Sukses

Cerita Akhir Pekan: Terhentinya Pertunjukan Tari Kecak di Bali Kala Pandemi

Pandemi Covid-19 turut berimbas pada pertunjukan tari kecak yang harus berhenti sementara karena sepinya pengunjung.

Liputan6.com, Tabanan - Wajah pariwisata Bali seketika berubah kala pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Beragam kebijakan hingga pembatasan kegiatan guna mencegah transmisi virus corona baru, turut berimbas pada seni pertunjukan seperti tari kecak.

Kondisi krisis ini membuat destinasi-destinasi wisata di Pulau Dewata yang menyuguhkan pertunjukan tari kecak, harus berhenti sejenak. Satu di antaranya adalah Tanah Lot Kecak Dance yang berada di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.

Area pertunjukan tari kecak ini terletak bersebelahan dengan De Jukung Resto and Bar di Surya Mandala Cultural Park, Tanah Lot. Kawasan ini ada di sisi barat Pura Tanah Lot dengan panorama dari sembilan meter di atas Samudera Hindia.

Lokasi pertunjukan dibuat melingkar di mana bagian tengah dipusatkan untuk pementasan dan dikelilingi tempat duduk bertingkat berkapasitas 400 orang. Namun, suara "cak" yang menggema berulang kali dari para penari kecak tak lagi terdengar sejak akhir Maret 2020.

 

Manager De Jukung Resto and Bar I Nyoman Budiarsa, menyampaikan seiring dengan penutupan semua pariwisata di Bali pada awal pandemi Covid-19, operasional kawasan wisata dan atraksi pertunjukan tari kecak juga ikut terhenti.

"Karena kita berada di dalam kawasan Tanah Lot, mau tidak mau, kita harus tutup. Khusus untuk pertunjukan kecak pada 25 Maret (2020) tutup," kata Nyoman saat ditemui Liputan6.com di De Jukung Resto and Bar, Jumat, 5 Februari 2021.

Terhentinya pertunjukan tari kecak pada akhir Maret 2020 masih terjadi hingga saat ini. Mengingat, adanya pembatasan kegiatan seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pembatasan kegiatan kegiatan juga kerumunan di Bali.

Nyoman menambahkan, pementasan tari kecak melibatkan puluhan penari dari Sekaa Kecak Baruna Wijaya. Namun, pihaknya secara komunikatif berkoordinasi dengan Sekaa atau grup kemasyarakatan warga Bali, telah merancang konsep seperti kecak mini agar dapat bertahan untuk pementasan.

 

"Cuma karena situasi dan adanya peraturan pemerintah untuk pembatasan sosial, ada SE (Surat Edaran) yang keluar, baik dari gubernur dan bupati, jadi dalam hal itu kita juga tidak berani untuk melanggar. Artinya, walaupun melaksanakan protokol kesehatan, kami belum berani menjalankan pagelaran tari kecak," lanjutnya.

Sejak terhentinya pertunjukan tari kecak hampir setahun lalu, latihan belum lagi dilakukan mengingat adanya pembatasan dalam kegiatan. Dikatakan Nyoman, secara umum di Bali apapun kegiatan pagelaran secara umum terkhusus di Desa Beraban, Tabanan, merujuk pada Surat Edaran Bupati dituangkan penggunaan fasilitas umum, seperti wantilan hingga balai banjar harus dibatasi.

"Di samping itu, pembatasan kerumunan yang berskala lebih besar karena rata-rata kita di atas dari 10 orang," jelasnya.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, pertunjukan tari kecak di Tanah Lot Kecak Dance dilaksanakan setiap hari mulai pukul 18.00--19.00 WITA di Ramayana Amphitheatre. Harga tiket untuk wisatawan dalam dan luar negeri dibanderol Rp100 ribu.

Sementara, tari kecak adalah salah satu tari tradisional Bali yang telah tersohor di kancah dunia. Tarian ini diangkat dari epos Ramayana, terutama adegan ketika Rama melawan raksasa Rahwana yang menculik istri Rama, Shinta.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.