Sukses

Museum Virtual Pertama di Dunia Usung Konsep Seperti Gim Interaktif

Museum virtual ini akan memamerkan karya-karya seni kontemporer dan klasik dari seluruh dunia secara gratis.

Liputan6.com, Jakarta -  Pandemi corona Covid-19 mengharuskan banyak sarana publik ditutup sementara demi mencegah penularan virus. Di bidang wisata misalnya, hampir semua tempat wisata, termasuk museum sempat ditutup sebelum dibuka kembali memasuki masa new normal.

Selama pandemi, muncul sebuah inovasi baru, yaitu wisata virtual melalui museum virtual. Meski sebagian besar museum sudah dibuka kembali, pengembangan museum virtual masih berlanjut, bahkan akan segera dibuka museum virtual pertama di dunia.

Dilansir dari laman Lonely Planet, museum tersebut adalah Museum Seni Daring Virtual atau VOMA (Virtual Online Museum of Art). Museum pertama dengan konsep interaktif virtual ini akan memamerkan karya-karya kontemporer dan klasik dari seluruh dunia secara gratis.

Museum VOMA dikelola oleh Museum Lee Cavaliere dengan mengambil koleksi dari beberapa museum ternama di dunia. Di antaranya adalah Museum Hermitage, Institut Seni Chicago, dan Museum Seni Metropolitan New York.

VOMA akan memamerkan karya-karya ternama seperti "Olympia" Édouard Manet, yang dipamerkan di Musée d'Orsay di Paris, dan "The Garden of Earthly Delights" oleh Hieronymus Bosch, di Museo del Prado Madrid, serta karya modern dari Nan Goldin, Kara Walker, dan Li Wei. Karena disajikan secara virtual, tim VOMA menggandeng sejumlah pihak untuk mewujudkan visualisasi yang mengesankan, seperti para arsitek, desainer CGI, pemain game, dan kurator.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Melepas Kesan Kaku dan Sepi

Mereka bertugas menggabungkan efek grafis komputer dengan game interaktif untuk membuat kesan galeri lebih nyata. Setiap karya seni yang ditampilkan di VOMA akan diluncurkan dengan resolusi tinggi.

Para pengunjung juga akan dibawa seakan-akan berada di hutan, menikmati sinar matahari atau berlindung dari hujan. "Dalam membangun dan mengatur VOMA, kami ingin melepaskan kesan kaku dan sepi, sehingga kami menggandeng berbagai pihak untuk menampilkan museum yang berbeda daripada yang lain," ucap Stuart Semple, salah seorang perancang museum virtual tersebut.

"Kami ingin pengunjung museum ini ikut merasa nyaman berada di museum virtual ini dan membuat mereka ingin kembali lagi dan lagi," imbuh dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.