Sukses

Apakah Gerakan Slow Food yang Dimulai dari Bra Italia?

Gerakan Slow Food sudah dicanangkan sejak 1989.

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya pada fesyen, istilah lambat, dalam kasus ini slow food, juga dipakai dalam bidang kuliner Italia. "Makan adalah bentuk tindakan pertanian,” kata penyair petani Amerika Serikat, Wendell Berry, dalam manifestonya pada 1989.

Melansir laman Lonely Planet, Kamis, 3 Desember 2020, pada tahun yang sama, gerakan kuliner dari peternakan ke meja asal sebuah kota kecil di Italia utara, menggemakan sentimen kian mendalam.

Gerakan itu disebut Slow Food, dan hari ini telah jadi institusi dunia dan puncak keunggulan kuliner di Italia. Mengikuti filosofi Slow Food pada perjalanan Anda berikutnya ke Italia untuk bepergian dengan bertanggung jawab pun jadi gagasan menarik.

Meski berpusat di barat laut Italia, tepatnya di kota kecil Bra, slow food sebenarnya berasal dari Roma. Pada 1986, McDonald's pertama di Italia membuka pintunya di jantung Piazza di Spagna, menginspirasi ribuan orang yang marah untuk memenuhi jalan-jalan sebagai protes.

Gerakan slow food sendiri lahir dari ketakutan akan invasi makanan cepat saji dan keinginan untuk melindungi dan melestarikan tradisi kuliner lokal. Kampanye tersebut sekarang berkembang menjadi organisasi global di lebih dari 160 negara, bekerja untuk memastikan akses ke makanan yang baik, bersih, dan adil di seluruh dunia.

Ini berarti bahan-bahan berkualitas tinggi, praktik pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta harga terjangkau. Mereka sengaja menyebut konsumen sebagai co-producer, artinya, peserta aktif yang pilihan makanannya memengaruhi industri makanan dan planet ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Melampaui Semata Makanan Enak

'Penyewa' pertama filosofi Slow Food adalah makan berdasarkan musim. Banyak konsumen yang terbiasa dengan supermarket penuh produk, sehingga sering lupa kapan produk sebenarnya sedang musim.

Makan secara musiman menurunkan jejak karbon dan mendukung petani lokal skala kecil. Saat bepergian ke Italia, carilah restoran dengan menu musiman, seperti Osteria Santo Stefano di Piacenza, yang menu regionalnya berubah setiap hari. Bisa juga mengunjungi Hosteria Grappolo d'Oro di jantung kota Roma untuk hidangan klasik musiman Romawi.

Salah satu penyumbang pemanasan global terbesar dalam industri makanan adalah transportasi. Agar ramah lingkungan dan makan secara berkelanjutan, Slow Food mendorong orang untuk makan makanan lokal.

Cari produk regional dari produsen lokal kecil yang menempuh perjalanan beberapa kilometer untuk mencapai piring Anda. Saat bepergian melalui wilayah Chianti Classico di Tuscany, mampirlah ke Osteria Mangiando Mangiando di Greve di Chianti untuk hidangan daerah pedesaan.

Selain masakan lezat, Slow Food ingin orang-orang terlibat dengan makanan secara lebih mendalam. Mereka bermitra dengan perusahaan lain dan masyarakat lokal untuk mempromosikan Slow Food Experience, di mana tuan rumah mengatur pelajaran memasak dan makanan rumahan untuk mengajari wisatawan tentang budaya makanan lokal.

3 dari 3 halaman

Cara Aman Pesan Makanan via Online dari COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.