Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Buleleng Bali, Lokasi Tenggelamnya KRI Nanggala 402

Terlepas jadi lokasi pencarian KRI Nanggala 402, Kabupaten Buleleng punya sisi lain untuk ditelisik.

Liputan6.com, Jakarta - Begitu banyak pasang mata tengah mengarah ke Kabupaten Buleleng, Bali, tepatnya di lepas pesisir Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak. Pasalnya, itu adalah lokasi pencarian KRI Nanggala 402 yang dinyatakan tenggelam.

Berdasarkan laporan kanal News Liputan6.com, setidaknya ada sembilan titik yang jadi fokus pencarian. Titik terang didapat setelah kapal ROV kapal milik Singapura menangkap kontak visual dari badan kapal selam. Penemuan bagian kapal selam ini terdiri dari antara lain bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, kemudi vertikal belakang, jangkar, serta baju keselamatan awak kapal NK-11.

Terlepas dari itu, Buleleng merupakan salah satu kabupaten yang jadi "gerbang utara" Pulau Dewata. Dalam cakupannya, wilayah ini punya ragam sendi kehidupan yang menarik untuk ditelisik, mulai dari asal-usul, sampai tradisi yang jadi warisan budaya nasional.

Dari sekian banyak, berikut enam fakta menarik di antaranya seperti dirangkum dari berbagai sumber, Senin, 26 April 2021.

1. Berawal dari Kerajaan

Nama Buleleng sendiri diambil dari jagung gambal atau jagung gambah yang banyak ditanam penduduk di masa Kerajaan Buleleng. Kerajaan Buleleng didirikan I Gusti Anglurah Panji Sakti pada pertengahan abad ke-17.

Kala itu, wilayahnya menyatukan seluruh wilayah-wilayah di sekitar Bali Utara yang sebelumnya dikenal sebagai Den Bukit. Pembentukannya dilakukan saat I Gusti Anglurah Panji Sakti diasingkan karena diduga memiliki kekuatan supernatural.

Sempat mencicipi masa kejayaan, Kerajaan Buleleng mulai goyah ketika I Gusti Ngurah Panji Sakti meninggal dunia 1704. Pemikiran berbeda dari putra-putranya disinyalir sebagai malapetaka.

Kemerosotan konstan pun tampak sampai pada 1732, Kerajaan Buleleng ditaklukkan Kerajaan Mengwi. Setelah 20 tahun, Kerajaan Buleleng berhasil merebut kembali kemerdekaan mereka. Berselang hampir tiga dekade kemudian, Kerajaan Buleleng jatuh dalam kekuasaan Kerajaan Karangasem.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

2. Kota Terbesar Kedua di Bali

Buleleng merupakan rumah bagi kota terbesar kedua di Bali setelah Denpasar, yakni Singaraja, yang sekaligus berperan sebagai ibu kota kabupaten tersebut. Karenanya, kemajuan berbagai sektor di Singaraja bisa dikatakan 11-12 dengan Denpasar, mulai dari toko dan objek wisata.

Salah satu objek wisata yang jadi primadona di sini adalah Pantai Lovina. Atraksi utamanya adalah melihat lumba-lumba liar sambil menikmati pemandangan matahari terbit di atas perahu di lepas pesisir Singaraja.

Kota kelahiran ibunda Soekarno ini juga pernah jadi ibu kota Provinsi Sunda Kecil dari periode kemerdekaan sampai 1958. Provinsi Kepulauan Sunda Kecil terdiri dari wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, serta pulau-pulau kecil di dekat perairan Maluku.

3 dari 7 halaman

3. Punya Warisan Budaya Nasional

Tahun lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui tim ahli warisan budaya tak benda (WBTB) menetapkan tiga tradisi warga Kabupaten Buleleng sebagai WBTB nasional.

Ketiganya adalah keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional lukisan kaca Desa Nagasepaha, tradisi dan ekspresi lisan Megoak-goakan Desa Panji, serta adat istiadat Masyarakat Ngusaba Bukakak, Desa Giri Emas.

Setelah penetapan, Dinas Kebudayaan Buleleng disebut menggelar seminar untuk menyebarluaskan informasi itu agar masyarakat tahu dan lebih paham. Sementara, tahun ini, rencananya akan dilakukan proses perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tiga WBTB nasional tersebut.

4 dari 7 halaman

4. Kampung Muslim Tertua di Bali

Desa Pegayaman, yang disebut-sebut sebagai kampung Muslim tertua di Bali, merupakan rumah bagi warga yang seluruhnya beragama Islam. Kendati demikian, akulturasi budaya hindu Bali masih bisa didapati di sana-sini.

Kehadiran leluhur warga Desa Pegayaman diceritakan berasal dari "salam damai" Kerajaan Mataram yang saat itu dipimpin Senopati Ing Alogo Sayyidin Panotogomo. Ia menghadiahi penguasa Kerajaan Buleleng, Panji Sakti, dengan seekor gajah serta delapan orang patih beragama Islam yang kemudian menempati dan berketurunan di daerah yang kini dinamakan Desa Pegayaman.

Nilai toleransi di Pegayaman telah begitu mendarah daging. Masyarakat setempat menggabungkan unsur tradisional Bali sebagai jati diri dengan nuansa Islam yang tetap dipegang teguh sesuai syariat.

Salah satu bentuknya melalui nama. Warga Desa Pegayaman seluruhnya masih menggunakan nama, seperti Wayan, Putu, atau Gede untuk anak pertama; Made, Kadek, atau Nengah (anak kedua); Nyoman, Komang, atau Koming (anak ketiga) dengan penyematan nama depan mereka yang berciri Islam.

5 dari 7 halaman

5. Taman Terumbu Karang Indonesia

Tahun lalu, Kabupaten Buleleng terpilih sebagai tempat restorasi atau Taman Terumbu Karang Indonesia (ICRG) yang merupakan inisiasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Pemerintah Provinsi Bali.

Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, menjelaskan bahwa terpilihnya Kabupaten Buleleng sebagai ICRG karena wilayah tersebut telah banyak menerima penghargaan dalam bidang konservasi terumbu karang.

"Buleleng juga memiliki garis pantai terpanjang di Bali dan arus laut yang tenang, sehingga jadi kelebihan dalam restorasi terumbu karang," katanya melansir Antara.

ICRG merupakan implementasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Padat Karya untuk masyarakat terdampak langsung pandemi COVID-19, khususnya yang berhubungan dengan pariwisata bahari, mulai dari pemandu wisata, pemilik kios, dan hotel beserta pegawainya yang diberhentikan.

6 dari 7 halaman

6. Kuliner Khas yang Tidak Hanya Makanan Laut

Karena topografinya, Buleleng tidak hanya mengandalkan ragam sajian makanan laut sebagai kuliner khas. Wilayah ini punya beberapa sajian lokal yang tidak kalah menarik. Salah satunya adalah tipat blayag.

Sesuai namanya, Anda bisa membayangkan lontong pecel atau gado-gado versi Bali. Walau sekilas mirip tipat blayag tidak memakai bumbu kacang, melainkan kuah kuning ditambah bumbu-bumbu khas Pulau Dewata.

Juga, ada Siobak yang sebenarnya adalah kuliner khas Tionghoa, tapi Syibak Khe Lok sudah ada di Bali sejak era 60-an. Kuliner ini telah dimodifikasi sedemikian rupa agar cocok dengan lidah warga Buleleng, salah satunya saus lebih pekat dan hitam.

7 dari 7 halaman

Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.