Sukses

6 Fakta Menarik tentang Larantuka NTT yang Dijuluki Vatikannya Indonesia

Larantuka pernah menjadi kerajaan, dan merupakan kerajaan Kristen Katolik pertama yang berdiri di Flores, NTT.

Liputan6.com, Jakarta - Larantuka merupakan sebuah kecamatan sekaligus ibu kota dari Kabupaten Flores Timur, Nusantara Tenggara Timur (NTT). Meskipun terletak di ujung timur Pulau Flores, penataan tempat ini cukup menarik. Bangunan di Larantuka dibuat memanjang dari pesisir barat hingga pesisir timur dan diapit dengan gunung serta laut.

Larantuka dikenal oleh masyarakat sebagai tujuan wisata rohani bagi umat Katolik. Kota kecil yang terletak di kaki Gunung Mandiri ini, memiliki luas sekitar 75,91 kilometer persegi dengan 18 kelurahan dan dua desa.

Sejarah nama Larantuka punya beberapa versi. Ada yang meyakini nama Larantuka berasal dari kata bahasa Lamaholot (bahasa Flores). “Laran” yang berarti ‘jalan’ dan “tuka” yang berarti ‘tengah’. Secara utuh artinya kampung yang terletak di “tengah jalan”.

Teori lainnya adalah berasal dari bahasa Tetun. ‘Laran’ yang adalah pusat kerajaan Wehale dan ‘tuka’ yang artinya ‘batas’. Penyebutan ini menunjukkan bahwa wilayah kerajaan Wehale mencapai hingga ke Larantuka, yang disebut ‘batas dari Laran’.

Ada juga yang menyebutkan berasal dari bahasa Portugis yang memang sangat berpengaruh bagi daerah di NTT ini. Orang-orang Portugis berkulit hitam atau sering disebut Larantuqueiros pernah sangat berpengaruh hingga ke pulau Timor. Dari istilah Larantuqueiros itulah tercetus nama Larantuka yang dianggap lebih pas sebagai nama daerah di Indonesia.

Larantuka juga pernah menjadi kerajaan, dan merupakan kerajaan Kristen Katolik pertama yang berdiri di Flores. Ajaran agama Kristen dibawa oleh bangsa Portugis ke Larantuka pada abad ke-15. Pada masanya, Kerajaan Larantuka pernah menjadi sangat perkasa di Flores bagian timur.

Saat itu, Belanda mencoba mengadu domba Kerajaan Larantuka dengan Jawa hingga akhirnya Portugis takluk. Kerajaan pun dibubarkan oleh Belanda. Sekitar 1945, Larantuka bergabung dengan NKRI dan kemudian menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Flores Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tak hanya itu, hal-hal menarik lain mengenai Larantuka. Berikut enam fakta menarik tentang Larantuka yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Hari Jadi Larantuka

Pada 30 September 1958, daerah Flores dibubarkan, sehingga para politisi memanfaatkan peluang ini untuk berjuang membentuk Kabupaten Flores Timur. Hasil perjuangan tersebut adalah lahirnya Undang-Undang nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Undang-undang tersebut ditetapkan pada 20 Desember 1958 sehingga setiap tanggal tersebut, diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kabupaten Flores Timur. Larantuka pun mengikutinya sebagai hari jadi daerah itu. Berdasarkan undang-undang tersebut, NTT terbagi menjadi beberapa Daerah Swapraja Tingkat II, termasuk Swapraja Flores Timur, yang terdiri dari lima Kecamatan, yaitu Lomblen Timur Lomblen Barat, Solor Adonara dan tentunya Larantuka.

2. Tradisi Semana Santa

Larantuka secara historis-religius sudah sejak lama menyerahkan seluruh kehidupannya kepada perlindungan Bunda Maria. Mereka juga punya Tradisi Semana Santa yang merupakan tradisi adat sebagai warisan Portugis yang datang ke daerah itu pada abad ke-15.

Tradisi ini telah berjalan selama lima abad. Makna perayaan ini yaitu sebagai ritual pusat kepada Yesus dan Bunda Maria (Mater Dolorosa) yang menjadi perempuan berkabung karena menyaksikan penderitaan anaknya sebelum dan saat disalibkan.

Tradisi ini dilakukan dengan ziarah ke kuburan keluarga. Biasanya, perayaan Semana Santa dimulai pada Rabu yang disebut Rabu Trewa dan diakhiri pada Jumat yang disebut Sesta Feira. Saat ritual berlangsung, pinggir jalan dibuat pagar dari kayu yang disilang sebagai pembatas jalur prosesi dan juga pemasangan lilin di pagar warga Larantuka.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Makanan Khas Jagung Titi

Larantuka juga punya kuliner atau makanan khas. Salah satunya adalah Jagung Titi. Rasanya hampir mirip dengan popcorn. Makanan dengan bahan dasar jagung ini digoreng tanpa menggunakan minyak lalu ditumbuk.

Biasanya masyarakat Larantuka menikmatinya ketika waktu senggang, seperti saat berkumpul dengan keluarga. Jagung Titi disajikan dalam dua rasa, yakni rasa original dan manis. Makanan ini bisa didapatkan di pasar terdekat daerah Larantuka dengan harga sekitar Rp25 ribu.

Kuliner khas lainnya dari daerah ini antara lain, Manisan Bidara, Manuk Tapo Sewut, Kue Rambut dan Bloma.

4. Vatikan dan 1000 Kapel

Larantuka dijuluki Vatikannya Indonesia, salah satunya karena menyajikan wisata rohani pada hari raya umat Nasrani yang berlangsung setiap tahun. Setiap tahunnya, banyak wisatawan asing dari berbagai negara yang mengunjungi Larantuka untuk mengikuti wisata rohani peninggalan sejarah umat Kristen-Katolik.

Larantuka juga disebut sebagai kota 1000 kapel lantaran memiliki banyak kapel cantik dengan bentuk bangunan ala Portugis. Kota ini menjadi incaran para wisatawan karena terdapat tradisi-tradisi peringatan kematian dan kebangkitan Yesus yang tidak dimiliki kota lain.

 

3 dari 4 halaman

5. Pantai Kawaliwu Larantuka

Meski wilayahnya tidak terlalu luas, Larantuka punya beberapa destinasi wisata yang indah dan menarik. Misalnya, Pantai Kawaliwu yang merupakan salah satu pantai unik yang terletak di Kelurahan Riangkotek, Lewo Lema, Flores Timur.

Pantai ini menyuguhkan keindahan laut saat matahari terbenam. Berbeda dengan pantai pada umumnya, bibir Pantai Kawaliwu bukanlah tumpukan pasir, melainkan bebatuan hasil sendimentasi, seperti erosi atau terbawa aliran sungai.

Keunikan lain dari pantai ini adalah memiliki air panas alami yang keluar dari bebatuan pantai. Di sela-sela bebatuan ini terdapat aliran air yang sangat hangat, semakin digali maka air itu semakin terasa panas.

6. Istana Raja Larantuka

Di Larantuka, ada sebuah rumah dengan panjang mencapai 20 meter, merupakan rumah tua dengan aksen Belanda yang biasa disebut Istana Raja Larantuka. Menurut sejarah, bangunan itu didirikan pada1887 oleh Raja Don Lorenso DVG.

Menariknya, hampir semua bangunan kayu, lantai, pintu, dan kaca masih tampak asli meskipun telah beberapa kali direnovasi. Tak jauh dari bangunan ini, terdapat sebuah altar yang digunakan sebagai tempat untuk meletakan sajian adat. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

4 dari 4 halaman

Tips Libur Panjang Bebas Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.