Sukses

6 Fakta Menarik tentang Tenggarong sebagai Wilayah Kerajaan Hindu Pertama di Indonesia

Tenggarong juga disebut kota raja karena tak hanya menjadi wilayah kerajaan Hindu pertama di Indonesia saja.

Liputan6.com, Jakarta – Tenggarong merupakan sebuah kota kecamatan sekaligus jadi ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. Wilayah seluas 398,10 kilometer persegi ini terbagi dalam 12 kelurahan dan dua desa.

Menurut legenda yang ada, kata Tenggarong berasal dari bahasa Dayak Benuaq, yaitu Tengkarukng. Kata tersebut dibagi menjadi dua, yakni tengkaq yang berarti naik atau menjajakan kaki ke tempat yang lebih tinggi dan bengkarukng sejenis tanaman akar-akaran.

Dahulu, Tenggarong sempat menjadi ibu kota Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Daerah ini didirikan oleh Raja Kutai Kartanegara ke-15, Aji Muhammad Muslihuddin atau Aji Imbut pada 28 September 1782. Saat itu, Tenggarong dinamai Tepian Pandan, tepatnya ketika Aji Imbut memindahkan ibu kota kerajaan dari Pemarangan.

Lalu, Sultan Kutai mengubah nama tersebut menjadi Tangga Arung yang berarti rumah raja. Seiring perkembangan waktu, Tangga Arung lebih populer dengan sebutan Tenggarong hingga saat ini.

Masih banyak lagi fakta menarik tentang Tenggarong. Berikut enam fakta menarik tentang Tenggarong yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Dijuluki sebagai Kota Raja

Begitulah masyarakat sekitar menyebut Tenggarong. Julukan ini diberikan kepada Tenggarong lantaran wilayah tersebut dulunya merupakan ibu kota Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.

Para raja tersebut kemudian di makamkan di Komplek Makam Raja Kutai Kartanegara yang lokasinya tepat pada bagian selatan Istana Kesultanan Kutai. Komplek tersebut merupakan makam yang diperuntukkan bagi raja-raja Kutai Kartanegara dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke 13 atau sekitar 1320.

2. Wilayah Kerajaan Hindu Pertama di Indonesia

Sebelum menjadi ibu kota kesultanan, Kota Tenggarong merupakan wilayah Kerajaan Hindu pertama yang ada di Indonesia, Kerajaan Kutai Martadipura yang berdiri sekitar abad ke-4. Peninggalan masa kerajaan itu kini tersimpan di Museum Mulawarman, yakni bekas istana Kesultanan Kutai Kartanegara yang dibangun pada 1936. Peninggalan yang ada mulai dari singgasana sang raja, mahkota, tempat tidur, dan berbagai alat pada masa itu.

Bangunan museum tersebut didominasi oleh beton, mulai dari ruang bawah tanah, lantai, dinding, penyekat hingga atapnya. Museum Mulawarman terdiri dari dua lantai. Di lantai bawah terdapat koleksi keramik Cina, sedangkan lantai 1 berisi koleksi peninggalan bercorak kesenian. Pada bagian belakang museum, pengunjung bisa berbelanja cenderamata khas budaya Dayak, batu perhiasan, maupun cenderamata lainnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Simbol Kota Penguasa Sungai Mahakam

Lembuswana merupakan binatang yang menjadi lambang Kesultanan Kutai Kertanegara yang kini menjadi simbol kebanggaan Kota Tenggarong. Legenda Lembuswana yang diyakini sebagai penguasa Sungai Mahakam dan tinggal di dasar sungai kini masih terus dipercaya oleh masyarakat Tenggarong. Menariknya, Lembuswana pernah menjadi ide National Costume perwakilan Indonesia di ajang Miss Supranational 2017.

Tubuh Lembuswana terdiri dari berbagai jenis binatang sebagai simbol kekuatan dan kedaulatan Kerajaan Kutai. Badannya adalah lebu, kepalanya singa, memiliki belalai seperti gajah, bersayap garuda, bersisik naga, bertanduk sapi, berekor panjang seperti singa, telinga seperti rusa, berjenggot seperti kambing, dan bertaji seperti ayam. Binatang Lembuswana ini dipercaya sebagai kendaraan Raja Mulawarman.

4. Festival Erau Bertaraf Internasional

Festival Erau atau pesta adat seringkali dilaksanakan di Kota Tenggarong. Dahulu, Erau merupakan upacara penobatan oleh Raja Kutai. Upacara ini berupa kegiatan tijak tanah dan mandi ke tepian. Selain penobatan raja, tradisi Erau juga dilakukan untuk memberikan gelar atau menobatkan tokoh masyarakat di daerahnya. Biasanya, tokoh tersebut merupakan orang-orang yang berjasa bagi pihak Kerajaan Kutai.

Saat ini, Festival Erau rutin dilakukan selama dua tahun sekali pada September yang bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong. Prosesi yang dilakukan saat Festival Erau adalah berlimbur atau tradisi siram-menyiram di antara masyarakat. Prosesi lainnya yang tak kalah penting yaitu mengulur naga, sejumlah orang akan mengarak replika naga dan dilepaskan di Kutai Lama.

 

 

3 dari 4 halaman

5. Jembatan Gantung Terpanjang di Indonesia

Kota Tenggarong memiliki jembatan gantung terpanjang di Indonesia, yaitu Jembatan Kutai Kartanegara. Jembatan sepanjang 710 meter ini menjadi penghubung antara Kota Tenggarong dengan Kecamatan Tenggarong Seberang yang menuju Kota Samarinda. Jembatan Kutai Kartanegara terbentang bebas tanpa adanya penyangga alias tergantung di ketinggian mencapai 270 meter.

Jembatan ini menjadi jembatan kedua yang dibangun untuk melintasi Sungai Mahakam setelah Jembatan Mahakam di Samarinda sehingga kerap disebut Jembatan Mahakam II. Awalnya, jembatan ini dibangun menyerupai Jembatan Golden Gate di San Fransisco, Amerika Serikat.

6. Pulau Unik di Tengah Sungai Mahakam

Pulau Kumala merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik nan indah untuk dikunjungi di Tenggarong. Pada mulanya, pulau dengan luas 85 hektare ini berupa sedimen lumpur yang selanjutnya membentuk tanah. Kemudian, tumbuh pepohonan liar dan datang beberapa hewan di area tersebut. Apabila air sedang pasang, Pulau Kumala akan tenggelam dan tersapu oleh air.

Ketika mengunjungi Pulau Kumala, pengunjung akan disuguhkan oleh 10 wahana bermain. Terdapat pula akuarium raksasa. Akuarium tersebut dibuat untuk menampung sejenis lumba-lumba air tawar. Lalu, di bagian depan Pulau Kumala terdapat jembatan panjang dengan gapura yang menjulang tinggi bernama Jembatan Repo-Repo. Jembatan ini berfungsi menghubungkan Pulau Kumala dengan Kota Tenggarong. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

4 dari 4 halaman

Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.