Sukses

Festival Topeng Internasional 2021 Digelar Hybrid di Solo, Seniman Berbagai Negara Ikut Serta

Festival Topeng International atau International Mask Festival 2021 melibatkan seniman topeng luar negeri dalam format hybrid.

Liputan6.com, Jakarta - International Mask Festival (IMF) alias festival topeng internasional kembali digelar pada 2021. Festival tahunan yang berpusat di Kota Solo itu beradaptasi dengan menggelarnya secara hybrid, yakni daring dan luring, pada 11-12 Juni 2021. Hal ini berbeda dari tahun sebelumnya yang sepenuhnya menggelar acara secara daring.

Chief Executive IMF 2021, Mimi Zulaikha, menjelaskan dalam kegiatan luring, delegasi Indonesia akan tampil secara langsung dan ditonton oleh penonton terbatas di Ndalem Purwohamijayan, Solo. Sementara, event secara daring akan menampilkan video pertunjukan topeng karya delegasi Indonesia dan mancanegara.

"Kedua jenis pertunjukkan tersebut ditayangkan secara live streaming pada kanal YouTube SIPA Festival pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 11 dan 12 Juni 2021 dimulai pukul 15.00 WIB. IMF 2021 diawali dengan penayangan video pertunjukan delegasi Indonesia dan mancanegara yang tidak bisa hadir di lokasi. Penampilan live delegasi Indonesia dengan penonton terbatas dimulai pukul 19.30 WIB," ujar Mimi dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 10 Juni 2021.

Mimi menerangkan seniman luar negeri yang dijadwalkan tampil pada IMF 2021 berasal dari Filipina, Malaysia, Prancis, Republik Korea, dan Vietnam. Sementara, Indonesia menampilkan maestro topeng Wangi Indriya dan koreografer kenamaan Martinus Miroto dari Yogyakarta sebagai bintang tamu. Di samping, para seniman topeng dari berbagai daerah di Indonesia juga terlibat dalam acara tersebut.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Rizki Handayani meyakini IMF 2021 sebagai pagelaran seni pertunjukan bisa menjadi daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara. Ia menyebut ajang yang digelar sejak 2014 itu tersebut juga bisa menciptakan semangat mencintai, melestarikan, dan mengembangkan topeng sebagai warisan budaya.

"Dan tidak ketinggalan menjadi event budaya untuk menjalin dan meningkatkan hubungan diplomasi antara Kota Solo dan kota lainnya di Indonesia sekaligus antara Indonesia dan negara-negara lain," kata Rizki.

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Target Penonton

 

Sejumlah acara lain digelar untuk memeriahkan festival topeng, seperti kompetisi tari topeng melalui aplikasi TikTok dan kuis. Diharapkan hal itu bisa membuat acara lebih hidup lantaran terdapat interaksi langsung antara penyelenggara dan penonton.

"IMF 2020 yang digelar secara virtual mendapat lebih dari 10.000 viewers selama dua hari. Diharapkan, IMF 2021 mencapai 20.000 viewers," kata dia.

Di samping itu, festival juga diisi dengan penjualan barang seni yang diikuti beragam UMKM di Indonesia dan mancanegara. Dari Indonesia, partisipannya adalah Agus Suyono dan Sujiman dari Gunungkidul, Bima Nugraha Yusuf dan Didik Budi Utomo dari Ponorogo, serta Narimo dari Sukoharjo.

"Penjualan barang-barang seni juga diikuti oleh pembuat topeng manca negara, yaitu Alaric Chagnard, Prancis dan Hideta Kitazawa, Jepang. Selain itu, IMO merupakan wadah silahturahmi seniman, kolektor, pengrajin, komunitas, sekaligus individu-individu pecinta topeng Indonesia. Bagi yang berminat menjadi bagian IMO bisa mendaftar melalui http://bit.ly/daftar-IMO," katanya.

3 dari 4 halaman

Protokol CHSE

Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi mengapresiasi pelaksanaan Indonesia Mask Festival 2021. Event tersebut dinilai unik karena personalize, yakni menyajikan event tematik khusus tetapi hiburannya tetap bisa dinikmati kalangan luas. Dengan demikian, meskipun mengatur pergerakan wisatawan dengan protokol CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety and Environment Sustainability) yang ketat, event ini tetap mampu menggerakkan ekonomi kreatif secara luas.

"Hal ini sesuai dengan arahan Menparekraf (Sandiaga Uno) agar dalam pelaksanaan event, konten harus localize, personalize, customize, dan smaller in size," kata Kiki.

Localize diartikan sebagai mengangkat potensi lokal, otentik dan memberikan manfaat kepada masyarakat lokal. Kedua, Personalize yang berarti memberikan kesan. Ketiga, Customize, yakni target audience dan spesifikasinya harus jelas. Terakhir, Smaller in Size, yaitu bentuk kegiatan terbatas, hybrid dan kampanye diperkuat.

4 dari 4 halaman

Asal-usul Wayang Potehi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.