Sukses

Buntut Video Pecel Lele Dianggap Kemahalan, Pedagang di Malioboro Buat Pembelaan hingga Rencana Tuntut Balik

Mereka menyayangkan video warganet yang mengeluhkan harga pecel lele tersebut, karena dapat memberi persepsi seolah-olah kejadian tersebut terjadi di Jalan Malioboro.

Liputan6.com, Jakarta - Viralnya video wisatawan yang mengeluh karena harga pecel lele dinilai mahal di kawasan Malioboro, Yogyakarta, masih berbuntut panjang, Sebelumnya, seorang perempuan bernama Aulia Azzahra yang mengunggah video tersebut di media sosial, TikTok, pada 25 Mei 2021.

Ia mengungkapkan, seekor ikan lele dihargai sebesar Rp20.000, belum termasuk nasi putih seharga Rp7.000. Selain itu, yang paling disorot adalah harga lalapan dan sambal yang dijual secara terpisah dengan harga Rp10.000. Ia tampak kaget saat mengetahui harga yang harus dikeluarkan untuk makan satu porsi pecel lele yang dirasa cukup mahal. Ia merasa terjebak makan di sana.

Hal itu ditanggapi Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM). Mereka meluncurkan siaran pers yang bertajuk Klarifikasi Pemberitaan Keluhan Pengunjung Terhadap Harga Makanan Pecel Lele di Lesehan, pada Kamis, 27 Mei 2021 Dalam siaran pers yang juga diterima kanal Regional Liputan6.com itu, Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro [PPLM] menyampaikan tujuh butir klarifikasi dan pernyataan.

Salah satunya adalah, menyatakan dan memastikan bahwa kejadian tersebut tidak terjadi di sepanjang Jalan Malioboro dan tidak dilakukan oleh anggota pedagang lesehan yang tergabung di PPLM.

"Hal ini sesuai dengan hasil investigasi dan penelusuran kami kepada seluruh anggota pedagang lesehan Malioboro.  Di samping itu, kami meyakini bahwa lokasi pengambilan gambar video tersebut di Jalan Perwakilan [jalan sirip atau fentilasi yang menghubungkan jalan Malioboro dengan jalan Mataram]. Bukan di jalan Malioboro," demikian potongan pernyataan PPLM.

Mereka juga mengklaim telah bekerjasama dengan baik bersama Pemerintah Kota Yogyakarta. Mereka pun menyayangkan pernyataan warganet yang viral tersebut, karena dapat memberi persepsi seolah-olah kejadian tersebut terjadi di jalan Malioboro dan seolah-olah dilakukan oleh anggota mereka.

Hal itu dianggap bisa sangat merugikan citra pedagang lesehan yang berjualan di sepanjang jalan Malioboro. Mereka pun menyerahkan sekaligus mendukung sepenuhnya langkah-langkah dan tindakan yang telah dan akan diambil oleh Pemerintah Kota Yogykarta berkaitan dengan masalah ini.

Untuk mencegah kejadian seperti ini agar tidak terjadi lagi, mereka akan mengajak Pemerintah Kota Yogyakarta dan Insan Pariwista untuk menyosialisasikan lebih masif kepada pengunjung agar hanya membeli di tempat yang menerakan daftar harga. Begitu pula, supaya tidak sungkan dan ragu untuk bertanya sebelum memesan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menuntut Balik

Mereka juga akan mendorong dan ikut menyosialisasikan, adanya posko informasi, pengaduan, dan keluhan bagi konsumen di jalan Malioboro dengan hot line yang siap 24 jam untuk tempat bertanya dan menampung keluhan pengunjung.

Terakhir, mereka meminta seluruh media, lembaga, warganet dan warga membantu menyosialisaikan klarifikasi dan informasi ini agar citra lesehan di sepanjang Jalan Malioboro kembali pulih. Surat pernyataan itu ditandatangani oleh Desio Hartonawati selaku Ketua PPLM dan didukung oleh Sujarwo selaku Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro.

Sikap itu berbeda dengan Paguyuban Lesehan Malam Malioboro yang dikabarkan akan menuntut balik sang pengunggah video kalau tidak mengklarifikasi atau menarik ucapannya.Hal itu diketahui dari sejumlah cuitan di Twitter yang ditanggapi sejumlah warganet.

"Kok yg akan digugat wisatawan, jk pun ada salah penyebutan lokasi ya wajarlah, pendatang tdk tau lokasi2 titik awal/akhir malioboro. Dan apa yg dilakukan perempuan tsb hny sbg bentuk kekesalan saja, tdk akan berdampak pada pedagang lesehan dimalioboro.," komentar akun @Cak_Harry pada 27 Mei 2021.

"Silahkan dicoba aja, cuma harus siap konsekuensinya, sekali viral dinetizen, tinggal tunggu aja..dapat pembelaan atau malah perundungan. Langkah yang benar adalah benahi, legowolah istilahnya. Jangan takut untuk mengakui dalam memperbaiki keadaan," timpal akun @GregoriusTse mengenai rencana tuntutan pada wisatawan yang makan di warung pecel lele di kawasan Malioboro tersebut.

3 dari 3 halaman

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.