Sukses

Hendery NCT Dituduh Lakukan Perampasan Budaya, Apa Artinya?

Rambu palsu yang dipakai Hendery NCT jadi biang kerok dirinya dituduh melakukan perampasan budaya.

Liputan6.com, Jakarta - Dengan begitu banyak pasangan mata menuju, penampilan selebritas memang sarat kritik. Gelombang komentar bernada kurang mengenakkan itu sedang menuju ke Hendery NCT karena foto memperlihatkan gaya rambut tertentu.

Idol K-Pop yang juga merupakan anggota WayV ini biasanya dikenal karena membawa kegembiraan pada penggemar lewat lelucon jenaka. Namun, melansir laman Koreaboo, Sabtu (5/12/2020), serangkaian foto unggahan di Weibo, baru-baru ini, telah menyebabkan beberapa penggemar menuduhnya melakukan perampasan budaya.

Dalam tiga potret tersebut, Hendery berpose dengan rambut gimbal palsu berpadu ikat kepala bergaya Rastafarian. Meski deretan foto itu telah dihapus dari halaman Weibo-nya segera setelah diunggah, tindakan itu tak menghentikan gambar tersebut sampai ke publik.

Dengan praduga Hendery tak tahu mengapa wig tersebut dipandang sebagai perampasan budaya, banyak penggemar berusaha memberitahunya tentang itu. Mereka bahkan sempat menyinggung bahwa perampasan budaya adalah hal biasa di antara banyak grup K-Pop, entah disengaja atau tidak, dan ingin membuatnya lebih ekstra hati-hati, serta menghormati budaya lain.

"Wig yang dipakai Hendery adalah contoh sempurna dari apropriasi budaya. Yang saya maksud adalah Hendery menyebut bagaimana ia bisa melepasnya sesuka hati, sementara orang kulit hitam dengan locs maupun dreads secara terbuka didiskriminasi dan tak bisa begitu saja 'mencabut' rambut mereka," tulis salah satu pengguna Twitter.

Sementara kontroversi sudah terlanjur meluas, beluim ada keterangan resmi dari SM Entertainment terkait foto Hendery NCT.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa Itu Perampasan Budaya?

Menurut laporan The Week UK, perampasan budaya dalam kamus Oxford, yang memasukkan frasa tersebut ke dalam leksikon resmi pada 2017, mendefinisikannya sebagai adopsi yang tak diakui atau tak tepat dari adat istiadat, praktik, ide, dan lain-lain. Dari satu orang atau masyarakat anggota lain dan biasanya orang atau kelompok masyarakat lebih dominan.

Sederhananya, ini adalah ketika seseorang mengadopsi sesuatu dari budaya yang bukan miliknya sendiri, entah gaya rambut, pakaian, cara berbicara, bahkan jenis olahraga.

Namun, berdasarkan laman EverydayFeminism, itu bukanlah keseluruhan cerita. Tak seperti pertukaran budaya, di mana ada timbal balik, apropriasi mengacu pada dinamika kekuatan tertentu. Narasinya mengarah pada anggota budaya dominan mengambil elemen dari budaya orang yang secara sistematis ditindas kelompok dominan itu.

Berasal dari tulisan sosiolog pada 1990-an, penggunaannya pertama kali tampak diadopsi masyarakat adat dari negara-negara yang 'tercemar' sejarah penjajahan, seperti Kanada, Australia, dan Amerika Serikat, kata The Tablet.

Lalu, apakah ada yang salah? Sering kali tak masalah untuk mengambil aspek budaya lain, kata penulis Quartz Jenni Avins, apakah itu memakai espadrilles atau membuat kopi dengan mesin espresso Italia.

Masalah muncul ketika seseorang mengambil sesuatu dari budaya lain yang kurang dominan dengan cara dianggap tak diinginkan dan menyinggung anggota budaya tersebut. Intinya adalah bahwa kelompok yang lebih terpinggirkan tak dapat bersuara.

Sementara, warisan mereka disebarkan oleh seseorang dalam posisi lebih istimewa untuk kesenangan atau mode, maupun mungkin karena ketidaktahuan tentang budaya itu.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Disiplin Protokol Kesehatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.