Sukses

6 Fakta Menarik Tentang Bengkayang, dari Etnik Dayak sampai Kampung Adat Terbaik

Kabupaten Bengkayang, di Kalimantan Barat punya potensi sumber daya alam yang cukup besar.

Liputan6.com, Jakarta - Bengkayang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Bengkayang adalah pemekaran dari Kabupaten Sambas yang terdiri dari tiga kawasan otonom terpisah, yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang.

Kabupaten ini memiliki luas sebesar 5.396,30 km persegi atau sekitar 3,68 persen dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat dengan jumlah penduduk 255.261 jiwa pada 2020 dan mayoritas penduduknya beretnik Dayak. Selain itu, Bengkayang juga kaya akan keanekaragaman sumber daya alamnya.

Meski merupakan wilayah terkecil di Kalimantan Barat, Bengkayang mempunyai 12 pulau. Dari sejumlah pulau tersebut, ada sebanyak lima pulau masih belum berpenghuni. Namun, hal-hal menarik tentang Bengkayang tak hanya itu. Dirangkum dari beragam sumber, berikut enam fakta menarik seputar Bengkawang.

1. Asal Usul Bengkayang

Kata Bengkayang dalam bahasa Tionghoa adalah La La yang artinya jauh. Awalnya Bengkayang merupakan sebuah desa di wilayah Sambas. Desa Bengkayang merupakan sebuah tempat singgah para pedagang dan juga penambang emas.

Pada masa pendudukan Belanda, Bengkayang merupakan bagian dari wilayah Afdeling Van Singkawang yakni daerah kesultanan Sambas. Nama Bengkayang sendiri diambil dari nama sungai kecil yang dikenal dengan nama Sungai Bengkayang yang mengalir dan berujung ke Sungai Sebalo.

2. Pernah Jadi Pusat Militer Belanda

Pos Intai Bukit Vandreng yang terletak di Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Bengkayang, Kalimantan Barat ini dulunya digunakan Belanda untuk mengintai pasukan Jepang yang ingin merebut kekuasaan dari tangan mereka. Pos yang didirikan sekitar 1939 hingga 1942 ini menjadi pusat militer Belanda di Bengkayang.

Bangunan Pos Intai Bukit Vandreng ini didirikan oleh warga sekitar atas perintah kolonial Belanda. Di Bukit Vandreng sendiri dulunya terdapat empat pos intai namun posisinya saling berjauhan. Setiap puncak bukit terdapat satu pos intai. Dari keempat pos intai tersebut, hanya ada satu yang bangunannya masih terlihat kokoh dan utuh, selebihnya sudah dihancurkan oleh Belanda saat meninggalkan Bengkayang.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Memiliki Rumah untuk Beragam Kegiatan

Bengakayang punya Rumah Bentang Samalantan yang menjadi tempat untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan dan upacara adat naik dango bila musim panen padi tiba. Rumah ini merupakan sejenis rumah panggung yang dibangun dengan kedalaman 120 kaki tertanam langsung ke tanah.

Rumah Bentang Samalantan terletak di antara jalur Provinsi Bengkayang-Singkawang.  Letak bangunan berada sekitar 300 meter dari Jalan Provinsi tepatnya di Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang.

Di dalam ruangan rumah ini, banyak terdapat dekorasi bermotif Dayak di dinding yang terbuat dari kayu. Selain itu, ada juga beberapa tempayan berukuran sedang ditiap tiang penyangga dan patung kayu yang diletakkan di dekat tangga utama.

4. Punya Potensi Sumber Daya Ikan yang Besar

Mata pencaharian utama masyarakat di Bengkayang adalah nelayan. Kabupaten Bengkayang, memiliki potensi sumber daya ikan yang cukup besar, terutama ikan pelagis, demersal, dan ikan karang. Potensi lainnya di Bengkayang yakni budidaya laut serta budidaya ikan atau udang.

Penangkapan ikan pada umumnya dapat dilakukan sepanjang tahun, dengan puncaknya pada Juli sampai September. Armada penangkapan yang digunakan adalah perahu tanpa motor. Sedangkan untuk alat tangkap yang digunakan yaitu jenis gillnet, rawai, pukat udang, bagan tancap, togo, dan bubu.

3 dari 4 halaman

5. Penghargaan Kampung Adat Terbaik Se-Indonesia

Bung Kapuak yang merupakan daerah perkampungan tua Dayak Bidayuh di Jagoibabang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat berhasil mendapat penghargaan pada 2019 lalu sebagai kampung adat terpopuler di Indonesia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)

Penghargaan tersebut bertujuan untuk memberikan semangat dan motivasi bagi masyarakat Bengkayang agar dapat terus memaksimalkan potensi yang ada. Selain itu, Bung Kapuak juga masih sering melakukan ritual adat dengan sebutan Gawia Sowa yaitu berupa permohonan kepada leluhur agar diberikan limpahan rezeki dan ucapan terima kasih atas panen serta limpahan rezeki yang mereka terima.

6. Makanan Khas Bengkayang

Bengkayang memiliki kuliner yang khas dan otentik, mulai dari olahan sayuran, ikan, hingga camilan khas. Karena mayoritas penduduknya beretnik Dayak, maka tak heran jika makanan khas Bengkayang banyak berasal dari tangan orang-orang Suku Dayak.

Salah satunya Kue Tumpi, makanan yang masuk kategori kue dan hampir mirip dengan kue cucur ini bisa dibilang merupakan cucur dayak. Baik dari segi resep, bahan maupun cara pembuatannya sama seperti kue cucur, tapi tidak sebulat kue cucur. Kue ini umumnya disajikan pada saat acara-acara tertentu dan juga sebagai simbol serta filosofi dalam upacara adat suku dayak.

Mereka juga punya Bontok’ng (sungkui). Makanan ini sama bentuknya dengan lontong namun cara memasak dan penyajiannya berbeda. Proses pembuatan bontok’ng (sungkui) diawali dengan merendam beras kemudian dimasukan ke dalam bambu dan setelah itu dimasak.

Untuk menambahkan cita rasa, makanan khas Bengkayang ini biasanya dicampur dengan berbagai macam jenis sayuran. Bontok’ng (sungkui) umumnya dihidangkan pada saat acara-acara tertentu saja, seperti acara adat dan gawai padi baru.  (Melia Setiawati)

4 dari 4 halaman

5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.