Sukses

Manfaatkan Serat Kenaf, Sepatu Pijakbumi Melangkah di JFW 2021

Tampil di JFW 2021, sepatu Pijakbumi yang memanfaatkan serat kenaf mengusung fesyen keberlanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Runway Jakarta Fashion Week (JFW) 2021 turut menampilkan deretan koleksi dari para desainer muda Indonesia. Salah satunya, sepatu Pijakbumi yang menjadi satu di antara tiga finalis Fashion Force Award.

Pada show yang digelar pada Minggu, 29 November 2020 itu, sepatu merek lokal yang didirikan oleh Rowland Asfales ini mempresentasikan koleksi bertajuk "Kenaf Series". Terdapat dua desain utama, yakni Atlas Sneakers dan Gaia Flat Shoes.

Berdasarkan siaran pers yang diterima Liputan6.com, sepatu ini memanfaatkan serat kenaf atau tanaman Yute Jawa yang ditenun manual memakai alat tenun bukan mesin (ATBM). Untuk Atlas Sneakers telah sukses menyabet penghargaan Good Design Indonesia 2017.

Setelah hiatus selama dua tahun, Atlas Sneakers kembali dengan inovasi teranyar lewat pemakaian karet mentah dan natural serta pemanfaatan limbah enceng gondok. Pijakbumi berupaya menerapkan konsep keberlanjutan 'close-loop fashion' dan ramah lingkungan lewat Kenaf Series.

Merek sepatu asal Bandung ini berkomitmen menjalani proses produksi dan konsumsi secara sadar dan bertanggung jawab. Hal itu dimulai dari pemilihan dan penggunaan material, proses manufaktur dengan mengurangi penggunaan air dan zat kimia berbahaya.

Berlanjut dengan proses edukasi dan penggunaan pada konsumen sampai proses sepatu yang sudah tak terpakai dapat kembali diolah jadi produk bernilai lewat Reduce, Reuse, dan Recycle. Di JFW 2021 sendiri, Pijakbumi tampil dengan menggaet jenama lokal, yakni Duma, Jan Sober, dan Novere.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Material Ramah Lingkungan

Koleksi Pijakbumi awalnya didominasi pemakaian kulit sapi samak nabati. Pengolahan material kulit hewan di industri fesyen kerap menggunakan metode berbasis kromium, di mana, sisa penyamakan, seperti sodium sulfida, kapur, dan amoniak yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan manusia dan mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Pijakbumi pun memilih material kulit sapi samak nabati yang diperoleh dari hasil peternakan sapi yang dirawat dengan baik. Hal ini sebagai upaya mengurangi dampak buruk pemakaian bahan kimiawi tersebut.

Lalu, kulit sapi diproses menggunakan metode penyamakan tradisional dengan mengandalkan tanin tumbuhan seperti pohon ek. Proses penyamakan nabati tidak memakai bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun bagi lingkungan.

Pijakbumi rutin meriset dan mengembangkan produk. Selain itu, juga mulai merambah ke bahan ramah lingkungan khususnya plant-based seperti serat kenaf, katun organik, sabut kelapa, dan tencel.

 
3 dari 3 halaman

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.