah pertama merasa tidak siap secara akademis untuk masuk universitas. Kemampuan siswa untuk berhasil dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh juga sangat berbeda menurut tingkat pendapatan.

Hanya 40 persen siswa dari rumah tangga berpenghasilan rendah dilengkapi untuk pembelajaran jarak jauh. Sementara, 72 persen siswa dari rumah tangga berpenghasilan tinggi dilengkapi untuk pembelajaran jarak jauh.

4 dari 4 halaman

Jelang Sekolah Tatap Muka Terbatas Tahun Ajaran 2021 / 2022

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.