Sukses

Cerita Akhir Pekan: Skin Goal Terbaik untuk Mencintai Kulit Sendiri

Meski terkadang diselimuti rasa insecure, namun merawat kulit dengan baik jadi salah satu bentuk rasa cinta pada diri.

Liputan6.com, Jakarta - Merawat kulit wajah dengan pemakaian beragam produk skincare saat ini telah masuk dalam daftar aktivitas para masyarakat urban, terutama kaum hawa. Namun, aksi tersebut juga perlu dibarengi dengan beberapa hal yang wajib diketahui.

Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Anna Juniawati Putri Gunawan, Sp.KK, menyampaikan, dalam memilih produk skincare, seseorang harus mengetahui dahulu tipe kulitnya, baik kering, kombinasi, atau berminyak. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan memastikan tujuan merawat kulit wajah.

"Selain harus tahu tipe kulit, tujuannya mau seperti apa. Misalkan kalau berjerawat untuk mengatasi jerawat. Kalau usia di atas 30--40 tahun lebih ke anti-aging," kata dr. Anna saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 26 Februari 2021.

dr. Anna menambahkan, untuk mengetahui jenis kulit juga dapat berkonsultasi ke dokter spesialis kulit. Namun jika tidak ingin ke dokter, dapat disesuaikan dengan melihat kondisi kulit, seperti kering atau berminyak yang dapat terlihat dan terasa.

"(Tipe kulit) kering misalnya terlalu lama di ruang AC, kurang minum saat kulitnya digaruk sedikit tampak mengelupas ringan. Jika diraba, kulit kering terasa lebih kasar," tambahnya.

Untuk tipe kulit kombinasi, di daerah T-zone, seperti dahi dan hitung itu tampak berminyak, namun di pinggir pipi dan rahang kering. Kulit berminyak dapat terlihat dengan sangat jelas, wajahnya lebih mengkilap karena minyak.

Dalam merawat kulit wajah, ada langkah-langkah yang perlu dilakukan. Pertama, dimulai dengan membersihkan wajah dan dapat menggunakan micellar water, milk cleanser, atau cleansing oil.

"Kemudian baru dilanjutkan dengaan sabun cuci muka dan toner, tapi (toner) itu opsional, tidak wajib. Jadi, kembali lagi ke tipe kulit, kalau kering jangan pakai toner karena akan makin kering. Kalau normal atau oily boleh pakai. Jenis toner ingredients bisa disesuaikan dengan kebutuhan," tambahnya.

Setelah toner, selanjutnya adalah serum atau essence yang juga dikatakan opsional. "Tapi memang step-nya begitu, dari sabun, toner, serum atau essence, baru terakhir krim wajah," ungkapnya.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Gaya Hidup

dr. Anna menjelaskan, untuk mendapatkan kulit yang sehat dan bagus, bukan hanya dari skincare saja. Faktor pendukung lain yang memengaruhi adalah gaya hidup yang dijalani.

"Misalkan orangnya suka merokok, minum alkohol itu beda banget kondisi kulitnya, walaupun dia sudah rajin skincare. Begadang, kurang tidur, sering di ruang ber-AC cenderungnya lebih kering, atau orang di outdoor sering kena matahari itu bisa kelihatan freckles atau fleknya," tuturnya.

Selain skincare, penting pula diperhatikan pula soal apa yang dimakan. "Asupan makanan juga, misal orang yang makannya banyak sayur dan buah dan yang makan junkfood atau kebanyakan makan daging, (kulit) biasanya beda," tutupnya.

3 dari 6 halaman

Dari Sisi Psikologi

Menilik dari sisi psikologi, tak sedikit pula perempuan yang kerap merasa insecure dengan kondisi kulitnya. Terkait hal tersebut, psikolog klinis Kasandra Putranto, mengungkapkan penjelasannya.

"Masalahnya terletak pada pikiran atau mindset-nya, yang merasa tidak puas dengan kondisi kulitnya," kata Kasandra saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 25 Februari 2021.

Ia melanjutkan, kondisi tersebut juga dikarenakan promosi dan propaganda bahwa kulit yang indah adalah kulit yang putih dan halus. "Padahal sebenarnya harus kulit sehat," lanjutnya.

Jika telah berada di kondisi tersebut, ada beberapa cara mengatasi ketidaknyamanan itu tanpa terjadinya obsesi. "Memberikan psikoedukasi dan perubahan mindset tentang kulit yang sehat dan indah sesuai kondisi," ungkapnya.

4 dari 6 halaman

Petualangan dengan Skincare

Sulit dipungkiri, merawat kulit wajah haruslah dibarengi dengan kesabaran dan ketelatenan. Salah satu cerita mengarungi petualangan mencoba ragam skincare turut dirasakan oleh seorang makeup artist, Rekma Adi Maheswari.

Perjalanan Rekma, begitu ia akrab disapa, bermula ketika ia duduk di bangku SMP. Kala itu, ia baru mengenal sabun cuci muka dan menyadari bahwa kulitnya memiliki tipe yang kering.

Ketika masuk SMA, ia mulai mengenal pelembap wajah yang digunakan untuk wajahnya yang kering. Hingga Rekma benar-benar mengenal skincare usai lulus kuliah di usia 23 tahun.

"Mulai coba-coba karena aku merasa perlu pakai dan melihat kandungan apa dan manfaatnya apa, pastinya didukung sama pola hidup sehari-hari, seperti tidur, makanan, minum air putih," kata Rekma kepada Liputan6.com, Jumat, 26 Februari 2021.

Namun, perempuan berusia 29 tahun ini mengaku sempat tidak mengerti bagaimana merasakan produk skincare benar-benar bagus di kulitnya atau tidak. Ia telah mencoba sederet produk namun merasa tidak ada perubahan, dan bimbang apakah produk itu tidak cocok untuknya atau membutuhkan proses yang agak lama.

"Merasa galau harus pakai lagi atau enggak, karena produk disetiap kulit orang beda dan di usia itu tipe kulitku masih kering. Enggak tahu kenapa setelah 25 tahun, tiba-tiba kulit kombinasi. Jadi aku benar-benar cari skincare tipe kulit kombinasi," tambahnya.

Rekma menjelaskan, tidak mudah sejak usia 23 tahun berpetualangan dan berkutat dengan skincare. Meski bingung terkait hasil produk skincare di wajahnya, ia tetap penasaran dan semangat untuk terus mencoba.

"Kalau enggak coba, kita enggak tahu cocok atau enggak. Cuma ketika coba dan enggak cocok jadi breakout dan kusam, itu memang aku rasa harus kita lewati, kalau enggak kita enggak ketemu yang cocok," ungkapnya.

5 dari 6 halaman

Sempat Insecure

Di sisi lain, tak ditampik Rekma pernah insecure dengan kondisi kulit wajahnya. Hal tersebut ia rasakan ketika memasuki masa pandemi Covid-19, tepatnya pada pertengahan 2020.

"Awal-awal pandemi pakai masker terus setiap berativitas ke luar dan skincare-an dulu. Semenjak beraktivitas pakai masker, aku enggak makeup paling cuma pakai sunblock, makeup mata aja. Aku merasa pakai masker itu kulit kayak enggak bernapas," tutur Rekma.

Karena seharian beraktivitas dengan masker berakibat beruntus atau bintik-bintik halus pada kulit di pipi. Ia sempat kebingungan untuk menutupi kondisi kulit ini karena bertekstur, berbeda dengan bekas jerawat yang dapat disamarkan.

"Cuma lama-lama teman juga ada yang gitu, kayaknya ini memang proses yang harus aku lewati. Sampai rumah seperti biasa, cuci muka, masker-an, aku jadi pakai obat totol (jerawat)" ungkapnya.

Kondisi kulit wajahnya ini membuat Rekma merasa kurang percaya diri. "Paling kalau ada teman yang bilang 'kok kayak gitu sih mukamu' itu langsung drop. Cuma tergantung suasana hati, kalau bisa cuek paling jawabnya gara-gara masker nanti juga ilang," jelas Rekma.

"Tapi di awal-awal, aduh, yang ngerasa enggak percaya diri buat selfie dan malas karena ada jerawat. Cuma kembali lagi, bukan harus ganti skincare sih, cuma cari serum yang memang bisa mengatasi buat jerawat atau beruntusan itu," tutupnya.

6 dari 6 halaman

3 Area Wajah Sering Disentuh Tangan Rentan Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.