Sukses

Cerita Akhir Pekan: Bisnis Produk Daur Ulang Sampah, Betul Menghasilkan

Bisnis produk daur ulang sampah sangat menghasilkan, karena mereka yang bergerak dalam bisnis ini masih sedikit.

Liputan6.com, Jakarta - Sampah kian menjadi persoalan serius di tanah air. Meski setiap 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), gundukan sampai tak jarang dengan mudah ditemukan di pinggir-pinggir jalan, padahal lokasi itu bukan tempat pembuangan sampah.

Penumpukan sampah itu terjadi karena tidak adanya pemilahan sampah dari rumah tangga sehingga terjadi penumpukan sampah di Bantar Gebang. Bantar Gebang dikenal sebagai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).

"Beban sampahnya makin tinggi dan meluas. Itu yang menjadi salah satu kekhawatiran kita. Sebelum pandemi saja, sampah rumah tangga itu menjadi yang terbesar. Begitu pandemi ketika semua kegiatan dilakukan di rumah, maka semakin mengerikan saja pengiriman sampah ke sana," ujar CEO Nara Synergy, Viringga Kusuma kepada Liputan6.com, Sabtu, 20 Februari 2021.

Sebagai social enterpreneur, Viringga mengungkapkan sampah sangat menjanjikan dan bisa membuka peluang usaha. Hal itu karena paparan sampah di Indonesia sangat besar.

"Dengan kondisi itu, sebenarnya bisa membawa elemen positif bagi generasi muda Indonesia. Mereka bisa berinovasi, berkarya, dan sebetulnya sampah itu kolam mereka untuk bergerak dalam bisnis pengolahan sampah. Ke depan harusnya bisa dikembangkan oleh anak muda Indonesia," kata lelaki yang sempat bekerja di sebuah perusahaan otomotif dan akhirnya fokus dalam bisnis sampah pada 2015.

Lelaki yang akrab disapa Vir itu, ia bekerja selama tujuh tahun di sana dan terbuka wawasannya tentang persoalan sampah yang sangat luas. Persoalan sampah juga terkait dengan Tuhan. Dari situ ia terketuk untuk bergelut dalam dunia sampah dengan bendera Nara Synergy.

Mereka mengelola sampah dan memilihnya sehingga dikonversi menjadi rupiah. Ia mencontohkan sampah-sampah yang beragam itu dipilah ada yang dijadi kerajinan sehingga menjadi produk yang bisa dijual. Kalau tidak ada produk, maka kertas yang ada dijual kepada perusahaan recycle," kata Viringga.

Dari penjualan itu, dana tersebut digunakan untuk beasiswa pendidikan kejar Paket A secara gratis. Mereka yang belajar dari usia 15 tahun hingga 35 tahun. 

"Progran beasiswa pendidikan tersebut sekarang ada di 12 kelurahan di Jakarta Timur. Mereka ada yang mengejar sertifikat maupun ijazah. Jumlah keseluruhan mereka yang belajar ada 1.200 orang," tandas Viringga.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Daur Ulang Sampah Sangat Menjanjikan

Secara terpisah, pengrajin daur ulang sampah Nurlaelatul Aqifah mengatakan sampah bisa dijadikan berbagai produk yang benar-benar menghasilkan rupiah. Meski belum masuk bisnis daur ulang sampah yang besar, ia menghasilkan hingga 10 juta per bulan.

"Penghasilan sangat tergantung dengan pemesanan, tapi bisa mencapai Rp7 juta--Rp10 juta sebulan. Namun, karena pandemi Covid-19, produksi kami sangat menurun," kata pemilik akun @nurfashion_art ini saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 20 Februari 2021.

Nur mengatakan ia mendaur ulang sampah yang tidak dilaku dijual, seperti kantong kresek, botol kemasan. Namun, ia memilih untuk mendaur ulang kantong kresek, untuk dijadikan tas, sepatu, dan juga wall planter bag (wadah untuk tanaman).

Selain mendaur ulang sampah, Nur juga sering memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang sampah. Namun, karena pandemi, maka pelatihan dilakukan secara online.  "Jadi, meski dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, saya tidak hanya berdiam diri saja, tapi juga bisa bergerak dengan memberikan pelatihan," kata Nur.

Sementara itu, Renia Ekawati dari Komunitas Peduli Lingkungan Limo (Kopel), Depok, Jawa Barat mengatakan pihaknya juga mendaur ulang sampah.  Mereka mendaur ulang sampah plastik hingga koran.  Mereka kemudian membentuknya menjadi piring, tempat tisu, dan lainnya.

"Bisnis daur ulang memang sangat menjanjikan, tapi pandemi sangat mempengaruhi komunitas kami. Untuk sementara mereka berusaha alih pekerjaan, kecuali jika ada pemesanan dari pelanggan," kata Renia.

3 dari 3 halaman

Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.