Sukses

Tas Daun Pisang di Fashion Show Jean Paul Gaultier, Warganet: Bungkus Lemper tapi Estetik

Aksesori bervisual serupa daun pisang ini hadir dalam bentuk tas tangan maupun pouch dalam fashion show desainer Prancis, Jean Paul Gaultier.

Liputan6.com, Jakarta - Desainer dunia, termasuk Jean Paul Gaultier, bisa dengan kompleksnya menciptakan suatu look. Namun, fashion item yang dihadirkan justru bisa terasa sangat dekat dengan kehidupan segelintir masyarakat dunia.

Baru-baru ini, fashion show Gaultier bertajuk "Jean Paul Gaultier Spring 2010 Couture" kembali ramai jadi perbincangan warganet. Pemandangannya menarik perhatian setelah diunggah ulang oleh akun Twitter @_gastt, Minggu, 18 April 2021.

Pasalnya, di runway pergelaran hampir 11 tahun lalu itu, sang desainer menambahkan aksesori yang visualnya mirip daun pisang. Tas ini dihadirkan dalam detail yang rumit, namun tetap wearable.

Ada yang berupa tas tangan, ada pula yang hadir dalam bentuk pouch. Penghuni jagat maya, terutama yang berasal dari Asia Tenggara, tidak melewatkan kesempatan ini untuk pamer "tas daun pisang" dengan kearifan lokal wilayah masing-masing.

"Bungkus lemper, tapi estetik," komentar salah satunya. "Pada dasarnya itu adalah pembungkus makan siang kami di sini, di Filipina," sahut yang lain.

"Kami juga punya tas makanan penutup," imbuh pengguna Twitter lain. "Tamal Bags from Jean Paul Gaultier Spring 2010 Haute Couture," komentar yang lain.

Senada dengan ide besar desainer asal Prancis itu menggaungkan barang fesyen berkonsep berkelanjutan, daun pisang dimanfaatkan sebagai wadah lebih ramah lingkungan, yang seringnya dipakai sebagai pembungkus makanan, di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Detail Koleksi Jean Paul Gaultier Spring 2010 Couture

Melansir laman Vogue, Selasa (20/4/2021), kendati menarik bagi warganet Asia Tenggara, Meksiko sebenarnya jadi inspirasi besar Jean Paul Gaultier dalam fashion show itu. Ia memboyong kain gaucho, sombreros, selimut garis-garis khas petani setempat, syal Spanyol, dan cerutu. Ia menunjukkan momen penakluk, namun kemudian berada di hutan, menenun dedaunan bersama masyarakat adat.

Rupanya, Gaultier pernah ke pameran tentang Moctezuma, kaisar Aztec, di London, setahun sebelumnya, dan itu, dengan pengaruh sampingan dari pesan kesukuan-eco Avatar, yang membuatnya bergerak ke arah ini.

Paul Gaultier melawan arus runway kala itu dengan "melepaskan diri dari tekanan untuk mengangkat tema pertunjukan mainstream." Kilatan selebrasi atas karyanya terlihat pada jas berekor di atas kaus oblong berwarna pink pucat dengan manik-manik jet dan rok panjang.

Ada juga kekayaan yang tak terbantahkan, seperti ketika Gaultier memanfaatkan aksen manik-manik dari ujung kepala hingga kaki, dan baju besi seperti prajurit, bahkan cakar logam pada satu titik. Di kesempatan yang sama, atas koleksi tersebut, sang desainer juga melepaskan permintaan pakaian harian dan pakaian olahraga olahraga dalam potongan mode sama sekali baru yang tenar kala itu.

3 dari 3 halaman

Pakai Masker Boleh Gaya, Biar COVID-19 Mati Gaya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.