Sukses

6 Fakta Menarik tentang Ternate, Si Pulau Rempah yang Jadi Rebutan Kolonial Eropa

Ternate itu kecil-kecil cabai rawit, Selain jadi Pulau Rempah, kawasan ini juga jadi saksi sejarah kerajaan Islam berpengaruh di Indonesia Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Ternate merupakan kota terbesar di Maluku Utara. Namanya berasal dari ungkapan Tarinata, yang artinya keras dan kasar. Hal itu menjadi gambaran karakter penduduk Ternate.

Sebelum menjadi kota administratif, Ternate lebih dulu dikenal sebagai kerajaan Kesultanan Gapi, yakni kerajaan Islam pertama yang ada di Maluku. Meski tergolong kerajaan kecil, pengaruhnya besar di sekitar kawasan timur Indonesia.

Tanah Ternate yang memiliki luaas 5.795,4 kilometer persegi itu dikenal sangat subur untuk ditanami rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh. Hasilnya pun sangat melimpah hingga selama berabad-abad, Ternate dijadikan sebagai pusat benteng Portugis dan VOC Belanda untuk perdagangan rempah-rempah.

Apa lagi hal menarik lain yang dimiliki Ternate? Liputan6.com merangkum enam fakta di antaranya yang dikutip dari berbagai sumber, Jumat, 12 Maret 2021.

1. Pulau Rempah

Ternate sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan karena di situlah rempah-rempah dihasilkan. Ternate sampai dijuluki sebagai The Spice Island karena merupakan penghasil rempah-rempah terbesar.

Rempah-rempah adalah komoditas utama perdagangan warga setempat. Pada pertengahan abad ke-15, bangsa Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda, berloma-lomba menguasi Ternate, Maluku Utara, karena tertarik dengan keberadaan rempah-rempah tersebut.

Selain itu, banyak juga pedagang Jawa, Melayu, Arab, dan China yang datang ke Maluku khususnya Ternate untuk membeli rempah-rempah. Kini, Ternate menjadi destinasi wisata rempah-rempah yang diimplementasikan dalam berbagai progam, seperti penataan kawasan cengkeh afo.

2. Kota Seribu Benteng

Selain rempah-rempah, banyaknya jumlah benteng menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Benteng-benteng yang ada di Ternate dibangun untuk mengamankan aktivitas perdagangan rempah-rempah yang dilakukan Portugis, Belanda, dan Spanyol pada zaman dulu.

Salah satu yang populer adalah Benteng Kalamata, yang diambil darii nama Pangeran Kaicil Kalamata, kakak Sultan Ternate Madarsyah. Benteng yang dikenal pula dengan nama Benteng Kayu Merah itu berada di Kelurahan Kayu Merah, Ternate Selatan. Pada saat dibangun Portugis, benteng itu dinamai Santa Lucia. Benteng Kalamata berdiri menghadap ke selat yang menghubungkan Ternate dan Tidore.

Selanjutnya, Benteng Oranje yang dibangun pada 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge. Benteng itu berasal dari bekas benteng tua yang dibangun Portugis. Benteng Oranje sempat menjadi pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda. Kemampuan benteng tersebut untuk mengusir lawan yang menyerang melalui laut maupun daratan bisa dilihat dari keberadaan sejumlah meriam yang masih tersisa di sana.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Kololi Kie, Tradisi Berdamai dengan Alam

Masyarakat Ternate memiliki ritual bernama Kololi Kie atau keliling gunung. Ritual ini dilakukan karena ingin berdamai dengan alam. Perdamaian dengan alam ini mungkin terjadi di kalangan masyarakat yang secara berkala dihinggapi bencana.

Kololi Kie adalah tradisi ritual adat yang mengelilingi Gunung Gamalama di Pulau Ternate sambil berziarah makam keramat yang ada di sekeliling pulau tersebut. Dalam tradisi ritual kololi kie ada beberapa kategori seperti, hajatan perorangan, hajatan kelompok, dan besar.

Inti dari hajatan Kololi Kie ini yaitu berupa rasa syukur atas pemberian nikmat dari Allah sebagai Pencipta atau meminta perlindungan dan keselamatan dari Allah dengan simbolisasi pada Gunung Gamalama.

4. Surganya Wisata Alam

Termpat wisata di Ternate memiliki beragam pilihan mulai dari sejarah, alam, hingga religi. Selain itu, wisata di Ternate juga didominasi dengan wisata alam yang eksotis dan asri serta menyuguhkan pengalaman sejarah yang tak terlupakan, mulai dari pantai, gunung, danau, benteng, dan masjidnya.

Seperti, Pantai Falajawa yang terletak di Jl. Pahlawan Revolusi, Muhajirin, Ternate Tengah. Lokasinya berada di pinggir jalan besar sehingga mudah dijangkau warga dan wisawatan. Di pantai ini terdapat landmark kota Ternate berupa tulisan balok Ternate yang banyak dijadikan latar belakang foto. Di sini pengunjung bisa menikmati keindahan pantai sekaligus suasana Kota Ternate yang ramai.

Danau Tolire juga menjadi objek wisata unggulan di Ternate. Danau berbentuk seperti loyang raksasa itu berada di kaki Gunung Gamalama. Luasnya sekitar lima hektare. Dipercaya jika melempar sesuatu ke danau, bagaimana pun kuatnya lemparan batu atau benda lain, tidak akan bisa menyentuh air danau.

Sementara, Gunung Gamalama adalah salah satu Gunung vulkanik tertinggi di Indonesia. Di gunung ini terdapat berbagai destinasi lainnya tepatnya di kaki Gunung Gamalama mulai dari benteng, keraton, danau, dan banyak lagi.

 

 

3 dari 4 halaman

5. Pesona Khas Tenun Ternate

Kain Tenun Ternate tidak sepopuler tenun dari wilayah NTB atau NTT. Namun, kain ini adalah sesuatu yang langka dan sudah ada cukup lama di Ternate. Pusat pembuatan dan kerajinan kain Ternate ini berada di Koloncucu.

Pada dasarnya, kain tenun Ternate tidak berbeda dari kain tenun lain di Indonesia. Ciri khasnya terletak pada motif yang berkaitan dengan keragaman laut Maluku Utara, seperti ikan, kerang, ataupun burung laut.

6. Makanan Khas Ternate

Sagu menjadi makanan pokok yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat Ternate. Sagu diolah menjadi beragam panganan, seperti bagea, yang juga bisa ditemukan di Ambon.

Kue Bagea merupakan kue kering yang bahan utamanya sagu dan bahan tambahan kenari, gula, kayu manis dan berbagai rempah-rempah. Meskipun sedikit keras karena berbahan dasar sagu, kue ini banyak peminatnya.

Ada pula ikan komu asar yang merupakan masakan khas Ternate yang diolah dari jenis ikan cakalang. Ikan cakalang yang ditusuk dengan bambu dan diasapi sampai kering, biasanya dinikmati dengan nasi dan sambal colo-colo khas Maluku. (Melia Setiawati)

4 dari 4 halaman

Kalender Libur Nasional dan Cuti Bersama 2021

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.