Sukses

Benarkah Ada Perang Dingin antara Ratu Elizabeth II dan Eks PM Inggris Margaret Thatcher?

Ketegangan antara Ratu Elizabeth II dengan Mantan PM Inggris Margaret Thatcher jadi salah satu topik utama sepanjang musim ke-4 serial The Crown.

Liputan6.com, Jakarta - Musim ke-4 serial The Crown masih terus menarik perhatian publik. Di episode dua, tampak mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Margaret Thatcher dan suaminya, Denis, bepergian ke perkebunan Ratu Elizabeth II di Balmoral, Skotlandia.

Melansir laman Vogue US, Senin (16/11/2020), pasangan ini dengan cepat merasa tak berada pada tempatnya, di tengah gaya hidup pedesaan kelas atas bangsawan. Thatcher tak tahu sedikit pun tentang berburu, di mana ini merupakan masalah, karena Windsors tak bisa berhenti membicarakannya.

Ketika Denis berkomentar bahwa ia mengerti mengapa perkebunan terdekat yang bermasalah mengizinkan tamu membayar untuk mengintai rusa di lahannya, ia dengan keras ditegur oleh ibu ratu karena tak memahami konservasi. Keluarga Thatcher lebih suka tidur bersama dalam satu kamar tidur, sedangkan bangsawan Inggris tidur terpisah.

Lalu, ketika Thatcher secara tak sengaja duduk di kursi yang disediakan untuk Ratu Elizabeth II, Putri Margaret bahkan tak berusaha menutupi rasa tak percayanya. Thatcher akhirnya pergi lebih awal. "Saya berjuang menemukan bagaimana menyesuaikan diri dengan mereka," kata sang PM pada suaminya.

"Mereka tak canggih atau berbudaya atau elegan atau sesuatu yang mendekati ideal," lanjutnya. Di akhir episode, ia terlihat memecat semua anggota kabinetnya yang lama.

Itu baru di episode awal. Sepanjang musim keempat, ketegangan antara Downing Street dan Istana Buckingham adalah titik plot utama, yang berpuncak pada EPISODE TK, di mana kedua pemimpin tersebut berselisih tentang sanksi terhadap Afrika Selatan.

Ratu Elizabeth II pun membocorkan ketegangan ini pada The Times, sebuah skandal besar karena para bangsawan tak seharusnya membebani politik, domestik maupun asing. Standar itu masih ada sampai sekarang. Meski mengundurkan diri dari peran publik, Pangeran Harry dan Meghan Markle, misalnya, mereka menerima pukulan balik karena mendorong warga Amerika memberi suara dalam pemilu 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan Keduanya dalam Catatan

Pertanyaan selanjutnya mengarah pada, apakah hubungan antara Ratu Elizabeth II-Margaret Thatcher begitu sarat konflik ideologis dan kelas? Dalam memoarnya, Thatcher menyebut cerita tentang perang dingin antara dirinya dan ratu tergambar berlebihan.

"Meski pers tak dapat menahan godaan mengemukakan perselisihan antara Istana dan Downing Street, saya selalu menemukan sikap Ratu terhadap pekerjaan pemerintah benar-benar adil," tulisnya. "Tentu saja, dalam situasi seperti itu, cerita tentang bentrokan antara 'dua wanita kuat' terlalu bagus untuk tidak dibuat-buat."

Secara umum, sambungnya, lebih banyak omong kosong ditulis tentang apa yang disebut faktor feminin selama Thatcher menjabat. Ia juga memuji pengetahuan ratu yang luas tentang masalah politik, dengan mengatakan, "Yang Mulia membawa pemahaman yang hebat tentang masalah saat ini."

Berbicara pada The Times di Juli 1986 lewat cerita bertajuk "Ratu kecewa karena Thatcher yang 'tidak peduli'." Ini menyebabkan gelombang kejutan dengan klaim bahwa Yang Mulia percaya, kompromi harus dicapai antara Thatcher dan para pemimpin persemakmuran lain.

Saat itu, Istana Buckingham membantah laporan tersebut. Sementara, sang PM dikatakan dihancurkan oleh cerita itu. Belakangan, terungkap bahwa sekretaris pers ratu, Michael Shea, adalah sumbernya, dan anggota parlemen menyerukan pengunduran dirinya.

Ia meninggalkan Istana Buckingham pada tahun berikutnya. Apakah Shea meminta izin ratu untuk membocorkannya? Tak jelas, tapi, sebagai penasihat tepercaya, ia pasti memiliki wawasan tentang proses berpikir istana.

Pada akhirnya, mereka saling mengagumi karena rasa tanggung jawab dan etos kerja. "Seorang pejabat senior Istana Buckingham saat itu teringat betapa bersemangatnya mereka saat berbicara bersama," tulis Andrew Marr dalam bukunya pada 2012, The Real Elizabeth.

Yang lain berkata, "Ratu selalu melihat poin dari Margaret Thatcher. Ia mengerti bahwa ia perlu." Setelah Thatcher digulingkan dari kekuasaan pada 1990, Ratu Elizabeth II menganugerahinya Order of the Garter dan Order of Merit, sebuah adegan yang diperlihatkan di episode terakhir The Crown.

Kesopanan profesional? Mungkin. Tapi, pada 2005, sang ratu menghadiri pesta ulang tahun Lady Thatcher ke-80, undangan yang ia pasti bisa tolak mengingat kepadatan jadwal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.