Sukses

6 Fakta tentang Wakatobi, Rumahnya Orang Laut di Indonesia

Wakatobi sendiri merupakan akronim nama dari empat pulau utama di kawasan itu.

Liputan6.com, Jakarta - Koral ragam warna nan bentuk sepanjang mata memandang jadi deskripsi umum tentang Wakatobi. Tak mengherankan tentunya, mengingat 90 persen spesies karang dunia memang didapati di wilayah terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara itu.

Wakatobi sendiri merupakan akronim nama dari empat pulau di sana, yaitu Wangi-Wangi (Wa), Kaledupa (Ka), Tomia (To), dan Binongko (Bi). Menyimpan banyak pesona yang siap ditemukan, berikut sederet fakta tentang Wakatobi, seperti dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (13/2/2021).

1. Cagar Biosfer Dunia

"Berbaring" di wilayah seluas 1,39 juta hektare, Taman Nasional Wakatobi telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu kawasan cagar biosfer dunia di Indonesia. Penetapannya disepakati pada pertemuan Penasihat Internasional Committee untuk Biosphere Reserve Program MAB UNESCO ke-18 di Paris pada 2012 lalu.

Terdapat setidaknya 750 dari total 850 spesies koral dunia memadati bawah laut kawasan ini. Konfigurasi kedalamannya bervariasi mulai dari datar sampai melandai ke laut dan area bertubir curam. Bagian terdalam perairannya mencapai 1.044 meter.

Topografi bawah lautnya juga jauh dari definisi monoton, mulai dari yang berbentuk slop, flat, drop-off, atoll, dan gua bawah air.

Wakatobi merupakan rumah bagi beberapa jenis burung laut, seperti angsa batu cokelat, cerek melayu, dan raja udang erasia. Juga, sederet jenis penyu, termasuk penyu sisik, penyu tempayan, dan penyu lekang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

2. Suku Bajo Wakatobi

Suku Bajo atau juga dikenal sebagai "Orang Laut" atau "Sea Gipsy" merupakan pelaut ulung yang tinggal di berbagai pelosok Indonesia, mulai dari Sulawesi, Papua, hingga NTT. Sebagian kecil suku ini pun tersebar di Filipina dan Malaysia.

Kampung Bajo di Wakatobi sendiri telah jadi destinasi wisata budaya. Area ini berada tak jauh dari daratan, mengapung di atas laut. Letaknya membuat kawasan ini jadi spot favorit melihat matahari terbenam karena langsung menghadap batas cakrawala.

3. Kepulauan Tukang Besi

Wakatobi juga dikenal lewat nama Kepulauan Tukang Besi karena keahlian masyarakat lokal dalam mengolah besi jadi peralatan sehari-hari. Juga, terdapat pusat keris tradisional yang masih beroperasi sampai sekarang. Kepulauan Tukang Besi adalah nama yang diberikan pada era Kolonial.

3 dari 5 halaman

4. Tradisi Memikul Gadis Wakatobi

Tradisi Karia merupakan warisan nenek moyang yang dilestarikan masyarakat Pulau Kaledupa. Praktiknya berupa para pria memikul gadis yang memasuki usia dewasa menggunakan Kansodaa, semacam tandu yang terbuat dari kayu.

Gadis yang menaiki Kansodaa umumnya berjumlah sekitar tiga hingga empat orang. Mereka mengenakan pakaian adat khas Wakatobi, lengkap dengan aksesori kerlap-kerlip. Sekitar delapan hingga puluhan lelaki memikul Kansodaa mengelilingi desa.

5. Karang Atol Terpanjang di Dunia

Wakatobi tercatat memiliki kawasan terumbu karang seluas 118 ribu hektare dan Kaledupa Atoll sepanjang 48 kilometer (km), yang menjadikan sebagai atol terpanjang di dunia. Itu membuat Wakatobi punya spesies ikan dan terumbu karang terbanyak di dunia dibanding pusat-pusat selam dunia lainnya, seperti Pulau Karibia dan Laut Merah.

4 dari 5 halaman

6. Makanan Khas Wakatobi

Mengingat jenis wilayahnya, ragam olahan makanan laut jadi primadona di Wakatobi. Dari sekian banyak nama, yang paling populer adalah parende. Ini merupakan olahan ikan yang dimasak dengan kuah asam dan cabai.

Parende biasanya cocok dihidangkan dengan kasuami, parutan singkong yang diperas sehingga tak menyisakan air.

Selain itu, ada juga gule-gule, yakni camilan khas Wakatobi yang umumnya dihidangkan di acara-acara, seperti pernikahan dan khitanan.

Makanan ringan berbentuk unik ini terbuat dari ubi kayu yang diparut dan didiamkan selama satu minggu. Setelahnya, adonan tadi dicampur terigu dan sedikit air, kemudian digoreng. (Melia Setiawati)

5 dari 5 halaman

Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.