Sukses

Kota di China Resmi Larang Tradisi Vulgar dalam Pesta Pernikahan

Tradisi vulgar dalam pesta pernikahan ini telah begitu langgeng, yakni ditemukan sejak awal Dinasti Han pada abad ke-2 sebelum masehi.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kota di timur China resmi melarang praktik tradisi "perilaku vulgar" dalam pesta pernikahan. Melansir laman South China Morning Post, Selasa, 23 Maret 2021, ini mengacu pada para tamu diizinkan menggoda pasangan baru dan pengiring pengantin setelah serangkaian insiden menunjukkan lelucon itu jadi terlalu berlebihan.

Pihak berwenang di Zouping, sebuah kota di Provinsi Shandong, mengeluarkan pemberitahuan pada Rabu, 17 Maret 2021 yang secara khusus melarang "perilaku vulgar di pesta pernikahan" dan menyerukan "reformasi tradisi pernikahan."

Tradisi yang dikenal sebagai "naohun" telah membuat pasangan atau tamu mereka dipaksa telanjang atau diikat, memaksa mereka mengenakan pakaian atau aksen tertentu yang keterlaluan. Juga, penghinaan dilemparkan ke pengantin wanita dan pengiring pengantin maupun orang-orang yang dipaksa tampil dengan cara tidak senonoh.

Pemerintah menegaskan bahwa perilaku ini akan dihukum oleh polisi dan dapat dianggap sebagai tindak pidana. "Mari kita semua jadi lebih sopan, memboikot aktivitas vulgar di pesta pernikahan, mengubah 'naohun' jadi berkah yang beradab dan membantu pernikahan kembali jadi hangat dan romantis," kata pemberitahuan itu.

Kebijakan baru ini mendapat "tepuk tangan" dari publik China. "Tentu saja Anda perlu melarang perilaku ini, beberapa orang hanya melecehkan orang lain atas nama bercanda di pesta pernikahan," kata salah satu pengguna Weibo.

"Sudah cukup sulit untuk mengatur pernikahan, apalagi diganggu oleh penampilan dan lelucon yang vulgar,” sambung yang lain.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tradisi Panjang yang Sarat Kontroversi

"Naohun," yang secara harfiah berarti "membuat keributan di pesta pernikahan," telah mencatatkan tradisi panjang sejak dimulainya Dinasti Han pada abad ke-2 sebelum Masehi. Para tamu meminta pengantin baru untuk melakukan serangkaian tugas guna "memastikan suasana pernikahan meriah dan untuk menunjukkan persahabatan."

Tamu pernikahan biasanya sangat senang membiarkan pengantin berciuman atau membuat mereka melakukan "tugas" yang sedikit memalukan. Dalam pernikahan zaman modern, hal itu berkembang hingga menggoda pengiring pengantin.

Namun, tradisi tersebut jadi fokus diskusi hangat dengan lebih banyak insiden yang tampaknya berjalan terlalu jauh. Kritikus mengatakan, permainan semacam itu tidak pantas dan beberapa dapat dianggap pelecehan.

 

3 dari 3 halaman

Waspadai Tanda Kekerasan dalam Pacaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.