Sukses

Cerita Akhir Pekan: Protokol Kesehatan Wisata Indoor di Masa Pandemi, Bisa Seberapa Melindungi?

Yang harus diingat, risiko transmisi COVID-19 masih terus ada selama melakoni wisata indoor. Karenanya, jangan sampai terlena dan menurunkan kewaspadaan.

Liputan6.com, Jakarta - Melakukan penyesuaian di sana-sini demi memutus transmisi virus SARS-CoV-2, wisata indoor sudah kembali buka di masa pandemi. Praktiknya tentu tanpa menggadaikan kesehatan dan keselamatan, baik pengunjung maupun staf.

Serangkaian protokol kesehatan pun jadi acuan wajib dalam operasionalnya. Corporate Communication Manager Taman Impian Jaya Ancol, Rika Lestari, menjelaskan bahwa di samping mewajibkan pakai masker, wisata indoor, dalam kasus ini Sea World, memberlakukan pengurangan kapasitas, yakni maksimal hanya 25 persen dari kondisi normal.

"Setelah masuk sudah banyak wastafel, ada disinfektan untuk kaki. Jadi, sepatu harus 'direndam' sebelum masuk. Di samping tentu pengukuran suhu dan secara kasat mata dilihat kondisi fisik. Karena orang sakit dan tidak kan biasanya kelihatan," katanya melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Jumat, 20 November 2020.

Kemudian, jalur keluar-masuk dan melakukan eksplorasi di dalam area juga sudah diatur. Terdapat pula petunjuk untuk menjaga jarak antarindividu minimal satu meter dan tak diperkenankan menyentuh akuarium selama melakoni wisata indoor itu.

"Area terowongan juga di-treatment secara khusus. Kemudian, pembersihan dengan disinfektan dilakukan setiap empat jam sekali. Yang paling ditunggu, feeding show, juga sudah diatur. Tak lagi duduk di karpet, namun disediakan kursi dengan jarak yang sudah diatur," imbuhnya.

Prosedur serupa dalam wisata indoor pun dijelaskan Valentinus Siswandi, Head Marcomm Dept Trans Studio Mall Cibubur. Di area Trans Studio Mall Cibubur, marka jaga jarak telah terpasang, terutama di fasilitas umum, seperti toilet, eskalator, lift, dan musala.

"Kami juga menambahkan sejumlah hal yang dianggap krusial, yakni touchless experience, berupa dispenser karcis parkir dan tombol lift, serta penambahan hand sanitizer di lokasi-lokasi strategis. Tak lupa kami juga terus memantau jumlah pengunjung yang berada di dalam gedung agar selalu di bawah batas 50 persen," katanya melalui pesan, Jumat, 20 November 2020. 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kunci Operasional Selama Pandemi

Valen menjelaskan, selama pandemi, kunci dalam operasional adalah Standard Operating Procedure (SOP) yang lebih ketat, lebih sering, dan lebih teliti. Hal ini terutama berkaitan dengan kebersihan area dan infastruktur gedung.

Sebagai contoh, frekuensi disinfeksi fasilitas gedung dilakukan lebih dari lima kali sehari, yakni dua kali sebelum dan sesudah jam operasional, sisanya dilakukan secara interval selama jam operasional.

"Kami juga memahami pentingnya kualitas udara di dalam gedung, sehingga melakukan penambahan frekuensi disinfektasi dan perawatan AHU, serta ducting AC. Memastikan pertukaran udara lebih bersih, setiap hari kami mengoperasikan intake and exhaust fan gedung beberapa jam sebelum dan setelah jam operasional," katanya memaparkan.

Sementara Rika mengatakan, soal pertukaran udara, pihaknya menyediakan tambahan filter untuk memastikan prosses ini berjalan secara maksimal. Soal durasi lama berwisata, ia mengatakan, umumnya pengunjung akan menghabiskan 1--1,5 jam di area Sea World.

"SOP juga sudah ketat. Ada penerapan 3M melalui pengeras suara. Petugas memberi anjuran dan imbauan untuk cuci tangan. Di dalam juga ada petugas patroli untuk memonitor aktivitas pengunjung," tuturnya.

Dalam memastikan penerapan protokol kesehatan, Trans Studio Mall Cibubur bekerja sama secara berkala dengan Satgas COVID-19 kota Depok. Juga, membentuk Satgas internal yang terdiri dari security, customer service, serta karyawan internal yang secara berkala mengecek kedisiplinan dan konsistensi semua protokol.

Pertanyaan berikutnya, seberapa melindungi sebenarnya penerapan protokol kesehatan ini? "Kuncinya harus ada kolaborasi antara pengelola dan pengunjung. Kalau tak ada dukungan jadi sia-sia," ungkap Rika.

Hal serupa juga disampaikan Valen. Selain protokol yang telah disiapkan pihaknya, menurut Valen, ada beberapa upaya tambahan yang dapat dilakukan pengunjung. Misalnya, membawa hand sanitizer sendiri, mengganti masker yang telah dipakai selama empat jam, dan tak bepergian jika sedang sakit, walaupun ringan.

3 dari 3 halaman

Masih Ada Risiko

Yang harus dingat, menurut Ahli Kesehatan Masyarakat Prof, Hasbullah Thabrany, risiko transmisi virus corona baru masih selalu ada selama pandemi. Karenanya, publik diingatkan untuk jangan terlalu terlena, termasuk saat berwisata indoor.

"Sepanjang yang saya pantau, penularan airbone belum ada, masih melalui droplet. Yang harus diwaspadai adalah aerosol, di mana virus bercampur dengan udara dan percikan air kecil yang bisa beredar dalam jarak relatif dekat," katanya lewat sambungan telepon, Kamis, 19 November 2020.

Ruangan tertutup, sambungnya, wajib memerhatikan sirkulasi demi menyedot udara keluar. Memanfaatkan HEPA filter, misalnya. Kalau tidak, risiko lebih besar. "Seberapa besarnya tergantung jumlah orang dan berapa lama berada di ruangan itu," imbuh Prof. Hasbullah.

Terlebih, ada orang tanpa gejala (OTG) yang berpeluang menyebarkan virus dengan jauh lebih mudah. Karenanya, protokol kesehatan wisata indoor menurutnya harus jauh lebih ketat ketimbang layanan serupa di luar ruang.

"Jangan sampai lepas masker. Masker yang dipakai juga harus memenuhi syarat. Tingkat proteksi masker itu besar, bisa sampai 90 persen. Begitu dibuka, walau hanya untuk minum-makan, apalagi merokok, langsung ada risiko tinggi," ungkapnya.

Di samping tetap meminimalisir frekuensi keluar rumah, Prof. Hasbullah mengatakan, upaya tambahan lainnya, yakni memakai masker, baju tangan panjang, sarung tangan. dan face shield untuk menambah proteksi. "Kemudian, jangan lama-lama di situ, dua jam saja," sambungnya.

Sepulangnya, disarankan untuk langsung berganti baju dan mandi. Bila melihat laporan kasus per hari, kata Prof, Hasbullah, waktu sekarang justru lebih berbahaya ketimbang dua-tiga bulan lalu. Karenanya, ia meminta publik menimbang secara cermat semua keputusan selama pandemi.

"Banyak alternatif yang bisa dilakukan karena rekreasi itu sebenarnya berasal dari dalam diri. Misal, frekuensinya dipangkas untuk berkebun di rumah. Jangan lupa juga untuk meningkatkan imunitas tubuh. Salah satunya dengan secara rutin terpapar sinar matahari antara pukul sembilan sampai sepuluh pagi," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.