Sukses

Korban Diskriminasi, Balerina Dipaksa Ganti Warna Kulit untuk Bisa Pentas

Chloe menjadi balerina kulit hitam pertama di teater balet di Jerman tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Diskriminasi warna kulit masih banyak terjadi di sejumlah negara, termasuk di Jerman. Salah satunya dialami seorang balerina kulit hitam bernama Chloe Lopes Gomes. Ia memutuskan untuk mengungkap pengalaman rasis yang dialaminya sejak bergabung dengan Berlin Staatsballett.

Balerina asal Prancis ini mengaku ia diminta untuk mengubah warna kulitnya. Dilansir dari laman Insider, 14 Desember 2020, Chloe sudah bergabung dengan teater balet asal Jerman sejak 2018. Namun, dia kerap ditolak saat ingin berperan dalam pentas Swan Lake.

Saat pertama kali bergabung, Chloe menjadi balerina kulit hitam pertama di teater tersebut. Meski begitu, dia tetap mendapat perlakuan rasis setiap ada audisi. "Ada wanita Prancis ini, dia berkulit hitam, dia sangat bagus tapi kurasa kita tidak seharusnya memakai dirinya di pentas karena wanita kulit hitam di corps de ballet tidak estetik," ucap salah satu pelatih saat itu.

Ketika Chloe akhirnya berhasil mendapat peran, ia pun masih sering dilecehkan secara verbal oleh pelatihnya. "Dia terus meremehkan diriku, memberiku banyak sekali koreksi," ungkap Chloe.

Wanita berusia 29 tahun ini juga dilarang memakai tudung kepala putih layaknya penari balet lain. Saat proses pembagian kostum, warna kulitnya bahkan menjadi bahan tertawaan.

"Dia bilang, 'aku tidak akan memberikan kerudung ini untukmu karena ini putih, dan kau berkulit hitam'. Dia lalu tertawa di depan wajahku, di depan para kolegaku," ucap Chloe.

Ia mengaku sangat syok, dan lebih kaget lagi karena dia tidak takut akan terkena sanksi. Sadar dirinya mengalami perlakuan rasis, Chloe pun memilih angkat bicara. Sayangnya, ia justru terancam dikeluarkan dan kontraknya dengan Berlin Staatsballett tidak akan diperbarui.

Di sisi lain, pelatih balet Chloe ternyata tidak bisa dipecat menurut hukum di Jerman, karena statusnya adalah pegawai negeri dengan kontrak seumur hidup.  Sebelum insiden ini terjadi, Chloe sempat mendapat dukungan dari direktur artistik di teater balet miliknya. Sang direktur mengatakan kalau Chloe tidak perlu mengubah warna kulit.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berjanji Beri Dukungan

Sayangnya, setelah direktur itu keluar, Chloe dipaksa mengubah warna kulit hingga menggunakan makeup putih jika ingin naik panggung. Kini, balerina tersebut memilih untuk angkat bicara soal perlakuan rasis yang diterimanya di tempat kerja. Meski Berlin Staatsballett sudah berjanji akan memberi dukungan, mereka belum juga menghukum pelatih yang berkomentar rasis.

"Kami sadar kalau balet sudah menyingkirkan orang-orang dengan kulit berwarna sepanjang sejarah. Namun, sudah menjadi tugas kami untuk mencerminkan masyarakat, dan penampilan kami harus merefleksikan semua perbedaan," terang pihak Berlin Staatsballett.

Sebelumnya, ada balerina keturunan Australia-Rusia, Stephanie Kurlow, yang berkat kegigihan dan kepercayaan dirinya, berhasil menjadi pebalet berhijab pertama dalam sejarah dunia. Ia bahkan bermimpi untuk membangun sekolah balet dan memperkenalkannya kepada perempuan muslim lainnya.

Kurlow ingin punya sekolah balet yang lebih terbuka kepada siapa saja yang ingin belajar, tanpa memandang ras ataupun agama. Ia berharap dapat menginspirasi perempuan berhijab lain yang ingin menjadi balerina untuk lebih percaya diri.

3 dari 3 halaman

Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.