Sukses

Meningkatkan Keamanan Perempuan di Ruang Publik Lewat Edukasi Anti-Kekerasan Seksual

Edukasi anti-kekerasan seksual ini sendiri merupakan bentuk upaya preventif.

Liputan6.com, Jakarta - Upaya menyiarkan antikekerasan terhadap perempuan jadi perhatian banyak pihak, salah satunya GoJek. Hal itu dilakukan untuk menciptakan budaya aman di ruang publik.

Dalam momen peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP), GoJek bersama dengan Hollaback! Jakarta dan Kolektif Advokat untuk Kesetaraan Gender (KAKG), meluncurkan inisiatif edukasi daring terkait antikekerasan seksual untuk jutaan mitra driver dan masyarakat.

"Jadi, platform ini sangat efektif jika kita ingin menyebarkan pesan-pesan yang sifatnya berdampak sosial, salah satunya menciptakan budaya aman," ujar VP Public Affairs Gojek, Astrid Kusumawardhani dalam konferensi virtual, Jumat, 4 Desember 2020.

Edukasi sendiri, kata Astrid, bersifat preventif. Dalam hal keamanan, preventif itu selalu lebih efektif ketimbang menunggu ada kejadian baru ditangani. Oleh karena itu, GoJek berinvestasi sangat tinggi pada edukasi.

"Sosialisai yang kami kedepankan adalah soal awareness, apa itu kekerasan seksual. Kita semua punya andil untuk menciptakan budaya aman," kata Astrid. "Jadi, active bystander membantu jika kita melihat atau mendengar ada kejadian di sekitar kita."

Setelah edukasi berjalan baik, awareness telah kuat, dan budaya aman sudah solid, barulah kemudian dibantu dengan teknologi. "Itu untuk membantu keamanan, keselamatan, dan rasa nyaman saat semua menggunakan aplikasi GoJek," tuturnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tips Pintar

Astrid mengungkap, GoJek konsisten menyelenggarakan pelatihan active bystander pada 2018 dan 2019. Namun, karena pandemi corona Covid-19, kegiatan ini tak bisa dilakukan secara tatap muka. Karenanya, pelatihan tersebut berpindah ke aplikasi driver sehingga bisa menjangkau jutaan orang.

"Modulnya itu ada dua. Mengenali apa itu jenis-jenis kekerasan seksual yang sering dilihat di ruang publik. Lalu, apa yang harus mereka lakukan jika mereka melihat hal-hal itu," ujar Astrid.

Ia menambahkan, modul disebut "Tips Pintar" ini dikemas dengan mudah dengan bahasa yang efisien sehingga gampang dipahami. Sejak diluncurkan pada 25 November 2020, dalam waktu 10 hari, sudah ada 75 ribu mitra yang mengambil modul tersebut.

Sementara itu, Anindya Restuviani, Co-Director Hollaback! Jakarta mengatakan, organisasinya beroperasi di 27 negara di seluruh dunia dengan misi mengakhiri kekerasan seksual di ruang publik, salah satunya melalui edukasi. "Lewat edukasi, kita dapat menghadirkan sebanyak mungkin orang yang peduli akan terciptanya ruang publik aman dengan berperan aktif mengambil tindakan saat melihat kasus kekerasan seksual," kata Anindya.

Pengacara Kolektif Advokat untuk Keadilan Gender (KAKG), Putu Aditya Paramartha, pun mengamini pentingnya membangun pengetahuan dalam upaya melawan kekerasan seksual.

"KAKG konsisten mengedukasi publik untuk mengetahui langkah pelaporan yang perlu diambil korban atau pihak lain yang ingin membantu korban kekerasan seksual. Hal itu dimulai dari konsultasi, penyiapan dokumen pelaporan, sampai ke langkah rujukan dan dukungan pendampingan hukum," kata Aditya.

3 dari 3 halaman

Kekerasan dalam Pacaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.