Sukses

Masih Konsep, Rumah Mewah Berharga Rp13,9 Triliun di Pulau Apung Banjir Peminat

Pulau apung itu tak hanya menawarkan rumah mewah, tetapi juga apartemen studio dan apartemen mewah dengan harga termurah sekitar Rp250 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Berangkat dari keterbatasan lahan di daratan, Blue Estate Group meluncurkan proyek pulau apung yang dilengkapi komplek perumahan mewah seharga Rp13,9 triliun. Pulau apung itu menawarkan lokasi yang eksostis yang diimpikan banyak penjelajah dunia.

Melansir CNN, Rabu, 17 Februari 2021, pulau apung itu masih berupa konsep yang dinamai Blue Estate Island. Meski begitu, permintaan akan pulau pribadi makin meningkat signifikan di dua bulan terakhir 2020.

"Awalnya kami khawatir apakah pandemi saat ini mungkin berdampak negatif pada proyek," Erik Schmidt, Kepala Komunikasi Blue Estate Group, mengatakan kepada CNN Travel.

"Tapi untungnya permainannya berbeda. Beberapa distrik hampir seluruhnya terjual habis dan tim penjualan melakukan yang terbaik untuk mengikuti permintaan dan pertanyaan,” sambungnya.

Pulau terapung itu berukuran 1.500 meter x 1.000 meter. Wilayahnya setengah dari ukuran Monako dan dapat menampung hingga 15.000 residen. Lokasinya berada di Bahama dan direncanakan akan meluncur pada 2025.

Sementara, properti di atasnya dijual mulai dari 19.800 dolar AS (Rp275 juta) untuk apartemen berukuran 20 meter persegi. Sedangkan, apartemen yang memiliki balkon, lima kamar tidur, disertai taman dihargai 54 juta dolar AS. Properti paling premium berupa dua rumah besar yang masing-masing dihargai 1,15 miliar dolar AS atau lebih dari Rp13,9 triliun.

Blue Estate Island berjarak 25 menit perjalanan pesawat dari ibu kota Bahama, Nassau. Artinya, jarak itu kurang dari 90 menit dari Miami. Mereka yang mengambil rumah di kediaman pribadi paling eksklusif di dunia ini akan disuguhi sinar matahari lebih dari 340 hari setiap tahun.

Fasilitas yang ditawarkan meliputi kolam renang, pantai, taman bermain, pusat makanan, bar dan lain-lain. Akan ada banyak kegiatan yang dapat diikuti warga. Pulau apung yang dibangun dengan modul beton berkinerja sangat tinggi ini juga akan memiliki klinik kesehatan mutakhir, serta sekolah internasional yang dapat melayani anak-anak dari usia balita hingga lulusan diploma.

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Target Komunitas Hijau

Mayoritas pembeli dari Blue Estate Island ini berasal dari AS, tetapi beberapa properti telah dibeli oleh penduduk Kanada, Eropa serta China. Tidak ada persyaratan visa bagi pembeli, penduduk dapat tinggal selama mereka mau di Blue Estate.

Penduduk pulau dapat mengajukan berbagai izin usaha di sini yang berlaku selama 12 bulan dan tidak akan dikenakan pajak. Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi warga Blue Estate Island. Setiap orang boleh memiliki dan menyewa atau menjalankan bisnis di sana asal mematuhi peraturan yang ada.

Pulau terapung Blue Estate ini terbuka untuk non-penduduk, namun pengunjung harus mengajukan izin atau visa. Jumlah pengunjung dibatasi dan akan ada dua hotel di pulau itu untuk menampung mereka. Tak hanya itu, semua pendatang harus menjalani pemeriksaan keamanan ala bandara.

Pengerjaan konstruksi Blue Estate Island akan dimulai dalam waktu dekat dan beberapa properti mungkin siap untuk diserahterimakan pada pertengahan 2023. Untuk mencapai target sebagai salah satu komunitas paling hijau di dunia, semua energi di Blue Estate Island akan dihasilkan dari sumber terbarukan. Manajemen juga menerapkan kebijakan nonplastik dan emisi.

Pulau ini mampu berpindah, meski posisinya di Laut Karibia, artinya akan ada arus yang kuat yang mampu mengganggu Blue Estate Island. Namun, pengembang dari Blue Island ini sudah dilindungi dengan dinding berukuran lebih dari 48 meter untuk menahan gelombang.

"Teknisi kami telah mengerjakan proyek ini sejak 2016, yang memberi kami sedikit permulaan, namun demikian, kami sudah memiliki rencana untuk meningkatkan jika permintaan tetap pada level saat ini atau meningkat," kata Schmidt.

Dalam skenario terburuk, seluruh pulau terapung ini dapat berpindah atau menghindari badai yang datang karena fitur-fiturnya yang canggih. Selain itu, akan ada jendela otomatis penahan badai yang dapat diperpanjang untuk memberi komunitas perisai tambahan dari angin kencang. (Melia Setiawati)

3 dari 3 halaman

Reklamasi Pulau H

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.