Sukses

Kapan Waktu yang Tepat Menstimulasi Anak dengan Sentuhan?

Sentuhan merupakan stimulasi terbaik yang bisa diberikan untuk perkembangan anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.

Liputan6.com, Jakarta - Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan periode terpenting dalam kehidupan anak. Saking pentingnya, para ahli menyebutnya sebagai periode emas karena kualitas perkembangan pada masa yang dihitung sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun tersebut menentukan masa depan anak. Tak hanya soal nutrisi, stimulasi yang baik juga diperlukan untuk tumbuh kembang anak.

Lalu, kapan sebaiknya stimulasi diberikan? Dokter spesialis syaraf anak, dr. Herbowo Soetomenggolo, SpA (K), menjelaskan pemberian stimulasi haruslah dimulai sejak anak dalam kandungan hingga ia lahir. Stimulasi yang diberikan bisa beragam, seperti suara, visual, dan sensory atau sentuhan.

"Penelitian menunjukkan sentuhan lebih baik daripada suara sebagai stimulan," kata Herbowo dalam virtual media gathering Nivea Sentuhan Ibu 2020, beberapa waktu lalu.

Stimulasi salah satunya berfungsi untuk membantu mengoptimalkan perkembangan otak anak. Dalam usia dua tahun saja, otak anak sudah berkembang hingga 80 persen, baik ukuran maupun sambungan-sambungan syaraf. Setelah dua tahun, sambungan syaraf itu akan hancur sedikit demi sedikit.

"Supaya tidak hancur, butuh stimulasi dan nutrisi. Dengan sambungan syaraf yang penuh, otak akan bekerja memproses informasi lebih cepat," jelas dia.

Selain perkembangan otak, stimulasi sentuhan juga bisa membuat anak mudah berteman dan tidak akan tantrum lama-lama. Di lain pihak, sentuhan akan mendekatkan hubungan ibu dan anak dan merangsang pelepasan hormon oksitosin pada ibu. Hormon tersebut membuat ibu rileks dan bisa menghasilkan ASI lebih banyak.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa yang Harus Diperhatikan dalam Memberikan Sentuhan?

Herbowo mengingatkan sentuhan bisa efektif sebagai stimulus bila dilakukan terorganisir dan secara sengaja. "Jangan asal cowal-cowel saja. Bayi akhirnya belajar bahwa dia tak hidup sendiri, ada orang lain seperti dia," terangnya.

Stimulus juga semestinya dilakukan pada saat janin atau bayi sudah bangun. Jangan sampai membuat bayi terbangun karena membutuhkan waktu tidur yang panjang. Teknik yang diberikan juga sebaiknya tak bergonta-ganti karena hasilnya kurang baik. Lakukan sentuhan secara berulang, minimal dua kali per minggu.

"Prinsip umum stimulasi, lebih baik dilakukan lebih dini dan pastikan dilakukan lebih lama. Kalau lebih panjang, dilakukan terkontrol, hasilnya lebih baik, tetapi jangan banding-bandingkan dengan anak lain," terang Herbowo.

Stimulasi sentuhan hasilnya lebih baik bila diberikan oleh ibu, tetapi bukan berarti ayah tak bisa membantu. Ayah bisa memberikan stimulasi langsung atau membantu ibu untuk menstimulasi anak.

"Habis nyusuin, ibu kan pengen tidur juga. Itu betul-betul capek. Bapaknya yang punya waktu, gantian untuk gendong. Bukan hanya stimulasi anak, tapi juga bisa bantu ibu untuk istirahat," jelas Herbowo.

3 dari 3 halaman

Kunci Iman, Aman, Imun

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.