Sukses

6 Fakta Menarik tentang Bekasi, Pernah Punya Kerajaan dan Jadi Bagian Jakarta

Bekasi pernah tercatat sebagai bagian dari Jakarta sejak abad ke-16 hingga pertengahan 1950.

Liputan6.com, Jakarta - Kota Bekasi merupakan salah satu di Provinsi Jawa Barat. Nama kota ini merupakan daerah Metropolitan yang ada di Jabodetabek dan menjadi kota satelit dengan jumlah penduduk 2.464.719 jiwa pada 2020. Kota Bekasi terus tumbuh dan berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri di Indonesia.

Asal mula kata Bekasi, secara filosofis, berasal dari kata Chandrabhaga. Chandra berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama dengan kata Sasi) dan Bhaga berarti "bagian".Jadi, secara etimologis Chandrabhaga berarti bagian dari bulan. Kata Chandrabhaga berubah menjadi Bhagasasi, yang pengucapannya sering disingkat menjadi Bhagasi.

Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa Belanda seringkali ditulis "Bacassie", kemudian berubah menjadi Bekasi hingga kini. Bekasi dikenal sebagai "Bumi Patriot", yakni sebuah daerah yang dijaga oleh para pembela tanah air.

Jauh sebelum Kota dan Kabupaten Bekasi berencana untuk melepaskan diri dari Jawa Barat, ternyata Bekasi pernah tercatat sebagai bagian dari Batavia atau Jakarta sejak abad ke-16 hingga pertengahan 1950. Pada perkembangannya, Bekasi kemudian menjadi Kota Administratif. Status Kota Administratif, Bekasi pun kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya atau Kota melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996.

Ada berbagai hal menarik tentang Bekasi. Salah satunya, terdapat sebuah hewan endemik Indonesia yang dikenal dengan nama Lutung Jawa di kawasan Muaragebong. Hewan ini dikenal dengan nama Lutung Budeng yang mempunyai ukuran tubuh yang kecil sekitar 55 cm dengan ekor mencapai 80 cm. Habitat hewan ini paling banyak terdapat di wilayah Muarabendera atau Kampung Gobah.

Selain itu masih banyak hal menarik lainnya seputar Bekasi. Berikut enam fakta menarik tentang Bekasi yang didapat dari beragam sumber.

1. Robin Hood Lokal

Jika di luar negeri ada Robin Hood yang merampok untuk membantu masyarakat miskin, maka di Bekasi konon ada nama Entong Tolo. Sekitar awal 1900-an, mayoritas petani di Bekasi mencari nafkah di atas tanah partikelir. Sebagai balasan terhadap pengolahan tanah mereka wajib membayar pajak kepada pemilik tanah. Bila tak mampu membayar pajak, petani akan dikenakan denda atau harus menghadap pengadilan.

Situasi yang sulit ini pun menghadirkan perlawanan balik dari petani kepada pemilik tanah. Perlawanan ini tidak dilakukan secara terang-terangan melainkan dalam bentuk perbanditan. Harta benda dan hewan ternak milik tuan tanah pun beralih ke genggaman Entong Tolo. Ia membagikan hasil rampokannya untuk mengurangi penderitaan warga. Namun dalam perkembangannya ia juga memperkaya dirinya sendiri. Ia pun digambarkan sebagai bos mafia Sisilia, Italia Selatan bukan lagi pelindung orang-orang miskin dan terbuang seperti Robin Hood.

2. Pernah Punya Kerajaan

Kerajaan Segara Pasir merupakan kerajaan asli Bekasi yang berdiri jauh sebelum Kerajaan Tarumanegara dan diyakini sebagai kerajaan pertama di Bekasi. Kerajaan ini dikenal dengan nama Segara Pasir karena didirikan di daerah pesisir Pantai Utara Bekasi. Kebudayaan mereka dipengaruhi oleh Mesir kuno. Hal ini bisa dilihat dari manik-manik yang banyak ditemukan di sekitar Situs Buni.

Keberadaan Kerajaan Segara Pasir kemudian terdesak akibat dominasi yang dilakukan oleh Kerajaan Tarumanegara. Akibat kalah perang, Kerajaan Segara Pasir harus rela daerah kekuasaannya dijadikan pangkalan militer oleh Kerajaan Tarumanegara. Pangkalan militer ini berfungsi untuk tempat penarikan pajak dan upeti dari setiap transaksi perdagangan serta kekayaan dari daerah taklukan Kerajaan Tarumanegara.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Bangunan Peninggalan Abad ke-16

Bekasi punya Saung Ranggon, sebuah kawasan cagar budaya yang kaya akan nilai sejarah, budaya, serta tradisi masyarakat lokal. Saung ini berbentuk bangunan rumah panggung yang telah beridiri sejak abad ke-16.

Saung Ranggon memiliki kisah masa lalu serta nilai sejarah yang penting bagi masyarakat. Saung ini ditemukan oleh seseorang bernama Raden Abbas pada 1821. Keturunan Raden Abbas kemudian menjadi seorang juru kunci secara turun-temurun hingga saat ini.

Bangunan Saung Ranggon berdiri di atas lahan seluas 500 meter persegi dengan panjang bangunan 7,6 meter dan lebar 7,2 meter. Atap bangunan ini terdiri dari dua bidang miring dengan sirap kayu, termasuk jenis atap Julang Ngapak. Menariknya, bangunan Saung Ranggon tak memiliki jendela karena digunakan sebagai rumah persembunyian kala itu.

4. Kampung Jawara

Saat memasuki wilayah Bekasi paling utara tepatnya Kecamatan Tambun, kita akan menemukan menara golok pada tiap batas kampung. Menara golok ini berdiri kokoh sebagai simbol Kampung Gabus atau yang kerap dikenal sebagai Kampung Jawara. Suasana di Kampung Jawara masih dipenuhi dengan hamparan ladang dan sawah.

Konon, nama Kampung Gabus diambil dari nama ikan gabus yang banyak berkembang di daerah Tambun. Dahulu, Kampung Gabus terkenal sebagai lumbung padi lantaran kondisinya yang diapit oleh dua sungai utama, Kali Bekasi dan Kanal Bekasi Laut. Sejak itu, para jawara mulai berdatangan dan tumbuh di Gabus.

3 dari 4 halaman

5. Pahlawan Berjuluk Belut Putih

Pada 1947, dua tahun setelah Indonesia merdeka, Belanda melakukan agresi militer. Seorang ulama pejuang ternama dari Bekasi, KH Noer Alie mengobarkan semangat perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa.

KH Noer Alie memimpin pasukannya untuk melakukan perang urat syaraf dengan memasang ribuan bendera Indonesia yang terbuat dari kertas kecil di pepohonan dan rumah penduduk. Keberanian yang dilakukan KH Noer Alie ini diberi gelar Si Belut Putih dan Singa Karawang-Bekasi.

Ia tak hanya gagah dan tangguh di medan pertempuran, namun juga seorang politisi yang hebat. Saat Indonesia merdeka, dia dipilih menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah Cabang Babelan. Lalu pada 19 September 1945, dia mengerahkan massa ke Lapangan Ikada untuk mengikuti Rapat Raksasa yang dipimpin Bung Karno.

6. Artefak dan Benda Arkeologi

Para ilmuwan mencatat bahwa Bekasi di masa lampau sangat termahsyur. Hal tersebut dapat ditemukan pada Situs Buni di Kampung Buni Pasar Mas, Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Kalau mengunjungi daerah Kampung Buni, kita akan menemukan banyak artefak atau benda arkeologi peninggalan sejarah.

Menurut cerita masyarakat sekitar, para arkeolog menemukan situs kubur prasejarah nenek moyang Bekasi pada 2000 tahun silam. Kala itu, nenek Masnah salah seorang yang menemukan Situs Buni tengah berjalan di sawah. Ia kemudian menemukan sebuah benda di dalam lubang tanah. Benda tersebut kemudian dibawa pulang lalu dicuci. Ternyata, benda yang ditemukan adalah emas berukuran kecil. Sejak saat itu, banyak warga yang mulai berdatangan untuk melihat penemuan nenek Masnah.  (Dinda Rizky Amalia Siregar)

4 dari 4 halaman

5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.