Sukses

Rayakan Hari Pahlawan, Simak 6 Hotel Penting dalam Sejarah Bangsa Indonesia

Hari Pahlawan adalah momen untuk mengingatkan sejarah bukan hanya sekadar arsip, tetapi pelajaran penting untuk maju ke depan, termasuk dari deretan hotel-hotel penting ini.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan di rumah masing-masing. Momen tahun ini mengangkat tema 'Pahlawan Sepanjang Masa' untuk mengenang serta menghormati jasa para pahlawan Indonesia saat berjuang bagi kemerdekaan dahulu.

Di antara jejak sejarah, terselip deretan hotel yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia. Beberapa ada yang masih beroperasi dengan wajah baru, sisanya hanya tinggal nama.

Apa saja hotel-hotel penting yang menjadi bagian sejarah Indonesia? Berikut enam di antaranya yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Hotel Majapahit, Surabaya

Hotel yang berlokasi di Tunjungan St No.65, Genteng, Surabaya, Jawa Timur ini awalnya dijuluki Oranje Hotel dan berdiri sejak 1910, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Hotel ini dibangun oleh keluarga konglomerat Armenia ternama, Sarkies bersaudara, yang pada saat itu memiliki banyak bisnis perhotelan di penjuru Asia Tenggara. 

Pada masanya, hotel ini diperuntukkan bagi kaum elit Belanda yang sedang mengunjungi kawasan Surabaya. Salah satu peristiwa yang sulit dilupakan dan sangat bersejarah dari hotel Majapahit ini adalah kejadian perobekan bendera Belanda pada 19 September 1945 oleh rakyat Indonesia.

Saat bendera Belanda dikibarkan, warga Indonesia marah dan menaiki gedung hotel, merobek bagian biru bendera tersebut hingga tersisa warna merah dan putih untuk dikibarkan sebagai bendera Indonesia. Peristiwa itu pula yang melatarbelakangi pecahnya perlawanan dan puncaknya terjadi pada 10 November 1945 yang kini dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Perjalanan panjang membawa hotel tersebut berubah nama menjadi Yamato Hoteru saat Jepang menguasai Indonesia. Namun hingga saat ini, nama Hotel Majapahit pun digunakan di bawah perusahaan Accor Hotels.

Salah satu yang terkenal dari hotel ini adalah “Kamar Merdeka” yang sempat dikunjungi aktor ternama Charlie Chaplin pada 1963. Arsitektur kolonialnya yang anggun dengan lanskap taman yang menawan, dikombinasikan dengan berbagai fasilitasnya membuat hotel ini sulit dilupakan meski telah memasuki era modern saat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Hotel Savoy Homann, Bandung

Hotel ini hadir di era penjajahan Belanda sejak 1871 dan dinobatkan sebagai hotel terbesar se-Asia Tenggara saat itu. Awalnya dinamai Hotel Homann, sesuai dengan nama pemiliknya, Mister Homann yang berkebangsaan Jerman. Bangunan hotel pertama kali sebagian besar terbuat dari bambu, tetapi kemudian direnovasi pada 1880 dengan tembok batu bata.

Pada 1937, gedung hotel yang lebih megah dan kokoh dibangun kembali dengan tema hyper-modern Artdeco Streamline oleh arsitek A. F. Albers, yang terinspirasi dari bentuk kapal laut serta ombak. Terletak di lokasi bersejarah, yakni Jalan Asia Afrika No.112, Bandung, Jawa Barat, hotel ini akhirnya berganti nama menjadi Hotel Savoy Homann. Lokasinya pun cukup strategis karena dekat dengan Gedung Merdeka, Alun-alun Bandung, Jalan Braga, dan berbagai pusat perbelanjaan dan perkantoran.

Salah satu peristiwa sejarah yang paling dikenang adalah saat hotel dijadikan tempat menginap para delegasi dan pemimpin negara peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955. Kamar 244 misalnya, adalah kamar pilihan keluarga presiden pertama Indonesia, Soekarno, diikuti kamar 344 yang ditempati Perdana Menteri RRC, Zhou Enlai, sedangkan kamar 144 ditempati delegasi India, Jawaharlal Nehru.

3. Hotel Pelangi Malang

Hotel bersejarah di Jalan Merdeka Selatan 3, tepatnya di Alun-alun Pusat Kota Malang ini dibangun pada 1915 dengan nama Palace Hotel. Hotel yang mengombinasikan desain bangunan Jawa dan Belanda itu merupakan salah satu hotel tertua dengan bangunan yang masih asli di Malang.

Gedung hotel ini didirikan sekitar 1860 oleh orang Belanda bernama Abraham Lapidoth. Pada 1870, namanya diganti menjadi hotel Malang. Barulah sejak 1915, lahan bekas Hotel Malang diambil alih dengan konsep arsitektur berbeda menjadi Palace Hotel. Ketika Jepang menjajah, hotel berganti nama menjadi Hotel Asoma. Kemudian pada 1953, namanya diganti menjadi Hotel Pelangi hingga saat ini.

Arsitektur Rumah Joglo yang begitu kental menjadi daya tarik utama hotel bersejarah ini, ditambah dengan bentuk lantai, plafon, dan hiasan dinding berlukiskan pemandangan Belanda membuat kombinasi dua budaya dalam bangunan ini terlihat apik. Ada pula foto-foto dan barang peninggalan sejarah lainnya tertata rapi di sudut ruang hotel.

3 dari 4 halaman

4. Hotel Tugu Yogyakarta

Menjadi saksi sejarah yang terabaikan, Hotel Tugu Yogyakarta di ujung Jalan Margo Utomo Selatan saat ini tak lagi beroperasi. Hotel ini dibangun sekitar 1880-an, dekat dengan Stasiun Tugu, di mana menjadi tempat beristirahat para penumpang kereta api yang singgah di Yogyakarta.

Sejarawan UGM, Djoko Suryo mengatakan bahwa sangat disayangkan salah satu saksi revolusi Indonesia di Yogyakarta ini tidak lagi beroperasi. Jika seandainya bangunan ini dapat dipertahankan, bangunan hotel bisa menjadi cagar budaya atau monumen bersejarah untuk menarik wisatawan. Pemda DIY juga hingga saat ini belum berencana membeli dan membangun kembali kawasan eks Hotel Tugu ini.

5. Hotel Salak The Heritage Bogor

Hotel bersejarah satu ini tak kalah dengan kekayaan budaya dan nilai sejarahnya. Terletak di pusat kota Bogor, tepatnya di Jalan Ir. Djuanda No.8, lokasinya dekat dengan Istana Kepresidenan dan Kebun Raya Bogor yang terkenal dalam daftar tempat wisata Nusantara.

Hotel bersejarah ini dibangun sejak 1859 dengan nama Bellevue Dibbets Hotel, di bawah kepemilikan keluarga Gubernur Jenderal VOC. Awalnya, hotel ini digunakan hanya untuk akomodasi tokoh elit pemerintahan VOC. Namun saat pendudukan Jepang, hotel ini dijadikan markas militer Jepang.

Pada 1948, setelah Indonesia merdeka, gedungnya dijadikan hotel kembali dengan nama Hotel Salak. Lalu pada 1998, barulah hotel ini berganti nama menjadi Hotel Salak The Heritage. Bangunannya pun masih cukup kental dengan nuansa Belanda yang terkesan mewah dan klasik. 

 

4 dari 4 halaman

6. Inna Bali Heritage Hotel

Terletak di Jalan Veteran no.3, Dauh Puri Kaja Denpasar, Bali, hotel ini menjadi salah satu destinasi penginapan bersejarah yang cukup terkenal di Indonesia. Hotel bintang tiga ini dibangun pada 1927 oleh Airlines Shipping Netherlands dengan nama BALI HOTEL.

Tempat ini merupakan hotel kelas internasional pertama di Bali, di mana beberapa tokoh dunia seperti Ratun Elizabeth, Charlie Chaplin, Mahatma Gandhi , Jawaharlal Nehru, Sukarno hingga Megawati Soekarnoputri menginap di hotel ini. Para tokoh dunia itu pun selalu menginap di kamar nomor 77, yang dianggap sebagai kamar termewah di hotel tersebut.

Letaknya terbilang strategis karena berada di ibu kota Bali, Denpasar, yang menawarkan kemudahan akses ke kantor dan instansi pemerintah, Museum Seni Bali dan Pusat Seni, Kediaman Raja Denpasar (Puri Satria), pusat perbelanjaan dan pasar tradisional. Selain itu, lokasinya juga hanya 15 menit ke pantai Sanur, 30 menit ke pantai Kuta, dan 40 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai. (Brigitta Valencia Bellion)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.