Sukses

Lebih Dekat dengan Sosok Inspiratif Inem Jogja, Berkesenian Sembari Menebar Kebaikan di Jalanan

Tak sekadar viral, Inem Jogja menyalurkan hobi berkesenian dengan misi kemanusiaan membantu para lansia di jalanan.

Liputan6.com, Jakarta - Di antara sederet opsi, setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk menentukan ke mana arah hidupnya. Begitu pula dengan Made Dyah Agustina, perempuan yang berkesenian dan ada di balik riasan lucu, yang akrab disapa Inem Jogja.

Spirit Inem Jogja tak lain sebagai wujud nyata Made menyisipkan nilai kesenian sekaligus aksi kemanusiaan untuk membantu sesama. Perjalanannya menebar senyum dan kebaikan di jalanan Kota Gudeg terkhusus bagi para pedagang lansia dimulai pada 2018 lalu.

"Gimana saya ingin membuat seni bukan sekadar hiburan, pertunjukan, mendapat profit, tapi ingin membuat karya seni yang wujudnya nyata dan bermanfaat langsung ke masyarakat," kata Made saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 4 Desember 2020.

Made memang memiliki latar belakang di dunia kesenian. Ia menyelesaikan studi S1 Program Studi Pendidikan Seni Tari di Universitas Negeri Yogyakarta dan lulusan S2 Manajemen Pertunjukan Seni di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Perempuan 34 tahun ini pun sempat jadi dosen di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Namun, profesi itu ia tinggalkan karena ingin mendedikasikan waktu untuk anak-anak, sekaligus mengabdi pada masyarakat.

"Saya buka sanggar di rumah, jadi ibu rumah tangga mengurus anak-anak, dulu memang dosen dan saya putuskan berhenti untuk mendidik anak saya. Setiap hari mengantar anak sekolah, sore saya mengajar sanggar tari," jelasnya.

Bicara soal nama Inem, dipilihnya bukan tanpa alasan. Made menyampaikan, ia memosisikan diri sebagai pelayan, melayani masyarakat yang membutuhkan uluran tangan.

"'Inem pelayan seksi' itu kan sudah sering terdengar dan masyarakat nggak asing, dengan arti 'Inem pelayan seksi' yang negatif saya ubah jadi positif, gampang diterima masyarakat, kegiatannya unik karena menghibur dengan berdandan," tambahnya.

Made menyebut ingin mengabdi karena selama ini apa yang didapatkannya sudah cukup. Di titik itu, saatnya terjun langsung ke masyarakat, mengabdi, bermanfaat serta menebar kebaikan untuk sesama.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Panggilan Hati

"Saya itu memang latar belakang dari orang nggak mampu dulu. Punya keinginan apabila suatu saat saya sudah mapan, bisa dikatakan sukses, memiliki pekerjaan yang diinginkan, saya senang berbagi," tutur made.

Sebelum viral sebagai Inem Jogja, perempuan berdarah Bali ini memang rutin membagikan nasi bungkus. Namun, kala itu, hanya mengajarkan pada anak-anaknya untuk berbagi.

Kehadiran wajah Inem Jogja juga tak lepas dari rasa prihatin Made akan konten-konten negatif yang beredar di awal 2018. Maka dari itu, muncul keinginannya membuat karya seni yang bermanfaat bagi masyarakat dengan cara unik.

Made juga menargetkan pemberian bantuan pada para pedagang lansia. Terkait hal tersebut, ia menyebut kini para lansia jarang mendapat perhatian.

"Kenapa pedagang-pedagang lansia, karena saya melihat semangatnya yang tinggi, pantang mengemis dan mereka memilih berjuang, tidak mau dikasihani. Saya mengajak masyarakat berbagi, membuat lansia senyum," ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Semangat Made

Soal bantuan, Made dari dulu tak ingin menyakiti perasaan para pedagang lansia dengan hanya memberi uang dan memilih memborong daganganya. "Otomatis beliau senang bisa pulang lebih cepat dan muncul senyum dari si mbah," tambahnya.

"Sarana prasarana yang saya bawa biasanya nasi bungkus dan sembako. Untuk Kitabisa/InemJogja untuk kegiatan baksos saya, bisa saya cairkan berupa sembako, nasi, atau untuk memborong dagangan. Hanya saja saat ini kerja sama untuk diberikan program bedah rumah, penambahan modal usaha bagi lansia," tutur Made.

Selama menjalani pengabdian ini, Made berkisah tak jarang mendapat pengalaman kurang menyenangkan. "Saya pernah dikira waria, pernah diusir sama orang kira pengamen, dilempari es batu. Memang kegiatan jalan-jalan sebelum pandemi itu saya jalan kaki," jelasnya.

"Setelah pandemi, saya dilarang suami jalan kaki karena berkaitan dengan virus. Saya ada di gerobak, melihat target, baru jalan. Seminggu sekali (jadi) Inem, karena ini sebuah kegiatan sampingan saya," tutupnya.

4 dari 4 halaman

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.