Sukses

Sosok Bocah Pengarah Gaya di Kota Tua Semarang yang Tolak Jadi Pengemis

Kaka, siswa kelas 6 SD yang menawarkan jasa untuk mengarahkan gaya sekaligus memotret wisatawan di Kota Tua Semarang.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia maya membawa beragam kisah, salah satunya datang dari seorang bocah bernama Kaka, yang baru-baru ini mencuri atensi. Bocah yang duduk di bangku kelas enam SD tersebut sehari-hari menjadi pengarah gaya di Kota Tua Semarang.

Cerita soal aksi lincah sang bocah pengarah gaya ini diabadikan dan diunggah oleh akun TikTok @gurucerdas yang kebetulan sempat menyambangi Kota Tua Semarang. Kaka dengan sigap mengarahkan gaya kepada wisatawan yang datang sembari mencari angle motret yang apik.

Pemilik akun Guru Cerdas pun mengajak berbincang Kaka terkait aktivitasnya di salah satu destinasi wisata bersejarah di Jawa Tengah tersebut. Kaka bercerita mengenai ketertarikannya memotret.

"Dulunya saya jualan cuma lihat-lihat orang foto, lihat penghasilan jasa foto lebih besar daripada jualan koran, makanya saya punya pikiran sendiri, coba-coba saya fotoin orang," kata Kaka dalam video.

Kaka juga sempat diajak temannya mengamen dan mengemis, yang kemudian ditolaknya. "Daripada di Kota Lama kayak orang miskin, mendingan ngamen aja. Lah aku bilang gini, kan teman saya ada yang ngemis juga dan bilang gitu, aku bilang gini selagi masih bisa berdiri mengapa mengemis," ujarnya.

Berkat usaha mengarahkan gaya sekaligus memotret para wisatawan, ia dapat membantu biaya sekolah. Tak dipungkiri Kaka, ia berkegiatan demikian karena hobi dan ambil bagian meringankan ekonomi keluarga.

Saat ditanya apakah ingin mengikuti lomba, Kaka dengan antusias menyebut turut ambil bagian. "Tapi enggak punya kameranya, kameranya yang mahal," jelas sang bocah pengarah gaya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penghasilan

Soal pendapatan dalam kegiatan itu, Kaka menyampaikan uang yang ia terima sukarela dari para pengguna jasa. "Sukarela, sedikit aku terima, yang namanya sukarela ya sukarela," terang Kaka.

"Paling keliling itu biasanya kadang (diberi) Rp100 ribu, kadang Rp50 ribu, ada juga yang Rp20 ribu," tambahnya.

Disampaikannya, masa pandemi Covid-19 turut berimbas pada wisata yang sepi pengunjung. "Sebelum pandemi lumayan, (bisa dapat) Rp200 ribu satu hari," lanjutnya.

Penghasilan di Kota Tua Semarang tersebt sebagian besar diberikan Kaka kepada orangtuanya. "Dikasih ke orangtua Rp150 ribu, Rp50 ribu ditabung," katanya.

3 dari 3 halaman

Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.