Sukses

Stella McCartney Suarakan Industri Fesyen yang Berkelanjutan di KTT G7

Stella McCartney merasa para pelaku industri fesyen yang mengusung konsep berkelanjutan sedang 'dihukum' dengan kebijakan pemerintah saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Stella McCartney kembali menyuarakan pentingnya industri fesyen yang berkelanjutan. Desainers Inggris itu mendesak para pemimpin dunia untuk berhenti "menghukum mereka yang berbuat baik" dan memberi insentif kepada industri mode untuk membuat pilihan yang berkelanjutan.

Melansir Independent, Selasa, 15 Juni 2021, kepala eksekutif dari sembilan bisnis global, termasuk perancang busana, bertemu dengan para pemimpin dunia selama KTT G7, untuk membahas percepatan investasi berkelanjutan, pada Jumat, 11 Juni 2021. Menjelang pertemuan, McCartney mengatakan kepada Sky News bahwa ini akan menjadi “kesempatan kuat untuk membawa cahaya ke industri yang 'tidak terdeteksi selamanya dalam isu-isu berkelanjutan'.

Putri Paul McCartney dan mendiang aktivis hak-hak binatang Linda McCartney memulai mereknya pada 2001. Merek tersebut tidak menggunakan bahan-bahan dari hewan, seperti kulit atau bulu dalam produknya dan berkomitmen untuk 'menjadi lebih ramah kepada Ibu Pertiwi', sebuah etos yang menurut McCartney jarang terjadi di industri mode.

"Saya rasa tidak ada yang benar-benar tahu bahwa fashion adalah salah satu industri yang paling berbahaya. Saya tidak berpikir mereka tahu bahwa 150 juta pohon ditebang untuk viscose, sedangkan saya telah berhasil mendapatkan pulp kayu berkelanjutan di Swedia."

"Saya putus asa untuk menemukan beberapa fakta dan kenyataan tentang betapa ketinggalan zamannya industri fashion," katanya.

McCartney telah mendesak para pemimpin dunia untuk meninjau kembali kebijakan mereka dalam isu keberlanjutan. Ia juga mendesak untuk memberi insentif kepada desainer muda yang memilih keberlanjutan. Ia menjelaskan bahwa undang-undang pajak saat ini "menghukum" mereka yang mencoba menerapkan praktik berkelanjutan.

"Saya sama sekali tidak mendapat insentif. Pada kenyataannya, saya dapat terkena pajak hingga 30 persen jika saya mengekspor barang non-kulit ke AS dan saya harus memasukkannya ke dalam margin saya, dan itu tidak bantu saya sebagai bisnis dan saya dihukum karena berbuat baik jika Anda mau," katanya.

"Jika saya memasukkan sepotong kulit babi ke produk vegan itu, pajak saya dibebaskan. Jadi percakapan seperti ini yang ingin saya lakukan, saya ingin didorong untuk bekerja seperti ini," jelas Stella McCartney.

 

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bekerja Sama dengan Pangeran Charles

Sebelum pertemuan dengan para pemimpin di KTT G7, Stella McCartney bertemu dengan Pangeran Charles untuk menghadiri peluncuran Terra Carta. Itu adalah piagam inisiatif Pangeran Charles yang menempatkan keberlanjutan di jantung sektor swasta.

Putra mahkota Inggris itu mendesak para CEO di seluruh dunia untuk terlibat dan memainkan bagian mereka menuju transisi global. "Terra Carta menawarkan dasar rencana pemulihan hingga 2030 yang menempatkan alam, manusia, dan planet pada jantung nilai kreasi global," demikian penjelasan dalam akun Instagram RE:TV.

Piagam itu didasarkan pada serangkaian rekomendasi yang disusun Pangeran Charles untuk  membentuk koalisi yang bersedia di antara para pemimpin bisnis global lintas industri. Ia menantang mereka untuk mengidentifikasi cara-cara mengatur bisnis yang menjadikan planet sebagai dasar agar bisnis lebih berkelanjutan.

Sejumlah CEO dari seluruh dunia telah menandatangani Terra Carta dan berkomitmen menjadikan alam sebagai mesin ekonomi global. Pangeran Charles akan memanggil lebih banyak CEO dunia untuk berpartisipasi dalam Terra Carta dan membantu menetapkan arah untuk masa depan yang berkelanjutan.

"Tujuanku di pertemuan G7 di Inggris dan menandatangani Terra Carta adalah untuk membantu mendorong perubahan kebijakan, menciptakan insentif untuk bisnis apa pun skalanya, dan mendorong generasi kreatif mendatang untuk memimpin langkah yang lebih sadar dan bebas kekerasan hewan di masa depan," tulis Stella dalam pernyataan yang dituliskan di akun Instagramnya, 13 Juni 2021.

3 dari 4 halaman

Solusi Stella

Sejak diluncurkan dua dekade lalu, label McCartney telah mencari pemasok yang dapat memproduksi bahan yang sama yang digunakan di seluruh industri mode dengan cara yang lebih berkelanjutan. Dia berharap pemerintah akan berinvestasi di dalamnya untuk "masa depan yang berkelanjutan".

"Enam puluh persen dari semua hal positif yang saya lakukan hanyalah bagaimana saya memasok bahan baku saya."

"Saya punya solusinya. Jadi saya berharap jika kita dapat mengambil perusahaan kecil tempat saya bekerja ini, dan kita dapat [meminta] orang-orang seperti ini untuk berinvestasi di dalamnya, maka mereka dapat duduk di meja dan kita dapat meningkatkannya, dan kita bisa mengganti konvensi dengan masa depan yang berkelanjutan," katanya.

Stella Nina McCartney OBE lahir pada 13 September 1971 di Camberwell, London, Inggris. Dia tertarik untuk mendesain pakaian sejak masih muda. Pada usia 13 tahun, dia mendesain jaket pertamanya. Tiga tahun kemudian, dia magang untuk Christian Lacroix, mengerjakan koleksi haute couture pertamanya.

Sebagai seorang vegetarian, McCartney tidak menggunakan kulit atau bulu dalam desainnya. Pada 2015, The Guardian menggambarkannya sebagai pendukung hak-hak binatang yang 'konsisten dan vokal'. Beberapa desain dari McCartney memiliki teks yang menguraikan kebijakan 'tidak ada binatang', salah satunya yaitu di jaket Adidas rancangannya yang memiliki lengan bertuliskan 'cocok untuk vegetarian yang sporty'. (Jihan Karina Lasena)

4 dari 4 halaman

Batik-Batik Dunia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.